Another Way to Love Part 23

Sambil memijat-mijat tengkuknya, rio masih setia menunggu shilla. Sudah beberapa hari ini, setiap pulang sekolah, rio akan selalu setia menemani shilla. Rasanya dia tidak ingin melewatkan satupun perkembangan kecil dari shilla.
“Kok lo enggak bangun-bangun sih ? betah banget tidurnya..” semakin lama rio memandangi shilla, semakin dalam juga kekaguman rio pada gadis itu. Setelah mengorek keterangan sana-sini, akhirnya rio bisa mengetahui pribadi shilla yang sepenuhnya.
“Semalem akhirnya gue udah selesai baca sedikit tulisan lo shil, dan menurut gue tulisan lo itu bagus banget. Bukan kepedean ya shil, tapi gue minta maaf kalo selama ini gue udah enggak peka sama perasaan lo ke gue, maaf banget..” rio tersenyum tipis.
“Dan elo harus bangun, karena gue mau tahu ending cerita yang lo bikin itu kaya apa ? abisan si deva copasnya enggak semua sih..hehe..”
Sesungguhnya rio sendiri tidak begitu paham apa yang ia rasakan terhadap shilla. Yang ia tahu, ia hanya tidak ingin kehilangan shilla saat ini. Dia belum bisa memastikan hatinya, bahwa ia mencintai shilla, tapi rio jelas-jelas tahu, ia orang yang paling mengharapkan kesadaran shilla, untuk menemaninya lagi.
Mata rio membelalak ketika ia merasa jari jemari shilla yang ada di genggaman tangannya bergerak-gerak.
“Shil..shilla..” panggil rio sambil berusaha memanggil suster lewat bel di atas tempat tidur shilla.
Perlahan namun pasti, mata shilla mulai terbuka, menatapnya dengan matanya yang bening. Seulas senyum langsung tergambar di bibir rio.
“Akhirnya lo sadar juga shil...” ujar rio. Shilla nampak berusaha tersenyum, tampaknya jiwanya belum kembali utuh ke dalam raganya.
“Ada apa mas ?” tanya seorang suster.
“Temen saya sadar sus..” ucap rio sumringah.
“Bisa mas keluar dulu, biar pasien di periksa sama dokter”
“Bentar ya shil..” bisik rio sambil melepaskan genggamannya, shilla seperti ingin mengangguk. Rio hanya tersenyum, kemudian ia keluar, dalam hati ia tidak berhenti mengucap sukur kepada Tuhan. Sesampainya di luar, jarinya langsung lincah mengetik sms untuk deva, mengabarkan keadaan shilla yang membaik.
Mungkin orang yang melihatnya sepintas, akan mengira dirinya gila, karena sejak tadi senyum dan cengiran lebar terus merekah di bibirnya, tapi rio tidak peduli, ia terus-terusan menatap shilla yang juga sedang menatapnya.
“Kok senyum-senyum terus sih ?” tanya shilla masih terdengar lemah. Dalam hati ia merasa senang sekali, menemukan rio sebagai orang pertama yang ia lihat saat ia membuka kedua matanya.
“Seneng aja ngelihat elo udah sadar” jawab rio jujur.
“Gimana kabar lo ?” rio terdiam. Ternyata shilla masih tetap sama, ia masih tetap shilla yang perhatian.
“Kok malah tanya kabar dari gue sih ? gue baik-baik aja kok, sebenernya banyak sih yang udah gue ceritain ke elo pas elo koma, walaupun gue tahu, lo pasti enggak bisa denger kata-kata gue”
“Gue denger kok, dan gue bangga karena elo berani ngaku ke alvin” rio menatap shilla tak percaya, ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Kok lo bisa ? ehm..”
“Aneh sih emang, tapi percaya atau enggak, gue ngerasa gue kaya lagi duduk sendirian di tengah padang rumput yang indah banget, dan disaat gue duduk itu, suara-suara itu terdengar jelas di telinga gue” shilla mencoba menjelaskan sesuatu yang memang tidak dapat di terima dengan akal sehat tersebut.
“Gue percaya kok, lagian itu enggak penting, gue udah cukup seneng bisa lihat senyuman elo lagi” ujar rio tulus, sambil mengusap pipi shilla dan tersenyum, yang cukup membuat pipi shilla merona merah.
***
Untuk alvin yang enggak bisa diem dan suka semaunya sendiri, hanya diam di tempat tidurnya tanpa bisa melakukan aktifitas apapun dikarenakan kondisi kakinya, tentu saja membuat dia bosan setengah mati. Berkali-kali sudah, alvin mengganti chanel tv, tapi tetap saja tidak ada yang menarik hatinya.
“Tok..tok..tok..”
“Masuk aja” sahut alvin. Zevana langsung muncul dari balik pintu, membawa sekeranjang buah-buahan.
“Gue taro sini ya vin..” ujar zeva sambil meletakkan buah-buahannya itu di meja kecil samping tempat tidur alvin. Alvin hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, ia sendiri tadi yang sengaja menghubungi zeva untuk menemaninya.
“Gimana keadaan lo ? kok baru bilang sih sama gue. Kapan sih kejadiannya ?”
“Satu-satu ze” zeva hanya nyengir mendengar kata-kata alvin.
“Sekarang sih gue baik-baik aja, udah stabil, cuma ini nih, kaki gue harus di gips sebulan”
“Sabar ya. Oh ya gimana urusan lo sama rio ?” alvin tersenyum lagi, kemudian ia menceritakan semuanya kepada zeva.
“Wow, gue enggak nyangka dia sampai segitunya sama elo, tapi gue seneng denger lo berdua baik-baik aja sekarang” komen zeva setelah mendengar cerita dari alvin.
“Lo sendiri sama riko gimana ?” zeva tampak menghela napasnya sebentar, dia memandang lirih ke arah alvin.
“Sejujurnya gue mulai enggak tahu lagi vin, apa yang harus gue lakuin biar dia bisa jadi riko yang dulu lagi”
“Apa akhirnya elo milih buat nyerah dan ngelepasin dia ?”
“Bukannya nyerah, gue masih tetep sayang sama dia dan akan selalu sayang sama dia mungkin, tapi gue mulai kepikiran buat ngejauh dari hidupnya dia” alvin memandang zeva heran, baru beberapa hari mereka tidak bertemu, kenapa zeva jadi seperti ini.
“Lo kenapa ze ? biasanya lo optimis banget kalo lagi ngomongin riko. Lo mau ngejauh dai hidupnya dia ?”
“Gue cuma mikir mungkin ada baiknya sekarang gue ngejauh sama dia, toh gue masih bisa tetep ngelihat dia dari jauh, gue enggak mau dia ngerasa enggak nyaman dengan adanya gue disamping dia”
Zeva mencoba tersenyum, tapi alvin jelas-jelas tahu kepedihan seperti apa yang terasa di hati zeva saat dia mengucapkan seperti itu. Alvin hanya bisa menatap zeva iba, waktu-waktu yang sering mereka habiskan berdua, membuat alvin lebih peduli kepada zeva, dimatanya seorang gadis seceria dan sesemangat zeva, berhak untuk mendapatkan lebih dari seorang riko.
“Cukup sudah kau sakiti aku lagi, serpihan perih ini akan kubawa mati..” zeva langsung merogoh hpnya dari dalam tasnya, dia nyengir ke arah alvin dan langsung menjauh ke sudut ruangan untuk mengangkat telpon.
“Kenapa ze ?” alvin bingung melihat raut cemas yang begitu kentara di wajah zeva.
“Sori vin gue harus buru-buru..” zeva langsung mengambil tasnya.
“Tunggu ! lo tahu kan elo enggak pinter bohong ?!” alvin berhasil menarik tangan zeva dan menatap zeva tajam.
“Bilang ke gue ada apa ?” paksa alvin, zeva menunduk sambil menggigit bagian bawah bibirnya.
“Ze..” panggil alvin lagi.
“Temen gue bilang, riko sama temen-temennya lagi mau ke vendas vin” ucap zeva pelan tapi cukup membuat alvin terlonjak kaget di tempat tidurnya.
“Kita harus kesana sekarang” zeva melotot menatap alvin.
“Kita ? elo kan lagi....”
“Udah ayo ze bantuin gue” alvin melepas selang infus di tangannya, ingin rasanya zeva menolak tapi ia tahu akan sia-sia saja. Dibantu oleh zeva, mereka berdua berhasil kabur dari rumah sakit dengan menggunakan taksi.

Rio dan iel sedang berkumpul dengan beberapa anak-anak yang lain sekedar melepaskan penat mereka, membagi sedikit cerita dan canda tawa.
“Akhirnya tinggal besok doang turnamen ini, setelah itu kita bisa santai” ucap iel semangat yang langsung di setujui oleh yang lainnya.
“Enak aja santai, masih banyak program kerja osis tahun ini, kita juga masih harus fokus buat ujian semesteran lagi” koreksi rio.
“Huu, kayanya elo beneran udah balik jadi rio si mr. serba bisa ya ? haha..” goda iel yang hanya membuat rio nyengir.
“Eh..eh..tolongin woi di bawah ada anak vailant !” tiba-tiba seorang anak masuk dengan muka panik. Tanpa pikir panjang, rio, iel dan anak laki-laki lainnya langsung turun ke bawah. Iel sudah bisa merasa, ini semua pasti ada hubungan dengan dirinya. Dia melirik ke arah rio. Rio yang sudah tahu semua cerita iel, hanya menepuk-nepuk pundak iel saja.
“Elo kan cowoknya adek gue !” riko turun dari motornya dan menghampiri iel.
“Kalo iya kenapa ? enggak suka lo !” tantang iel. Meski ia tahu ia tidak begitu jago berkelahi, tapi tekadnya untuk mempertahankan hubungannya dengan aren sudah bulat.
“Elo tahu kan dia siapa ?!”
“Dia adek lo kan, tenang aja gue tahu kok” sahut iel mencoba sesantai mungkin. Sementara di sampingnya rio sedang berusaha berpikir keras, memikirkan kira-kira hal apa yang bisa ia lakukan untuk mengatasi hal ini.
“Banyak bacot lo ! Bug !” sebuah serangan cepat langsung riko lancarkan yang telat di antisipasi oleh iel. Perkelahian langsung terjadi diantara kedua kubu itu. Masing-masing saling berpasangan berhadapan satu sama lain. Rio sendiri menghadapi seorang yang menurutnya masih bisa ia handle.
Pertarungan paling sengit terntu saja terjadi antara riko dan iel. Mereka berusaha saling memukul dan menghindar satu sama lain. Kadang-kadang di selingi oleh umpatan-umpatan dari riko ataupun iel. Kekuatan mereka sesungguhnya tidak begitu berimbang karena riko jelas-jelas lebih berpengalaman dalam hal pukul-memukul orang, hanya saja perhitungan iel yang tepat, mampu membuatnya beberapa kali terhindar dari pukulan atau tendangan riko.
“STOP WOI !!”
Semuanya berhenti. Bingung melihat siapa yang mereka lihat, bahkan banyak dari mereka yang mengucek mata untuk memastikan penglihatan mereka.
“ALVIN NGAPAIN LO KESINI ?!” tanya rio toa, karena posisinya yang cukup jauh dari tempat alvin berdiri. Dia benar-benar tidak abis pikir, sekuat itukah radar berantem alvin hingga ia yang sedang ada di rumah sakit pun bisa datang kesini saat ini.
“ZEVA ?!” lain halnya dengan rio. Riko justru bingung melihat zeva yang berdiri di samping alvin. Dia melupakan duelnya denga iel dan langsung menghampiri alvin dan zeva.
“Lo ngapain sama dia ?!!” tanya riko sambil mengguncang-guncang tubuh zeva, yang ditanya hanya diam dan menunduk.
“Bisa sopan sedikit enggak sih jadi cowok !” tegur alvin. Riko langsung mengalihkan perhatiaannya ke alvin.
“Pertarungan emang enggak pernah seru tanpa lo !!” tantang riko sambil menunjuk alvin dan mencibir kaki alvin yang di gips.
“Apa lo udah siap kalah juga kali ini ?” tanya alvin kalem tidak mempedulikan kondisinya.
“Gue rasa elo yang bakal kalah hari ini !”
“Kita lihat aja !” riko tersenyum sinis ke arah alvin, dia merasa yakin menang kali ini, mengingat kondisi alvin yang sedang tidak sefit biasanya.
“Riko udah ! tolong lo jangan dengerin dia ! udah ko..” tiba-tiba zeva menarik tangan riko dan memohon-mohon.
“Arghh, lepasin !!” tampik riko kasar yang membuat zeva terhuyung jatuh.
“Bug !” alvin yang memang tidak suka terhadap kelakuan riko pada zeva langsung memberikan riko pukulan telak di wajahnya. Ternyata seorang jagoan tetaplah jagoan dalam keadaan seperti apapun, itu terlihat dari riko yang langsung terdorong oleh pukulan kuat alvin.
“Sialan lo !!” riko langsung mengambil ancang-ancang untuk membalas pukulan alvin.
“Riko !!” teriak zeva sambil berdiri di depan alvin, bertindak sebagai tameng untuk alvin, untung riko masih sempat menahan pukulannya. Riko menatap tajam ke arah zeva, dan untuk pertama kalinya, alvin melihat zeva juga menatap tajam ke arah riko.
“Minggir lo ze !” riko berusaha mendorong zeva, tapi zeva tetap bertahan di tempatnya.
“Plakk !!” lagi-lagi alvin di buat terkejut, ketika tangan zeva melayang menampar riko. Riko yang tidak terima berniat membalas tamparan zeva.
“APA ?! MAU TAMPAR GUE ? AYO CEPETAN !!” belum pernah zeva terlihat semarah ini. Tangan riko tertahan di udara melihat kelakuan zeva.
“Riko ! tolong sekali ini aja dengerin aku ! aku kangen kamu yang dulu ko ! kamu yang selalu bisa bikin aku ketawa, kamu yang selalu punya cara buat bikin aku bahagia, bukan kamu yang kaya gini, aku kangen ko, aku kangen..” zeva masih menatap riko tajam, tapi air mata telah menggenang di pelupuk matanya.
“Lo apa...”
“Sekali ini aja ko, demi aku, tolong jangan berantem lagi, tolong..” bahkan alvin yang posisinya saja dibelakangi oleh zeva merasakan lirih dan pedihnya suara zeva yang telah bercampur dengan linangan air mata.
“Aku bakal ngejauh dari kehidupan kamu mulai sekarang, tapi tolong sekali ini aja, biarin aku ngeliat kamu enggak berantem, sekali ini aja ko, setelah ini semuanya terserah kamu, aku janji enggak akan ganggu kamu lagi, apapun yang buat kamu bahagia” tanpa memberikan satu kesempatan untuk riko, zeva terus mengungkapkan isi hatinya. Riko seperti terhipnotis sesaat oleh kata-kata zeva, ia diam memandangi zeva, tapi bukan dengan mata tajamnya yang biasa.
“Aku sayang kamu” kata-kata yang mungkin telah zeva ucapkan berkali-kali itu, meluncur lagi, pelan tapi begitu terasa maknanya. Zeva berbalik menghadap alvin yang semenjak tadi seperti disuguhi pertunjukan sinetron.
“Lo mau kemana ?” tanya alvin tapi zeva hanya tersenyum. Keletihan yang begitu mendalam begitu kentara di wajahnya. Alvin tidak bisa berbuat banyak, bisa saja ia menyusul atau malah mengikuti zeva, tapi itu tentu saja akan menyulut emosi riko lagi. Lagipula menurut alvin, zeva sedang butuh waktu sendiri.
Kini pandangan alvin beralih ke riko yang entah kenapa tetap berdiri diam di tempatnya. Belum pernah sekalipun alvin melihat ekspresi riko yang seperti ini.
“Kalo lo sayang sama dia, susul dia ko..” alvin sendiri bingung dengan apa yang dia lakukan, tapi diam-diam dia merasa prihatin juga dengan masalah ini. Alvin menepuk-nepuk pundak riko.
“ARGH ! BUBAR SEMUA !!” riko menarik tangan alvin kasar dari pundaknya, dan mendorong alvin hingga jatuh. Kemudian ia langsung pergi bersama motornya. Rio yang melihat alvin berusaha berdiri dengan tongkatnya langsung berlari menghampiri alvin.
“Lo gila ya ! lo itu belum sehat bener !” oceh rio sambil membantu alvin berdiri, alvin hanya tersenyum tipis saja.
“Alvin...” dari dalam sekolah, via langsung berlari ke arah alvin. Menubruk badannya dan memeluk alvin.
“Udah gue bilang berkali-kali, jangan  berantem lagi, seneng banget sih bikin gue khawatir !” ujar via.
“Maaf, janji enggak lagi deh”
“Janji terus enggak ada satupun  yang elo tepatin !”
“Ya udah kalo gitu jangan paksa gue buat bikin janji” jawab alvin enteng. Via melepaskan pelukannya, menatap alvin.
“Gue serius alvin !”
“Siapa yang lagi bercanda sih vi”
“Ih alvin !!”
“Haha..gue kan emang kaya gini via” alvin mengacak-acak rambut via.
“Ehem..ehem..” 
“Eh iya yo, haha, gue lupa ada elo disini” sahut alvin. Rio hanya terkekeh. Tidak ada satupun perasaan cemburu yang menguasai hatinya sekarang, dia malah merasa senang melihat dua sahabatnya ini bisa tertawa seperti ini.
***
Sambil tertatih-tatih, alvin berusaha terus berjalan sambil menikmati semilir angin malam yang berhembus di sekitarnya. Entah untuk apa, tapi malam ini, ingin ia habiskan sendiri. Meski rio telah memaksa untuk mengantarnya, tapi alvin berhasil untuk membujuk rio cukup meminjamkan mobilnya saja.
Di taman kota yang ketenangannya semakin terasa di kala malam seperti ini. Alvin ingin merenung sesaat. Tentang hidupnya beberapa minggu terakhir ini yang begitu sulit di gambarkan. Tentang hubungannya dengan rio yang pasang surut, tentang dirinya yang hampir saja meregang nyawa, tentang papanya yang akhirnya mengakui keberadaanya, dan tentang via yang akhirnya akan bisa utuh untuk menjadi miliknya.
Alvin terus berjalan, ia ingin menikmati setiap keelokan yang tertangkap oleh matanya, ia ingin lebih menghargai hidupnya mulai saat ini. Alvin telah mengerti tentang satu hal, sempurna atau tidak sempurnanya hidup seseorang, bukan diukur oleh cara orang lain memandangnya, tapi dari dalam diri orang itu sendiri untuk menjalaninya.
Matanya menangkap sosok yang sangat familiar sedang duduk bersender di bangku taman. Ragu-ragu alvin menghampiri orang tersebut, mengingat hubungannya yang tidak pernah baik dengan orang ini.
“Boleh gue duduk disini ?” orang itu hanya menatap alvin acuh tak acuh, tapi lagi-lagi alvin tidak melihat tatapan tajam dari matanya.
“Apa lo udah berhasil ketemu sama zeva ?” alvin tidak begitu mengharapkan respon dari orang disampingnya ini. tapi dugaannya ternyata salah, orang itu menggeleng.
“Lo enggak mau usaha buat dia ?” orang yang tak lain adalah riko itu menatap alvin sesaat, alvin berusaha memberikan pandangan bersahabat meski susah.
“Gue enggak pantes buat orang kaya dia” desah riko pelan.
“Emang ! dia terlalu..ehm..baik buat lo” timpal alvin jujur, riko hanya terkekeh pelan. Alvin ikut tersenyum, entahlah apa besok dunia kiamat, tapi malam ini aura permusuhan itu mencair diantara keduanya.
“Ini tempat gue nembak dia” alvin terbelalak mendengar ucapan riko, bukan karena ia baru tahu, tapi justru karena ia sudah tahu sebelumnya.
“Lo bukannya amnesia ?” sekarang gantian riko yang membelalak. Tapi ia tahu, sudah kepalang basah buatnya untuk menghindar lagi. Mungkin orang yang selama ini ia anggap musuh, bisa juga mendengarkan sedikit ceritanya.
“Itu bohong” alvin memberi riko pandangan tidak mengerti, tapi riko hanya tersenyum.
“Gue emang kecelakaan, dan setelah itu gue pura-pura amnesia di depan semua orang termasuk zeva, gue juga merubah semua perilaku gue”
“Buat apa ?” tanya alvin yang melihat ini semua layaknya sebuah puzzle yang belum utuh.
“Buat ngebuang semua masa lalu gue vin. Sebelum kecelakaan itu terjadi, gue baru tahu kalo ternyata nyokap gue itu cuma istri simpanan bokap gue, gue baru tahu, kalo ternyata bokap gue punya kehidupan lain yang jauh lebih sempurna, dan yang bikin gue kecewa, cara nyokap gue buat nutupin semua itu. Gue kecewa banget, gue ngerasa hidup keluarga gue yang tadinya sangat gue banggakan, ancur seketika, gue benci masa lalu gue, gue pengen ngebuang semua kepahitan itu..” alvin mencelos, hidup ternyata memang terlalu absurd dan susah untuk ditebak.
“Apa elo berhasil buat ngebuang semua itu ? gue rasa sih enggak..” tebak alvin. lagi-lagi riko tersenyum di buatnya.
“ Gue emang berhasil berubah, berhasil nemuin identitas baru dalam diri gue, tapi gue enggak berhasil buat ngebuang semua, nyokap gue, aren, dan terutama zeva” riko tertawa pedih, sekali ini saja, alvin benar-benar merasa iba akan riko.
“ Zeva terlalu sayang sama elo, meski kadang gue beranggapan dia gila, tapi dia tetep aja enggak pernah mau nyerah buat ada di deket lo. Kalo gue enggak punya bidadari sendiri, mungkin akan sangat mudah buat gue jatuh cinta sama zeva, dia terlalu tegar, atau mungkin dia terlalu bodoh..”
“Dia emang enggak pernah mau menyerah, padahal gue udah ngelakuin segala cara, gue udah nyakitin dia, tapi enggak selangkahpun dia mundur dari hidup gue”
“Apa lo masih sayang sama dia ?” riko menghela napas sebentar mendengar pertanyaan alvin.
“Selalu sama enggak pernah berubah” jawab riko yakin.
“Kejar dia, sebelum semua terlambat..” ujar alvin meyakinkan.
“Drrt..drrt..drrt..” alvin merogoh hp di saku celananya, sekilas ia membaca sms yang masuk untuknya. Raut wajahnya langung berubah, dia bahkan berulang kali mengulang membaca smsnya. Kemudian ia mengalihakan pandangannya ke riko yang nampak sedang tersenyum ke arahnya.
“Kenapa vin ?” tanya riko yang menangkap gelagat aneh alvin.
“Lo harus ikut gue sekarang ko..”
“Kemana ?”
“Gue enggak ada waktu buat jelasin. Ini tentang zeva” mendengar nama zeva di sebut-sebut, tanpa banyak bertanya lagi, riko langsung menyetujui untuk mengikuti alvin, segala macam pertanyaan memenuhi pikirannya, dan berharap ini bukanlah suatu yang buruk untuk zeva ataupun untuknya.

Komentar

Postingan Populer