Best Friends nd Love with Line part 12

Agni dan cakka duduk berhadap-hadapan. Berkali-kali sudah cakka melihat ke arah agni, tapi agni terus saja menundukkan wajahnya, seolah-olah tidak ingin menatap cakka. Cakka mengenggam tangan agni.
“Gue enggak bisa putus dari lo ni..” desah cakka pelan.
“....” agni hanya terdiam, susah payah ia menahan air mata yang siap menetes di wajahnya.
“Tolong tatap gue ni, tatap gue...” cakka mengangkat wajah agni, mengarahkan wajah itu ke arahnya.
“Ini enggak adil buat gue ni” sambung cakka lagi.
“Tapi ini keputusan yang udah gue ambil kak” kata agni lirih.
“Keputusan yang lo ambil secara sepihak ? itu bukan keputusan namanya ni”
“Tapi menurut gue ini yang terbaik buat kita kak..”
“Terbaik ? apanya ? lo enggak percaya sama gue ? jogja jakarta itu deket ni, enggak perlu bikin kita sampe putus !”
“Gue sayang sama lo kak ! percaya itu ! kakak satu-satunya cowok yang pernah gue sayang, hidup yang sekarang gue jalanin jadi lebih indah karena hadirnya kakak ! Tapi tolong kakak ngertiin keadaan gue, ngertiin kemauan gue”
“Kemauan apa ? kemauan buat putus dari gue ?” agni menatap cakka. Sesungguhnya ia masih belum mengerti apakah keputusannya ini tepat atau tidak. Kemudian ia berdiri, memindahkan posisinya menjadi di sebelah cakka, dalam diam dan tiba-tiba agni memeluk cakka.
“Cuma tinggal ayah yang gue punya kak, dia satu-satunya orang yang paling berharga sekarang. Dan keputusan ayah udah final buat kita pindah ke jogja, buat gue sama ayah mulai kehidupan baru lagi..” bisik agni ke cakka.
“Tapi kenapa harus putus ni ? kita bisa long distance..”
“Long distance enggak segampang yang lo bayangin kak. Enggak mudah ketika kita ngerasa kangen satu sama lain, dan perasaan itu cuma jadi ganjelan dihati kita. Bentar lagi kakak kelas tiga, gue enggak mau ini semua jadi enggak sehat. Kita masih muda kak, dunia gue sama kakak masih sama-sama terbentang luas. Kakak masih bisa jadi kakak gue..”
“Gue maunya jadi cowok lo ni..”
“Gue percaya, kalo kakak jodoh gue, sejauh apapun kita dipisahin, Tuhan bakal pertemuin kita lagi dengan caranya yang indah dan waktunya yang tepat. Gue sayang sama kakak, tapi gue enggak pengen perasaan ini memperbudak kita, gue pengen kita ngalir aja apa adanya, gue masih lima belas tahun kak, terlalu muda kalo gue harus ngagungin cinta..” cakka mendengarkan penjelasan agni, berusaha mencermati setiap maknanya dengan jelas.
“Apa ini karma gue ? selama ini gue selalu ninggalin cewek gue gitu aja, dan sekarang saat gue udah nemuin orang yang gue anggep tepat, malah gue yang ditinggalin”
“Ini cuma tentang waktu kak, waktu yang enggak berpihak sama kita. Gue percaya kakak bakal baik-baik aja tanpa gue, mungkin nanti ada saat dimana gue menyesal melepas kakak, tapi anggep aja ini fase kehidupan kita kak. Gue pengen fokus sama hidup gue yang baru, sama ayah, sama nilai-nilai gue di sekolah. Dan kakak, akan tetap punya tempat disini..” agni menunjuk dadanya. Cakka tidak dapat berkata apa-apa lagi, ia tahu keputusan agni sudah bulat, menerima ini adalah satu-satunya jalan yang bisa ia raih.
“Gue rasa jadi kakak lo akan lebih menyenangkan..” agni menatap cakka dengan tatapan berbinar. Meski hatinya sedikit sakit, tapi ia tersenyum, tersenyum karena cakka mengerti dan mau menerima keputusannya, Tidak memperberat langkahnya sama sekali.
“Makasih ya kak, buat semua yang udah pernah kakak kasih di hidup gue, kemarin, hari ini dan selanjutnya..” dalam gerakan singkat, agni mengecup pipi cakka cepat. Cakka hanya bisa tertawa melihat kelakuan agni. Berat melepas agni, orang yang ia anggap tepat untuknya. Tapi melihat senyuman agni yang manis, cakka tahu, ia memilih jalan yang tepat.
Alvin melihat ke arah nova yang duduk di sampingnya. Nova tersenyum ke arahnya, lalu alvin kembali konsentrasi pada mobilnya.
“Kakak belum jawab kita mau kemana ?”
“Entar juga lo tahu nov, bentar lagi kita sampai..” nova hanya kembali tersenyum mendengar jawaban alvin. Sedikit kaget untuknya, saat melihat tadi pagi alvin sudah berdiri di depan rumahnya. Mobil alvin memasuki area parkir sebuah tempat pemakaman, nova mulai meneba-nebak mau di bawa kemana ia.
“Sori ya gue lama..” sapa alvin ke rio, ify, iel, via, ray, keke, deva dan aren yang langsung menghampiri mobilnya alvin.
“Enggak masalah, kita juga baru sampe kok..” jawab iel mewakili yang lain.
“Cakka mana ?” tanya alvin.
“Tuh, panjang umur anaknya” tunjuk rio ke arah mobil swift yang baru saja memasuki area parkiran tersebut. Enggak berapa lama, cakka dan agni langsung bergabung dengan mereka.
“Ya udah ayo..” ajak alvin sambil membimbing semua temannya. Alvin berhenti sambil menatap dua buah makam. Teman-temannya yang lain juga ikut berhenti dan mengelilingi makam tersebut.
“Ma pa, ini alvin. Maaf, alvin baru dateng sekarang. Kemarin alvin habis masuk rumah sakit lagi. Hari ini, untuk pertama kalinya, alvin enggak datang sendiri. Mereka yang ada disini, orang-orang yang sering alvin ceritain..” alvin berhenti sejenak sambil melihat ke arah yang lainnya yang dari tadi diam mendengarkan alvin.
“Yang pake jaket itu rio, sampingnya rio itu ify, kalo yang pake topi itu iel dan di sebelahnya via, yang ini cakka dan agni. Ini adeknya alvin ma pa, ray sama aren, ada keke sama deva juga. Sementara yang berdiri di samping alvin ini, dia yang namanya nova, yang paling sering alvin ceritain, yang suka alvin kirimin surat, ini orangnya, manis kan ? cantikkan ?” nova tersipu sendiri mendengar kata-kata alvin. Lalu mereka semua mulai berdoa dengan khidmat.
“Ma..” semua mata menoleh ke asal suara.
“Kalo mamanya aren mamanya kak alvin, berarti mamanya kak alvin mamanya aren juga kan ? aku aren ma, adeknya kak alvin yang paling kecil. Aren sayang banget sama kak alvin, kak alvin yang selalu bisa bikin aren seneng yang selalu tahu apa maunya aren yang selalu ada buat aren kapanpun aren butuh. Aren boleh minta satu aja kan, aren pengen kak alvin tetep disini, sama aren, sama semuanya, tolong ya mama ijinin kak alvin untuk tetap disini, tolong...” meski tidak menangis, tapi harapan aren tadi mampu membuat semuanya terdiam. Apa yang aren ucapkan, adalah kata-kata mereka yang menunggu untuk keluar juga dari tadi.
“Kak alvin masih disini kok..” alvin menghampiri aren, dan memeluknya sambil membelai rambut adeknya tersebut, ray juga menghampiri mereka berdua, dan ikut berpelukan. Tiga kakak beradik, yang membuktikan bahwa ikatan darah tidak berdiri di atas segalanya, melainkan ikatan perasaan yang mengikat mereka.
Sesuai yang sudah alvin rencanakan, setelah mengenalkan orang-orang spesial di hidupnya kepada orang tuanya, mereka melanjutkan perjalanan ke panti asuhan.
“Kak alvin udah lama banget enggak kesini..”
“Eh ada kak nova, aku kangen sama kakak..”
“Kak alvin bawa banyak temen..”
“Ayo kak kita main..” celetukan langsung terdengar disana-sini, saat alvin dan teman-temannya datang. Apalagi mereka datang membawa banyak sekali makanan juga buku-buku.
“Kak lintar bilang kemarin kakak sakit, makanya enggak sempet kesini, emang kakak sakit apa ?” tanya seorang anak, yang membuat suasana meriah itu menjadi hening.
“Kemarin kakak cuma kecapekan doang kok, makanya kakak belum sempet kesini, maaf ya..” alvin memangku anak tersebut.
“Tapi muka kakak pucet tuh, kaya bas atau osa kalo penyakitnya lagi kumat” masih kata anak itu lagi sambil menujuk mukanya alvin.
“Haha..kamu tuh ya, mau tahu aja deh urusan orang gede. Makasih ya udah perhatian sama kakak, tapi kakak baik-baik aja kok..” semua yang ada disitu berusaha ikut tertawa juga sama seperti tawa alvin barusan.
“Udah –udah, sekarang kita seneng-seneng aja, oke..” ajak alvin yang menyadari tatapan-tatapan dari teman-temannya yang ada di ruangan itu.
“Mau ngapain kak ?” tanya anak yang lainnya.
“Kita nyanyi aja yuk..” tawar alvin yang langsung disetujui sama anak-anak tersebut.
Ku hirup udara
Dan rasakan hangatnya mentari
Oh..indahnya hari ini
Ku jalani hidup yang pasti
Alvin menggendong ourel di punggungnya dan anak-anak lain berbaris di belakangnya, mereka semua bernyanyi bersama.
Janganlah menangis
Lepaskan semua beban dihatimu
Ayo ikutlah denganku
Kita bernyanyi nanananana
Teman-temannya yang melihat itu, langsung ikutan juga, mereka bernyanyi bersama, menari bersama, saling bergandengan tangan.
Hidup ini
Hidup yang penuh bahagia
Tetap semangat dan jangan putus asa
Hidup ini hidup yang sangat berarti
Terus berjuang tuk menggapai impian
Alvin, iel, cakka, rio dan ify duduk-duduk di halaman panti. Sudah lama rasanya, mereka tidak lagi kumpul berlima seperti ini.
“Gue pengen terus kaya gini” seperti biasa ify membuka percakapan diantara mereka.
“Selamanya..” timpal rio.
“Apapun yang terjadi..” sambung iel.
“Gue putus sama agni” kata cakka tiba-tiba, agak enggak nyambung sebenenrnya, tapi ia enggak bisa lagi memendam ini sendirian. Dan semua temannya memandangnya kaget sekarang, mereka masih terus nempel berdua dari tadi.
“Bercanda ya lo ? itu tadi masih berduaan gitu..” sahut rio.
“Serius yo, agni mutusin gue tadi sebelum berangkat ke makam. Kisah gue sama dia udah selesai disini” semua temennya sadar cakka serius, ada sorot kesedihan di matanya.
“Kenapa ? kayanya kalian berdua baik-baik aja selama ini” ujar alvin.
“Dia mau pindah ke jogja, bokapnya mutusin buat mulai lembaran baru kehidupan mereka disana. Dan agni enggak mau long distance, dia pengen gue sama dia ngerubah hubungan ini cukup jadi antara kakak sama adek, enggak lebih..”
“Kenapa agni enggak mau long distance ? maksud gue kalian cocok, dan...” ify bingung sendiri nyari kata-kata yang tepat.
“Dia bilang, dia mau fokus buat kehidupan barunya, dan dia juga pengen gue bisa konsen sama kehidupan gue disini, dia enggak mau perasaan ini, bikin kita berdua sama-sama tersiksa..”
“Gue enggak bisa bilang apa-apa cak, tapi jodoh kan di tangan Tuhan, kalo agni emang jodoh lo, suatu saat nanti, Tuhan bakal nemuin lo berdua di waktu yang tepat” ucap alvin.
“Agni juga bilang gitu sama gue, dan ya, gue rasa dia benar, gue enggak boleh egois..”
“Bangga gue cak sama lo, lo udah banyak berubah, lo sekarang lebih mikir pake otak...” puji iel tulus.
“Gue gitu ! lo aja yang telat nyadarinnya, haha...” balas cakka sambil ketawa-tawa sendiri, yang bikin dia sukses di geplak sama rio.
“Sakit gila !” sahut cakka sambil ngelus-ngelus kepalanya.
“Tangan gue gatel cak kalo denger kata-kata lo barusan” jawab rio enteng.
“Thanks ya yo udah ngewakilin gue..haha..” timpal iel.
“Seneng ya lo berdua lihat gue menderita, terusin aja sono” ujar cakka sewot, ify sama alvin Cuma bisa ketawa doang lihat kelakuan tiga orang ini.
“Gue mau bilang makasih sama kalian” ucap alvin tiba-tiba, semuanya terdiam dan langsung menatap alvin.
“Buat apa vin ?” tanya ify bingung.
“Buat masih terus ada sama gue, bahkan setelah gue enggak jujur sama kalian. Kalo Tuhan nanya ke gue apa yang gue mau, gue cuma pengen tetep ada disini, sama kalian, sama keluarga gue, dan sama nova mungkin..” alvin tersenyum sekilas, tapi teman-temannya masih tetap terdiam, entah mengapa obrolan ringan ini terasa berat.
“Tapi siapa yang tahu takdir Tuhan sih ? dan gue cuma pengen jalanin hidup gue sesuai takdir gue, ngabisin sisa waktu gue sama kalian. Gue minta maaf kalo gue punya salah sama kalian, kalo gue belum berhasil jadi sahabat yang baik buat kalian. Gue harap gue bisa, bisa nepatin janji buat nonton konser lo berdua, buat selalu ada untuk bantuin lo yel, buat jadi suporter yang paling semangat untuk lo cak, tapi kalopun gue enggak bisa nepatin janji, gue bakal tetep ngelakuin itu dimanapun gue berada..” lanjut alvin lagi.
“Apaan sih vin, kata-kata lo enggak penting. Lo tetep bakal jadi orang yang duduk di tempat paling depan saat gue atau ify konser nanti, lo udah terlanjur janji sama gue, dan lo enggak boleh ngingkarin itu” ujar rio sambil menatap alvin tajam, ify yang duduk di samping rio, menggenggam tangan pacarnya itu.
“Rio bener vin, lo masih akan ada disini sama kita. Lagian lo enggak asik ah, ngomong sepanjang itu, biasanya juga pendek-pendek..hehe..” ify berusaha mencairkan suasana.
“Banyak ngomong sebelum gue enggak bisa ngomong lagi, bagus kan ?” alvin tertawa sendiri, tapi tidak bagi yang lainnya, kata-kata itu terasa menusuk bagi mereka, ada perasaan pedih yang terasa di ulu hati mereka masing-masing.
“Forget it ! lo kapan mau ngeresmiin hubungan sama nova ?” lagi-lagi ify berusaha mengganti topik.
“Iya, kapan ? kasian tuh anak keburu lumutan nungguin pangerannya..” goda iel.
“Tunggu cerita aja dari gue” kata alvin sambil tersenyum jahil.
“Enggak seru ah lo..” timpal cakka.
“Haha, iya-iya, entar pulang dari sini..”
“Nah gitu dong, good luck ya bro..” ujar rio memberi semangat, diikuti oleh teman-temannya yang lain juga. Seperti yang telah alvin bilang pada teman-temannya, sepulang dari panti, alvin tidak mengajak nova pulang ke rumah, melainkan mengajak nova ke sebuah tempat.
Mobil alvin terparkir di tengah-tengah padang ilalang, tempat yang cukup sepi, tapi tidak mengurangi keindahannya. Mereka berdua, bersender di kap depan mobil alvin, menikmati panorama langit sore yang indah, dan ilalang yang tertiup angin kesana kemari.
“Kok diem nov ?”
“Ketularan diemnya kakak kali..hehe..”
“Gimana keadaan orang tua lo ?”
“Better kak. Mereka lagi berantem waktu itu, saat mereka ngelihat gue pulang dari jenguk kakak dan gue nangis, gue kaget banget, waktu mereka berdua berhenti adu mulut, dan menatap gue, lalu sedetik kemudian, mereka ngampirin gue, dan meluk gue, rasanya gue aman banget, dan semenjak saat itu, mereka enggak pernah lagi berantem..”
“Kaya yang selalu gue bilang kan, jalan hidup itu selalu punya...”
“Arti dan arti itu baru bisa kita temuin kalo kita menyusuri jalan tersebut” sambung nova, lalu mereka tertawa berdua.
“Kok lo inget sih nov ?” tanya alvin heran.
“Iya dong, koreksi ya kak, itu bukan kata-kata yang selalu kakak bilang, tapi kata-kata yang selalu kakak tulis di memo buat gue, saat gue lagi nangis sendirian” alvin hanya melihat ke arah nova, lalu ia mengacak-ngacak lembut rambut nova.
“Tempat yang bagus kak, tenang banget. Kenapa kakak ajak gue kesini ?”
“Masih inget pertama kali kita ketemu nov ?”
“Inget dong, waktu itu hari pertama mos di smp, gue nekat naik sepeda ke sekolah, karena saat itu gue baru bisa naik sepeda, eh yang ada gue malah nyungsep dan hampir ketabrak sama motor kakak. Waktu itu kakak ngegendong gue, dan ngajak gue ke rumah kakak, kakak juga ngobatin luka-luka gue, dan kakak ngarang alasan biar gue enggak perlu dapat hukuman, karena kesiangan ikut mos” nova tersenyum sendiri mengingat saat-saat tersebut.
“Lo tahu kenapa gue ngelakuin itu ?”
“Enggak, gue enggak pernah tahu walaupun diem-diem gue selalu pengen tahu, karena kakak selalu jadi diem dan cenderung cuek saat kita ketemu di sekolah”
“Gue ngelakuin itu, karena ada saat dimana gue lihat mata bening lo, lo yang tetep senyum saat lutut lo luka, langsung bikin gue tahu, kalo mulai saat itu, gue sayang sama lo..” alvin menatap nova lekat-lekat, tapi nova malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Sori nov, gue tutup bentar ya...” alvin tiba-tiba menutup mata nova dengan kedua tangannya. Nova hanya bisa bertanya-tanya sendiri dalam hati.
“Lima..empat..tiga...” alvin menghitung detik-detik yang terlewati.
“Dua..satu..” seketika alvin melepaskan tangannya. Saat itu juga, dari tempatnya berdiri sekarang, nova bisa melihat lampu-lampu pinggir jalan menyala secara bersamaan, disusul lampu-lampu yang ada di perumahan sekitar situ, menggantikan keelokan matahari. Pemandangan sederhana yang indah.
“Ini..”
“Gue sayang sama lo nov” bisik alvin sambil tersenyum.
“Gue juga sayang sama lo kak” ujar nova. Alvin memeluk nova, memeluk sekuat hatinya, melepaskan seluruh perasaan yang selama ini hanya tersimpan dalam.
“Arghh..” alvin mengerang pelan, rasa sakit sialan itu, mulai merasuk tubuhnya lagi. Tapi ini sungguh bukan saat yang tepat. Nova melepaskan pelukannya, dan alvin langsung merosot, berusaha menahan rasa sakitnya.
“Kak ! kak alvin..” nova panik, tidak ada orang lain selain mereka disini. Alvin berusaha berdiri, tapi ia tidak bisa bohong, bahwa rasa sakitnya kali ini, berkali-kali lipat lebih sakit dari biasanya, rasanya tubuh alvin di tinggalkan oleh tulang-tulang dan sendinya.
“Kak, gue cari bantuan dulu ya..” nova baru mau pergi ke dalam mobil untuk mengambil handphonenya, ketika darah mulai keluar dari hidung, bahkan juga mulut alvin. Nova melepas cardigannya, dengan air mata yang mengalir perlahan, ia berusaha menahan laju darah yang semakin banyak tersebut, sementara kesadaran alvin semakin menipis.
Lintar dan nova duduk berdua, mereka saling berdiam diri satu sama lain. Nova memilih memainkan gantungan hapenya, sementara lintar malah melihat ke arah ujung sepatunya.
"Nov.." panggil lintar akhirnya, nova menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
"Kenapa kak ?"
"Gue sayang sama lo" ujar lintar pelan, tapi cukup di dengar nova. Nova membelalakan matanya menatap lintar.
"Kak.." nova bingung mau ngomong apa.
"Gue tahu lo udah sama alvin. Ini cuma pengakuan doang nov, pengakuan biar gue bisa ngerasa lega, biar gue enggak jadi pengecut sama diri gue sendiri" jelas lintar.
"Maaf kak.."
"Enggak ada yang salah nov. Lo pantes sama alvin, dan emang cuma alvin yang pas buat lo"
"Gue udah nganggep kakak, kaya kakak gue sendiri, gue beneran enggak maksud buat nyakitin kakak"
"Udah gue bilang kan nov, ini cuma pengakuan aja. Dan jangan bikin gue nyesel karena bikin pengakuan ini kalo ujung-ujungnya lo jadi sedih karena ini, lagian minggu depan gue berangkat ke singapur nov"
"Ngapain kak ?"
"Beasiswa. Gue dapet beasiswa sekolah sampe perguruan tinggi disana, anggep aja ini salam perpisahan dari gue"
"Good luck ya kak disana, jangan lupa sama gue" ujar nova sambil tersenyum.
"Enggak akan lah nov. Gue titip anak-anak di panti ya, sering-sering main kesana, biar mereka enggak kesepian.."
"Pasti kak" jawab nova sambil seolah-olah hormat ke arah lintar. Lintar hanya tertawa, bukan dirinya ingin jadi pengecut, tapi memang kesempatan ini datang disaat dimana lintar terlalu sulit bisa ikut berbahagia atas kebahagiaan nova dan alvin. Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan nova, lintar pun pamit, dia menatap nova lagi sekilas, dan meyakinkan hatinya untuk bisa merelakan gadis manis tersebut.
"Cie yang abis ngobrol sama lintar.."
"Kak alvin ? kakak ngapain disini ? bukannya dikamar juga, infusnya mana ? pasti di copot deh ! bandel banget sih, ayo-ayo kita balik ke kamar, baru juga di tinggal bentar doang !" nova berdiri dari tempat duduknya siap mengajak alvin kembali ke kamar.
"Ampun deh, cewek gue galak juga ternyata..haha.." alvin menahan tangan nova, dan mengajaknya duduk kembali.
"Gue itu khawatir kak sama lo, gue enggak mau lo kenapa-napa. Lagian kata dokter kan kakak masih harus banyak istirahat, itu apa lagi nenteng-nenteng gitar.." kata nova sambil nunjuk gitar yang dibawa alvin.
"Iya nova, gue tahu, tapi gue bosen di kamar. Gue cuma pengen ngehirup udar seger aja bentar, abis itu balik lagi deh ke kamar"
"Kak, dua hari yang lalu, kakak beneran bikin gue jantungan setengah mati. Gue ngelihat gimana darah-darah itu mengalir deras dari hidung, bahkan mulut kakak, gimana tubuh kakak gemeteran, gue beneran takut kak saat itu.."
"Gue udah baik-baik aja kok nov, maafin gue ya kalo bikin lo takut" alvin melingkarkan tangannya di pundak nova.
"Kata dokter, kalo aja kakak telat di bawa ke rumah sakit, mungkin sekarang kakak udah..." nova tidak bisa menyelesaikan kata-katanya, kata itu terlalu sulit untuk di ucapkan.
"Makasih ya nova. Udah nolongin gue, udah bawa gue ke rumah sakit, gue bangga punya cewek yang berani kaya lo gini" puji alvin tulus yang bikin nova tersipu. Saat itu, keadaan alvin yang semakin parah, memaksa nova untuk bertindak cepat. Untung beberapa hari sebelumnya, ia baru saja diajarkan oleh ayahnya cara menyetir mobil. Dengan hanya bermodalkan rasa nekat dan ketakutannya akan alvin, nova membawa alvin ke rumah sakit.
"Gue belum siap kehilangan kakak" ujar nova pelan.
"Gue enggak pernah siap ninggalin lo nov, tapi mungkin ini injury time buat gue"
"Injury time ?"
"Masa perpanjangan waktu dalam sepak bola. Empat tahun bukan waktu yang singkat buat gue bertahan hidup dengan penyakit kaya gini, ini udah keajaiban sendiri dari Tuhan buat gue nov"
"Kakak pesimis ?"
"Enggak ada kata pesimis dalam kamus gue. Apalagi sekarang ada lebih banyak orang yang tahu dan nyuport gue, tapi hidup juga harus realistis kan nov ? enggak mungkin kita bertahan cuma dengan berpegangan sama harapan-harapan kosong doang kan" nova menatap alvin lirih, kalau boleh jujur, nova tahu alvin benar, tapi kata-kata alvin barusan, terasa begitu dalam di hatinya.
"Tapi keajaiban selalu bisa terjadi kan kak ?"
"Keajaiban udah terjadi di hidup gue nov. Gue cuma lebih mau berpikir pake logika, segede apa sih peluang gue kalo cuma ngarepin keajaiban"
"Jangan ngomong kaya gini dong kak, gue jadi ngerasa kayanya kakak mau ninggalin gue" ucap nova lirih.
"Gue nyanyi aja ya nov.." alvin mengambil gitar yang ia bawa tadi. Di tatapnya nova, mata beningnya, senyuman manisnya, wajah cantiknya.
Usap air matamu
Dekap erat tubuhku
Tatap aku sepuas hatimu
Nikmati detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu…
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali
Nova terpaku sendiri di tempatnya, dia menikmati suara lembut alvin yang berpadu indah dengan gitarnya. Tapi lirik dari lagu tersebut yang membuat nova ingin menangis rasanya.
"Gimana bagus kan nov ? gue bikin sendiri tuh.." ujar alvin selesai ia bernyanyi.
"Ba..bagus kak.."
"Kenapa ? jangan nangis dong. Itu lagu special buat lo" alvin menghapus setitik air mata yang terselip di ujung mata nova dengan ujung jarinya.
"Maaf kak, gue suka lagunya, tapi liriknya.."
"Sesuai sama perasaan gue sekarang nov. Ayo gantian dong nyanyi buat gue" bujuk alvin.
"Enggak ah, suara gue enggak bagus" tolak nova malu-malu.
"Gue tahu semua tentang lo ya nov, siapa ya yang suka nyanyi malam-malam di beranda kamarnya sambil bawa-bawa boneka teddy bear dari gue" goda alvin.
"Dasar tukang ngintip"
"Bukan ngintip tapi perhatian sama lo, udah ah ayo cepetan nyanyinya" nova berpikir sejenak, mencari lagu apa yang ingin ia nyanyikan untuk pangerannya itu.
ku tak bisa menebak
ku tak bisa membaca
tentang kamu
tentang kamu

kau buat ku bertanya
slalu dalam hatiku
tentang kamu
tentang kamu

bagaimana bila akhirnya ku cinta kau
dari kekuranganmu hingga lebihmu
bagaimana bila semua benar terjadi
mungkin inilah yang terindah

begitu banyak bintang
sperti pertanyaanku
tentang kamu
tentang kamu
"Prok..prok..prok.." alvin memberikan aplaus untuk penampilan nova yang selalu bisa membuatnya kagum.
"Makasih kak"
"Bagus banget nov, lo emang matahari buat gue, makasih ya buat semuanya selama ini"
"Gue yang harusnya makasih kak, udah bisa ngedapetin orang kaya kakak, yang selalu siap sedia kapanpun gue butuhin"
"Lo termasuk alasan gue buat terus bertahan nov"
"Gue harap kakak bisa terus bertahan selamanya buat gue, karena gue bakal selalu ada buat kakak" kata nova tulus dan yakin, alvin hanya bisa tersenyum.
"Tutup mata lo dong nov" pinta alvin.
"Buat apa ?" tanya nova bingung.
"Kejutan buat lo" alvin tersenyum melihat nova, nova pasrah, ia memejamkan matanya.
"Jangan dibuka sampe gue bilang buka ya, awas lho" perintah alvin, nova hanya mengangguk.
Tanpa alvin sadari, beberapa meter ia berjalan. Nova membuka matanya, ia dapat melihat punggung alvin yang mulai menjauh, aroma tubuh alvin yang mulai tidak terasa, semakin jauh tubuh alvin melangkah dari tempat duduknya, entah mengapa nova merasa semakin berat, seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, ada sesuatu yang seperti di cabut paksa dari jiwa dan raganya, ada sesuatu yang menghilang perlahan dalam hidupnya. Dan entah mengapa air mata nova mengalir turun perlahan, tepat ketika tubuh alvin tidak terjangkau lagi oleh penglihatannya.
***
Aula sudah penuh oleh tamu-tamu undangan. Rio mengintip dari balik tirai panggung, dia tersenyum sendiri melihat banyaknya orang yang datang. Lalu ia berjalan ke arah teman-temannya yang lain.
"Udah pada siap kan ?" tanyanya.
"Udah, kita tinggal ngejalanin ini" jawab cakka.
"Sebelum kita mulai, mari kita berdoa bersama-sama, berdoa di mulai" seperti biasa iel memimpin mereka semua berdoa. Mereka saling berpegang tangan satu sama lain, saling menguatkan satu sama lain. Bersama-sama, mereka naik ke atas panggung.
"Enggak mudah buat kita berdiri tegak disini hari ini" iel membuka acara tersebut.
"Apalagi ketika kita sadar, saat salah satu sahabat terbaik kita telah pergi sebulan yang lalu" sambung cakka.
"Tapi kita ada disini karena dia" lanjut ify.
"Untuk meneruskan semua semangatnya dan kebaikannya" ujar rio.
"Alvin jonathan sindunata" kata mereka berempat kompak.
"Seperti yang telah kita ketahui bersama, alvin memang sudah pergi sebulan yang lalu.." iel berhenti sejenak, ia mengalihkan pandangannya ke arah mama papanya alvin, ada ray dan aren juga disitu, juga nova, yang matanya nampak berkaca-kaca.
"Dan tidak mudah buat saya dan sahabat-sahabat saya yang lain untuk menerima ini semua, tapi bukan berarti kesedihan harus selalu berlarut-larut. Hari ini kita semua berkumpul disini, melaksanakan acara ini, sebuah acara untuk mengenang sahabat terbaik kami" lanjut iel lagi.
"Ini hanya sebuah persembahan kecil, dari kami untuk alvin. Sahabat sekaligus saudara yang telah memberi banyak hal untuk kami semua, gue harap lo bisa lihat ini bro.." cakka melihat ke arah atas sambil tersenyum, yang lainnya juga melakukan hal yang sama. Lalu cakka dan iel turun panggung berdua, meninggalkan rio dan ify.
"Catatan yang akan saya bacakan ini, adalah tulisan dari alvin, yang mungkin ia tulis di sisa-sisa akhir hidupnya" ujar ify sambil tersenyum, meski air matanya sudah memaksa menetes.
"Dan lagu ini, sebuah lagu khusus yang saya ciptakan untuk alvin" Rio duduk di sebuah kursi sambil membawa gitarnya, sementara ify berdiri di tengah panggung, memegang secarik kertas di tangan kanannya dan sebatang lilin di tangan kirinya. Para tamu yang hadir juga memegang lilin yang telah di bagi-bagikan tadi, ruangan langsung di gelapkan, tepat ketika dentingan gitar rio mengalun.
Berjanjilah wahai sahabatku
Bila kau tinggalkan aku
Tetaplah tersenyum
Best friend nd love with line
orang bilang sahabat adalah saudara yang Tuhan lupa kasih untuk kita
dan mungkin itu kata-kata paling tepat untuk menggambarkan mereka

Meski hati sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tabah menghadapinya
Mario stevano aditya haling, Cakka kawekas nuraga, Gabriel stevent damanik dan Alyssa saufika umari

Bila kau harus pergi
Meninggalkan diriku
Jangan lupakan aku
Empat nada terindah yang melengkapi symphoni kehidupan gue
anugerah spesial yang Tuhan berikan untuk melengkapi segala kekurangan gue
bintang paling terang yang selalu membimbing jalan kehidupan gue


Semoga dirimu di sana kan baik-baik saja
Untuk selamanya
Disini aku kan selalu rindukan dirimu
Wahai sahabatku
Maaf kalo gue enggak bisa nepatin janji gue
semua bukan keinginan gue, ini jalan hidup gue
dan gue sangat bahagia menjalani ini
karena gue tahu kalian selalu ada buat gue
kapanpun

Berjanjilah wahai sahabatku
Bila kau tinggalkan aku
Tetaplah tersenyum
Terimakasih
untuk segala perhatian dan kasih sayang
semua waktu yang udah kalian curahin
semua kenangan yang kalian torehin bareng gue
Meski hati sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tabah menghadapinya
Nova
matahari kecil gue
malaikat penyelamat gue
senyum yang selalu bisa bikin gue bertahan

Bila kau harus pergi meninggalkan diriku
Jangan lupakan aku
Terimakasih
untuk empat tahun yang luar biasa
untuk segala hal yang bikin gue bahagia
untuk udah jadi nyanyian terindah di akhir hidup gue

Semoga dirimu di sana kan baik-baik saja
Untuk selamanya
Disini aku kan selalu rindukan dirimu
Wahai sahabatku

Sahabat dan matahari gue
berdiri di atas sebuah garis lurus
yang terbentang di sepanjang kehidupan gue
yang mengisi jalannya dengan sempurna
pergi terlebih dahulu
bukanlah untuk meninggalkan kalian
tapi disini gue janji
gue akan jadi orang pertama
yang menyambut kalian saat waktunya nanti
gue akan menyiapkan tempat yang indah untuk kita semua
jadi tersenyumlah sekarang
karena gue baik-baik aja
karena gue pengen lihat kalian baik-baik aja
karena gue percaya kalian akan selalu baik-baik aja
sebuah garis lurus
akan membuat semuanya menjadi lebih teratur
tertata rapi dalam geraknya
dan kalian semua adalah garis buat gue
garis yang selalu menjaga gue
untuk selalu tetap bertahan dalam lintasan hidup gue
makasih
alvin jonathan sindunata.
Lampu kembali menyala ify menatap semua orang yang dari tadi melihat ke arahnya. Ia melihat nova yang menangis terisak di pelukan acha, dan aren di pelukan deva. Orang-orang yang datang, yang sebagian besar terdiri dari teman-teman mereka di sekolah, guru-guru mereka juga beberapa kolega orang tua alvin, tidak sedikit juga yang ikut menitikkan air mata.
Rio yang dari tadi mengiringi ify dengan gitarnya dan suaranya, berdiri dan berjalan menghampiri ify, ia melihat air yang turun perlahan dari mata ify. Ada sedikit suara bergetar saat ify membaca note itu tadi. Perasaan rio sendiri campur aduk, dalam hatinya kecilnya ia masih berharap dapat menemui alvin setelah ini.
Iel dan cakka keluar dari belakang panggung, mereka berdua tadi mendengarkan itu dengan cermat, meski telah membaca sendiri berkali-kali. Mereka berdiri mengapit rio dan ify, lalu mereka berempat sama-sama membungkukkan badan memberi penghormatan.
"Prok..prok..prok.." ray berdiri dari tempat duduknya, dan bertepuk tangan. Ia sendiri membiarkan air matanya mengalir, keke yang ada di sampingnya, ikut berdiri dan bertepuk tangan seperti ray, lalu disusul oleh yang lainnya.
"Terimakasih.." ucap iel mewakilkan teman-temannya. Ia tidak mengerti lagi harus berkata apa, perasaannya tidak menentu sekarang. Mereka berempat tersenyum, lalu berjalan ke arah belakang panggung.
"Kita sukses vin" ujar ify pelan sambil menengadahkan kepalanya melihat bintang yang menghiasi malam yang pekat. Rio menggenggam tangan ify, iel menaruh tangannya di pundak rio dan cakka juga melakukan hal yang sama ke iel.
"Lo baik-baik aja kan disana ?" tanya rio lirih.
"Kita kangen sama lo, sebulan terasa lama banget vin" ucap iel.
"Gue masih berharap nemuin lo duduk sambil baca buku, nemuin lo lagi nendang-nendang bola di lapangan, nemuin lo lagi nyelipin surat buat nova, gue masih berharap vin.." teman-temannya memandang ke arah cakka. Cakka benar, mereka tidak bisa bohong, kalo mereka belum bener-bener rela akan kehilangan ini.
"Lo akan selalu ada disini vin" kata ify.
"Selamanya" timpal rio.
"Jadi sahabat kita" lanjut iel.
"Enggak akan pernah terganti" sambung cakka. Mereka berempat tersenyum bersama, membiarkan rasa sakit kehilangan itu menguap dengan caranya. Mereka akan selalu tetap bersama, dan alvin akan selalu tetap hidup di hati mereka masing-masing. Enggak penting, ada apa setelah ini, tapi mereka akan saling bahu membahu, mengatasi kesedihan satu sama lain, layaknya seorang sahabat sejati.

Komentar

Postingan Populer