Best Friends nd Love with Line part 6
Alvin
memperhatikan rumah nova dari atas motornya, sudah lama dia tidak
melakukan hal seperti ini lagi sesering dulu. Matanya menatap lurus ke
arah beranda kamar nova. Cukup memandanginya, tidak lebih. Setelah
hampir tiga puluh menit melakukan hal ajaib tapi nyata ini, alvin baru
mau menstarter motornya kembali.
"Gubrakk
!!" alvin buru-buru memakai helmnya, saat melihat nova keluar dari
rumahnya dengan kasar, alvin tahu apa yang terjadi sama nova,
pelan-pelan dia mengikuti nova.
Nova
berjalan cepat, setengah berlari, hatinya sakit, matanya panas.
Langkahnya terhenti di sebuah taman yang cukup sepi, dia duduk
menyenderkan badannya di kursi, badanya bergetar hebat, air matanya
tumpah dalam diam.
Dalam
diam di tempat persembunyiannya, alvin mengamati itu, ingin rasanya ia
memeluk nova atau sekedar duduk di sampingnya untuk mengusap
punggungnya, tapi siapalah dia, alvin mengedarkan pandangannya, berusaha
mencari cara.
"Kakak,
kok nangis ?" nova melihat siapa yang mengajaknya berbicara, ternyata
seorang anak kecil yang sedang memegang sebuah balon. Nova ingin
bersuara, tapi air mata telah membuat tenggorokannya sakit, dan ia hanya
dapat tersenyum sambil menggeleng pelan.
"Ini
buat kakak" anak kecil tersebut menyerahkan balon yang ia pegang, meski
bingung nova tetap mengambil balon itu, ada sebuah gulungan kertas yang
terikat di tali balon tersebut, nova melepas ikatan tersebut, dan mulai
membacanya.
Tolong jangan menangis...
aku tahu, pasti berat buat kamu mengahadapi ini sendiri, tapi tolong jangan menangis
karena nova yang aku kenal
adalah matahari yang selalu cerah dan bersemangat
kita hadapi ini bersama-sama
aku akan selalu ada di sampingmu
meski aku tidak bisa mengusap air matamu
tapi bukan berarti aku tidak menemanimu
jadi sekali lagi tolong jangan menangis
aku mohon
aku tahu, pasti berat buat kamu mengahadapi ini sendiri, tapi tolong jangan menangis
karena nova yang aku kenal
adalah matahari yang selalu cerah dan bersemangat
kita hadapi ini bersama-sama
aku akan selalu ada di sampingmu
meski aku tidak bisa mengusap air matamu
tapi bukan berarti aku tidak menemanimu
jadi sekali lagi tolong jangan menangis
aku mohon
Nova
hapal ini tulisan secret admirernya, tapi anak kecil tadi sudah
menghilang entah kemana, nova mencoba mencari bayang-bayang seseorang,
tapi dia tidak menemukan siapapun, nova kembali membaca tulisan itu,
tapi bukannya berhenti menangis, air matanya malah mengalir semakin
deras, bahkan diringi oleh suara isakan yang memilukan.
"Nova, kok lo nangis ?"
"K..Kak alvin ?" nova bingung ngelihat alvin tiba-tiba ada di depannya.
"Lo kenapa nangis disini ?" nova cuma menggeleng.
"Mau
ikut gue enggak ? lo pasti suka tempat ini" entah dapat dorongan
darimana, nova mau saja menuruti alvin, dia berdiri dari duduknya dan
ingin naik ke atas motornya alvin.
"Sini
gue pakein helm" alvin menarik lembut tangan nova, dan memakaikan
helmnya dengan lembut, nova sebenernya masih bingung melihat alvin
seperti ini, jauh berbeda dari alvin yang ia kenal.
"Tumben kak, bawa motor ?" tanya nova, membuka percakapan.
"Lagi pengen aja, kenapa ?"
"Enggak apa-apa, kita mau kemana ?"
"Lihat aja nanti, pegangan ya nov"
Dari kaca spion, alvin bisa melihat nova, sepertinya hari ini, akan menjadi hari bersejarah untuk mereka berdua, terutama alvin.
"Panti asuhan bintang kecil" nova membaca plang nama yang terdapat di depan sebuah rumah yang mereka datangi.
"Udah ayo masuk dulu" tawar alvin ramah.
"Hai, ourel.." sapa alvin ke seorang anak yang sedang duduk di teras.
"Kak alvin ya ?"
"Iya ini kakak, oh ya kakak bawa temen nih, kenalan dulu dong" alvin mengajak nova untuk mendekati ourel.
"Hai ourel, kenalin nama kakak, nova.." nova mengulurkan tangannya, tapi ourel hanya membalas dengan senyuman.
"Kak alvin..." nova berbisik pelan ke alvin, karena bingung melihat ourel.
"Ourel, mau kakak bacain bukunya ?" bukannya menjawab pertanyaan nova, alvin malah ngobrol sama ourel.
"Enggak,
ourel sekarang kan udah pinter baca huruf braile" nova diam, dia tahu
sekarang, mengapa ourel tidak membalas ukuran tangannya.
"Wah, ourel pintar ya, nanti ajarin kak nova ya" kata nova lagi, alvin dan ourel sama-sama tersenyum.
"Ke dalam yuk nov, gue kenalin sama yang lain"
"Kak alvin.."
"Kak alvin udah lama enggak kesini"
"Kak alvin, aku kangen" semua anak langsung berlari menghampiri alvin dan memeluknya, nova sampai takjub sendiri.
"Maaf ya, akhir-akhir ini kakak sibuk banget"
"Ini temen kakak ?" seorang anak laki-laki kecil menujuk nova.
"Kenalin, aku nova, aku boleh kan jadi temen kalian semua" nova memperkenalkan dirinya sambil memamerkan senyum manisnya.
"Nama
aku bastian kak, ayo kak sini main sama kita" hanya butuh waktu
beberapa menit, nova sudah berbaur dengan anak-anak tersebut, alvin
merasa senang melihat tawa nova sudah kembali.
"Hai vin.."
"Eh, darimana lin ?"
"Ini abis belanja kebutuhan anak-anak, kemana aja lo ? anak-anak udah pada kangen tuh"
"Iya
nih, baru sempet kesini sekarang gue. Nova.." nova yang sedang bermain
puzzle dengan anak-anak langsung menoleh dan menghampiri alvin.
"Kenapa kak ?"
"Kenalin ini lintar, dia anaknya ibu panti sini"
"Nova"
"Lintar" lintar memandang nova dengan tatapan yang begitu dalam, dan alvin memahami hal itu.
"Gue balik kesana dulu ya kak"
"Lo suka sama nova ?" tanya alvin langsung setelah nova cukup jauh dari mereka.
"Mungkin, dia manis, senyumnya enak dilihat"
"Emang.." jawab alvin lirih, hatinya pedih, tapi bukan alvin namanya kalo enggak bisa nyembunyiinya isi hatinya.
"Kenapa vin ?" lintar tidak begitu mendengar kata-kata alvin, karena matanya masih menatap ke arah nova.
"Enggak apa-apa, dia udah kaya adek buat gue" ujar alvin berusaha normal.
"Lo
sih emang semua di anggap adek" alvin hanya tersenyum mendengar jawaban
lintar. Dia tahu dia cemburu, tapi sekali lagi, dia juga tahu, bahwa
hatinya nova belum termiliki oleh siapapun. Setelah hampir seharian
bermain di panti asuhan, alvin dan nova pun pulang, tapi di tengah
jalan, alvin mengajak nova ke tempat favoritnya yang satu lagi, the
book.
"Enak
banget kak tempatnya, makanannya juga enak, makasih ya kak, hari ini
kakak bener-bener udah bikin gue nyaman banget" ujar nova semangat.
"Nah gitu dong, jangan nangis lagi ya, lo bisa lihat kan, betapa seharusnya lo bersyukur dengan hidup lo yang sekarang"
"Iya
kak, gue kagum banget lihat, anak-anak di panti tadi, ourel yang
semangat banget, padahal dia enggak bisa ngelihat, terus bastian yang
lucu yang ternyata punya penyakit jantung sejak lahir, terus osa yang
seminggu dua kali harus cuci darah, belum anak-anak lainnya.."
"Mereka bisa terus seceria tadi, masa lo enggak sih ?"
"Tapi mereka enak kak, bareng-bareng di panti, ngabisin waktu sama-sama, gue.."
"Gue ?" alvin yang sebenernya udah tahu, pura-pura aja biar nova mau share sama dia.
"Orang
tua gue seneng banget ribut kak, kata orang jadi anak tunggal itu enak,
tapi gue, gara-gara gue anak tunggal, gue jadi harus ngerasain ini
semua sendirian, enggak mama enggak papa, enggak ada yang peduli sama
gue, gue capek kak.."
"Sstt,
lo enggak boleh bilang gitu, banyak yang peduli sama lo, lo bisa aja
bilang, kalo anak-anak tadi itu mungkin jauh lebih menyenangkan, tapi
dalam hati mereka, mereka tetap aja berharap, punya rumah sendiri,
tinggal sama orang tua mereka.."
"Tapi kak.."
"Enggak
ada tapi nov, mencari hal negatif emang jauh lebih mudah daripada hal
positif, tapi enggak ada keuntungannya, selain cuma nambahin sakit"
"Iya
kak, gue tahu itu. Kak alvin dewasa banget ya..hehe..terus tumben jadi
banyak ngomong" alvin cuma tersenyum melihat nova, dia banyak ngomong,
karena dia enggak mau nova ngelihat groginya alvin.
***
Entah
sudah untuk keberapa kalinya, cakka terus-terusan mengamati agni.
Mengamati gadis manis di depannya, akhir-akhir ini agni sudah jauh
berbeda dengan agni yang dulu, dan cakka selalu menemukan kenyamanan
luar biasa dengan adanya agni di sampingnya.
"Kak
cakka, kenapa sih ? gue aneh ya" agni juga sudah beberapa kali
mengulangi pertanyaannya, dia merasa tidak begitu nyaman dengan tatapan
cakka, ada sesuatu yang berdesir di dalam hatinya, ketika matanya
bertemu dengan matanya cakka.
"Enggak kok, lo manis banget, kalo kaya gini, nih gue aja sampe enggak ada bosennya ngelihatin lo"
"Beuh, gombal amat lo kak"
"Haha, emang lo enggak mau gue gombalin ? banyak lho yang mau gue gombalin"
"Ya gue enggak minat gitu kak, gimana dong ?" cakka memajukan bibirnya, yang malah membuat agni tertawa.
"Haha, jelek amat kak lo kaya gitu.."
"Jahat amat lo ag, tapi gue kayanya enggak pernah jelek deh"
"Hmm,
narsisnya kumat, udah yuk kak, katanya mau nemenin gue belanja buat
ldks, entar keburu sore.." cakka emang beralasan mau nemenin agni buat
belanja keperluan ldks, abis susah banget sih ngajak agni keluar.
Mereka memasuki sebuah supermarket, cakka tidak berhenti terus ngegombalin agni, dan agni cuma bisa tertawa mendengar hal itu.
"Cakka.."
tiba-tiba seorang cewek datang menghampiri cakka, dan langsung
cipika-cipiki, agni cuma bisa meringis saja melihat kejadian itu.
"Eh..ehm..shilla ?" cakka kaget banget, entah mengapa dia merasa tidak enak agni melihatnya begini.
"Kamu kemana aja ? kok enggak pernah telpon aku lagi ? ini siapa, cewek baru kamu ya ?"
"Bukan
kok, gue adek sepupunya" agni langsung menyodorkan tangannya, dia
sendiri enggak tahu kenapa bibirnya spontan berkata demikian.
"Oh,
bilangin dong sama sepupu lo ini, tanggung jawab sama cewek-cewek yang
udah dia bikin jatuh cinta sama dia" agni hanya tersenyum mendengar
kata-kata shilla, sementara cakka benar-benar merasa tidak nyaman dengan
keadaan ini.
"Eh
shil, gue sama dia buru-buru nih, kita duluan ya" cakka langsung
menarik agni dan meninggalkan trolley belanjaan mereka begitu saja.
"Agni sori, shilla itu..."
"Gue tahu kak, gue tahu kok susahnya jadi playboy" nadanya agni berubah jadi antipati terkesan dingin.
"Dengerin penjelasan gue dulu, shila itu cuma masa lalu doang.."
"Jelasin
buat apa kak ? gue bukan siapa-siapa lo, mending sekarang lo anter gue
balik, gue capek banget nih, besok kan kita mau ldks"
"Tapi.."
"Udah
kak, gue maklum banget kok" agni tersenyum mencoba senatural mungkin,
cakka enggak bisa ngapai-ngapain lagi, kecuali menuruti agni, lagian
emang mereka bukan apa-apa kan.
Keesokan harinya.
Setelah
hampir seharian, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah disusun
sedemikian rupa, tibalah saatnya kegiatan api unggun yang emang paling
banyak di nantikan oleh beberapa anak.
"Oke,
pasti semua udah capek kan setelah seharian ini, jadi malam ini kita
refreshing sebentar, ada yang mau nyumbang acara ?" tanya iel ke para
peserta, tapi yang ngangkat tangan malah rio.
"Mau nyanyi apa yo ?"
"Ada deh yel, lihat aja..."
"Oke, tepuk tangannya ya.."
Rio
memandang sekelilingnya, mencari satu sosok yang emang pengen dia
nyanyiin, dari tempatnya, ify terlihat begitu cantik dan menawan, rio
mulai menggenjreng gitarnya.
Ajari aku ‘tuk bisa
Menjadi yang engkau cinta
Agar ku bisa memiliki rasa
Yang luar biasa untukku dan untukmu
Menjadi yang engkau cinta
Agar ku bisa memiliki rasa
Yang luar biasa untukku dan untukmu
Semua yang ada disitu menatap rio dengan tatapan kagum, terlena akan suara lembutnya, tidak terkecuali ify.
Ku harap engkau mengerti
Akan semua yang ku pinta
Karena kau cahaya hidupku, malamku
‘tuk terangi jalan ku yang berliku
Hanya engkau yang bisa
Hanya engkau yang tahu
Hanya engkau yang mengerti, semua inginku
Ku harap engkau mengerti
Akan semua yang ku pinta
Karena kau cahaya hidupku, malamku
‘tuk terangi jalan ku yang berliku
Hanya engkau yang bisa
Hanya engkau yang tahu
Hanya engkau yang mengerti, semua inginku
Entah ify sadar atau tidak, yang jelas rio terus-terusan menatapnya.
[ajari aku 'tuk bisa mencintaimu]
[ajari aku 'tuk bisa mengerti kamu]
Mungkinkah semua akan terjadi pada diriku
Hanya engkau yang tahu
Ajari aku ‘tuk bisa mencintaimu
"Prokk..prokk...prokk" suara tepuk tangan mengakhiri pertunjukkan kecil dari rio tadi.
"Rio
keren, lagu buat siapa ?" ify tiba-tiba spontan nanya, cakka, iel, dea,
via dan rio tentu saja, langung menatap ify, dengan tatapan yang
artinya "ya buat lo, emang mau buat siapa lagi ?!"
"Ada deh fy, mau tahu aja lo" kata rio agak gemes.
"Ada deh fy, mau tahu aja lo" kata rio agak gemes.
"Yo lo mau ngomong sama gue lagi ? udah enggak marah sama gue ?" tanya ify sumringah.
"Kenapa ? kangen ya sama gue ? enggak bisa kehilangan gue ya ?"
"Ih pd banget lo !"
"Jujur aja deh fy, gue tahu kok, gue tuh ngangenin banget jadi orang, iya kan ?"
"Whatever deh, yang penting lo mau ngomong lagi sama gue"
"Udah-udah,
rame banget lo berdua, udah ada yang bisa nelpon alvin belum ?" tanya
iel mengalihkan pembicaraan, semuanya menggeleng kompak menjawab
pertanyaan iel.
"Kemana ya tuh anak, bukan alvin banget enggak bertanggung jawab gini" timpal rio.
"Ray, lo beneran enggak tahu, kakak lo dimana ?" tanya iel lagi.
"Enggak, beneran deh.."
"Ya
udahlah, nanti juga nongol sendiri itu bocah, kayanya udah kemaleman
nih, mending pada tidur deh, besok harus bangun subuh soalnya !" semua
pun menuruti perintah sang ketua osis.
"Keke,
lo tahu enggak agni kemana ?" cakka langsung menghampiri keke, udah
seharian ini, diem-diem cakka panik enggak bisa ngehubungin agni.
"Enggak kak, gue udah coba hubungin hpnya tapi enggak bisa, maaf ya kak"
"Oh
ya udah sana lo tidur, thanks ya.." Cakka bener-bener panik, semenjak
kejadian di mall kemarin, agni sama sekali enggak balas smsnya, bahkan
enggak datang ldks, cuma satu yang bisa lakuin kalo lagi stress gini,
tidur.
Iel
memperhatikan rio dan cakka yang tidurnya udah nyenyak banget,
gara-gara enggak ada alvin, iel jadi harus ngerjain beberapa tugasnya
alvin dulu, dan menyaksikan teman-temannya udah pada tidur gitu malah
bikin iel ngsntuk iel nguap entah kemana, iel pun memutuskan kembali ke
area api unggun. Iel hampir mengurungkan niatnya, saat melihat ada via
sedang duduk disitu, tapi gara-gara sebuah ranting yang ia injak tanpa
sengaja, malah mebuat via sadar akan kehadirannya disitu.
"Enggak bisa tidur ya yel ? temenin gue aja disini" iel kaget, tumben-tumbenan via seramah ini sama dia.
"Lo enggak kesambet apaan gitu kan vi ?"
"Hah ? emang kenapa ?"
"Kok lo jadi ramah gitu sama gue ?"
"Yee, gue emang selalu ramah sama semua orang"
"Kecuali sama gue vi" via diam mendengar kata-kata iel, iel menyadari itu.
"Sori vi.."
"Enggak kok yel, lo bener, gue emang jutek sama lo doang"
"Gue pernah salah sama lo ya vi ? gue pernah nyakitin lo ?"
"Sion.."
"Siapa ? sion ?"
"Cinta pertama gue yel" via berkata lirih, sementara iel bingung, enggak ngerti arah pembicaraan via.
"Lo bisa kok cerita sama gue, kalo lo emang percaya sama gue" iel menatap via.
"Foto
yang lo lihat di rumah gue itu waktu itu, adalah foto gue waktu gue
smp" iel mencoba mengingat gambaran poto tersebut, dan dia tidak
menemukan kesamaan dengan gambaran via yang duduk di sampingnya
sekarang.
"Bingung
ya ? itu gue, dulu gue kaya gitu, terkesan cupu dan aneh, enggak ada
yang mau temenan sama gue, enggak pernah ada yang mau nyapa atau sekedar
nyapa gue, cuma ada satu orang yang selalu senyum sama gue, dia itu.."
"Sion" tebak iel cepat.
"Iya,
cuma sion yang mau senyum sama gue, sampai gue lupa, kalo dia emang
terkenal ramah dan selalu senyum ke semua orang. Tapi karena cuma dia
yang selalu senyum ke gue, diem-diem gue suka sama dia.." via mengambil
napas sebentar.
"Sampai
suatu hari, dengan gobloknya gue ngasih diari gue ke dia, diari yang
isinya tentang semua perasaan gue, ternyata dia juga kejam sama kaya
yang lain, dengan jahatnya dia bacain diari gue pake pengeras suara di
tengah lapangan, di hadapan anak-anak satu sekolahan, dan itu sakit yel,
sakit banget" reflek via menyandarkan kepalanya di bahu iel, iel yang
awalnya kaget, cuma bisa mengusap-ngusap punggung via.
"Semenjak
saat itu, gue stres bahkan gue enggak pd buat sekedar ketemu orang
lain, nyokap gue akhirnya nyuruh gue buat homeschooling, gue juga
diikutin sekolah kepribadian, perlahan-lahan gue ubah penampilan gue,
gue ubah sikap gue ke orang, tapi.."
"Lo
tetap berasumsi kalo, orang ramah dan banyak senyum semuanya
kelakuannya minus kaya sion" potong iel cepat, dia paham sekarang kenapa
via jutek cuma sama dia doang.
"Gue
udah usaha, tapi setiap ngelihat lo nebar senyum kemana-mana, gue jadi
keingetan sion, yang make senyumnya buat topeng doang" ujar via pelan.
"Lo
cuma trauma vi, tapi enggak semua orang kaya gitu, gue apalagi, paling
pantang deh buat gue nyakitin perasaan orang kaya gitu"
"Maafin gue yel.."
"It's okay, asal setelah ini lo ngelihat gue sebagai iel yang emang beneran ramah dari bayi, tanya aja nyokap gue"
"Makasih ya yel, gue lega sekarang"
"Lo tahu enggak vi, baru kali ini senyum gue bawa bencana"
"Bencana ?"
"Iya, biasanya kan gue dapet senyuman balik gitu, tapi dari lo gue malah di balas jutek, hehe.."
"Bisa
aja lo, eh gue ngantuk nih, tidur duluan ya.." iel cuma mengangguk,
tapi matanya terus ngeliatin punggungnya via yang menjauh dengan senyum
yang merekah lebar di bibirnya.
Layaknya
maling ayam, alvin mengendap-ngendap masuk ke kamar yang harusnya ia
tempati bersama iel, rio dan cakka. Niatnya sih biar teman-temannya itu
enggak bangun, tapi
"Bruuk" enggak sengaja alvin nyenggol kursi yang ada di kamar itu.
"Alvin ?" tanya iel yang langsung bangun sambil ngucek-ngucek matanya.
"Eh iya-iya, sori" ucap alvin merasa bersalah, tepat ketika cakka dan rio juga terbangun.
"Kemana aja lo ?" tanya iel lagi.
"Biasa, ngewakilin bokap" jawab alvin enteng.
"Lo sakit ya vin, kok muka lo pucet ?" timpal cakka.
"Biasa
aja ah, agak capek doang, gue kan langsung kesini dari bandara" iel
melirik jam tangannya 'jam enam ? naik pesawat jam berapa nih anak'
batin iel bingung.
"Kenapa yel ?" tanya rio yang sadar sama gelagat iel.
"Enggak apa-apa kok, gue mau mandi duluan ye" iel langsung lari ngambil peralatan mandinya.
"Eh
gue dulu !" susul rio enggak mau kalah. Cuma tinggal cakka sama alvin
di kamar itu, alvin ngelihatin cakka, ada yang beda sama temennya yang
satu ini, biasanya bangun tidur juga tetep keren, tapi kok sekarang
berantakan banget.
"Lo lagi ada masalah ya cak ?" tebak alvin sambil duduk di sampingnya cakka.
"Hah..agni vin.."
"Kenapa ?"
"Kemarin
gue jalan sama dia, eh tiba-tiba datang shila, terus si shila langsung
cipika-cipiki gitu sama gue, dan enggak tahu kenapa gue ngerasa bersalah
aja sama agni.." cakka berhenti sebentar untuk menghirup napas
dalam-dalam.
"Dan
enggak tahu kenapa juga, semenjak gue anterin pulang, gue enggak bisa
ngehubungin agni, dia juga enggak dateng ke acara ini" lanjut cakka.
"Gimana biar jelas, kalo nanti lo ke rumahnya dia aja" usul alvin.
"Tapi gue enggak bawa motor vin, kemarin gue nebeng rio"
"Ya udah nanti bareng gue aja, oke ?"
"Thanks ya sob, eh lo beneran enggak sakit ?"
"Enggak, muka gue emang putih banget bukan ?"
"Yee.."
mereka lalu tertawa berdua dan menunggu giliran buat mandi. Setelah
acara selesai dengan lancar dan sukses, alvin dan cakka langsung
meluncur ke rumah agni. Sementara iel sukses buat ngajakin via pulang
bareng, setelah adegan curhatnya via semalem.
"Udah pada pulang noh, lo balik ama gue kan ?" tanya rio sok cuek padahal ngarep.
"Ya iyalah, tega lo ninggalin gue sendiri disini" jawab ify sambil ngekorin rio.
"Abis lo butuh tapi gitu sama gue"
"Gitu gimana sih ?"
"Iya gitu deh"
"Enggak
jelas banget sih lo ! eh laper nih gue, the book ya yo" rayu ify sambil
mengeluarkan senyuman manisnya, yang pesonanya langsung nancep di hati
rio.
"Lo yang traktir gue"
"Kok gue ? ada juga cowok yang nraktir ceweknya" kata ify polos tanpa sadar.
"Cowok nraktir ceweknya ? emang lo cewek gue ?" tanya rio jutek walopun seneng.
"Hah emang gue tadi ngomong gitu ?" tanya ify pura-pura lupa, padahal sebenernya gengsi. Rio langsung manyun.
"Jelek
ah lo kalo kaya gitu ! udah ayo, gue yang beli minumnya, lo yang beli
makannya, gimana ? tapi lo pesen air mineral aja ya"
"Yee itu mah gratis, dodol" kata rio kesel sambil ngejitak kepala ify, pelan doang.
"Dodol di garut bang, bukan di kepala gue !" teriak ify kesel, dia langsung aja nyelonong jalan ngedahuluin rio.
"Gubrak
!" ify keserimpet tali sepatunya sendiri, membuat keseimbangan badannya
goyang, untung rio sigap nangkep, dengan posisi yang membuat mata
mereka saling bertatap-tatapan cukup lama,.
"Woi berat nih" bisik rio di telinganya ify, ify yang salting langsung berdiri.
"Thanks yo.." kata ify pelan, rio yang juga salting cuma bisa garuk-garuk kepala doang.
"Ehm,
lo beneran kelaperan ya sampe mau jatuh gitu ? hehe, ya udah ayo, gue
traktir" ify cuma senyum doang sambil masuk ke dalam mobilnya rio,
sepanjang perjalanan mereka cuma diam, berusaha menormalkan detak
jantung masing-masing.
Cakka
langsung turun tepat ketika mobilnya alvin sampai di depan rumahnya
agni, firasatnya langsung enggak enak saat melihat pintu rumah agni yang
terbuka lebar. Dengan lari-lari kecil cakka masuk ke dalam rumah. Dan
alangkah terkejutnya dia mendapati kondisi rumah itu, jauh lebih parah
ketimbang dia pertama kali kesitu dulu. Semuanya ancur berantakkan,
kursi dan meja yang posisinya udah terbalik-balik, serpihan-serpihan
kaca yang bertebaran di lantai, barang-barang yang udah enggak jelas
bentuk aslinya. Tapi bukan itu yang bikin cakka shock, melainkan
tergeletaknya tubuh agni di lantai dalam keadaan yang enggak kalah
tragisnya.
"Agni
!" cakka berlari mengahampiri agni, hal pertama yang ia lakukan adalah
memeriksa nadinya agni, yang ternyata masih berdenyut. Tanpa pikir
panjang cakka langsung menggendong agni dan membawanya keluar rumah
tepat ketika alvin menyusulnya.
"Agni
kenapa cak ?" tanya alvin enggak kalah panik, cakka cuma menggeleng.
Alvin yang juga enggak mau buang-buang waktu, langsung membantu cakka
membawa agni ke mobilnya dan mereka langsung bergegas menuju rumah sakit
terdekat.
Alvin
dan cakka sama-sama terdiam, enggak tahu juga mau ngapain. Berkali-kali
sudah cakka menghela napas, berharap kekhawatirannya juga menguap
bersama napasnya.
"Tenang bro, dia kuat kan" alvin berusaha menenangkan cakka.
"Gue
beneran enggak abis pikir deh vin sama orang yang bikin dia kaya gitu
?!" alvin bisa paham sama emosinya cakka, dia yang enggak kenal sama
agni aja, ngerasa iba banget ngelihat kondisinya agni. Masih terbayang
jelas di otaknya alvin, tubuhnya agni yang penuh luka memar, ada bekas
sayatan di tangannya, darah yang sudah mengering di sudut bibirnya,
lebam di pelipisnya.
"Apa kalian saudara dari pasien di dalam ?" tiba-tiba seorang suster menghampiri mereka.
"Kita
kakaknya sus" alvinlah yang menjawab, karena keadaan cakka yang
benar-benar kacau. Suster itu ngeliatin alvin dari atas sampai bawah,
alvin paham dia ataupun cakka emang beda sama agni.
"Kita kakak sepupunya sus" kata alvin lagi.
"Kalian
berdua di tunggu dokter di ruangannya" alvin hanya mengangguk, dia
langsung menarik cakka. Sesampainya di ruang dokter, lagi-lagi mereka
mendapat tatapan tidak meyakinkan dari sang dokter.
"Sebelumnya, saya ingin tahu hubungan kalian dengan pasien ini"
"Kita kakak sepupunya dok, memang ada apa dengan agni ?"
"Kalian tinggal bersama agni ?" alvin bingung, kenapa dokternya nanya-nanya hal kaya gini.
"Ehm..emang kenapa dok ?"
"Saya
hanya minta penjelasan yang sejujurnya dari kalian, karena mungkin
jawaban dari kalian akan sangat membantu masalah pasien ini selanjutnya"
alvin tambah bingung denger penjelasan dari dokter, dia melirik ke
cakka, yang nyawanya kaya ilang setengah.
"Kita
beda rumah dok, tapi satu komplek, tadi siang pas kita mau ke rumahnya,
kita udah nemuin dia dalam keadaan kaya gini, dokter bisa jelasin kan
ke kita apa yang sebenarnya terjadi ?"
"Keadaan
agni sudah cukup stabil, walaupun kondisi tubuhnya masih cukup lemah,
masalahnya secara fisik dapat kami atasi, tapi dari hasil lab yang kami
dapat, di temukan luka-luka yang terdapat di tubuhnya akibat dari
benturan benda tumpul, dan dugaan kami agni mengalami siksaan di
rumahnya..."
"Pasti bokapnya !!" tiba-tiba cakka langsung berdiri dan keluar gitu aja dari ruangan dokter tersebut.
"Eh
maaf dok, maaf, dia emang sayang banget sama agni, jadi suka gitu. Saya
susul dia dulu ya dok, nanti saya kesini lagi" kata alvin enggak enak
dan langsung berlari menyusul cakka. Ternyata cakka pergi ke kamar agni,
dia langsung duduk di sampingnya agni dan menggenggam tangannya agni.
Alvin jadi enggak enak sendiri, dia sadar untuk pertama kalinya cakka
tulus tentang perasaannya terhadap satu orang dan itu agni.
"Dulu
pertama kali gue ke rumahnya, bokapnya juga abis ngamuk vin" akhirnya
cakka bersuara setelah lama mereka saling berdiam diri.
"Dan lo yakin kali ini juga bokapnya yang ngelakuin ?"
"Siapa lagi vin, dia cuma tinggal berdua sama bokapnya...."
"Kak cakka.." agni memanggil cakka pelan, cakka sama alvin langsung noleh ke arah agni kompak.
"Iya
agni, ini gue, lo udah enggak apa-apa kan ?" agni hanya menggeleng,
tapi enggak sampai semenit kemudian, air mata turun perlahan dari sudut
matanya.
"Kenapa ? siapa yang bikin lo kaya gini ?" cakka mendekatkan dirinya ke agni sambil mengusap lembut air mata agni.
"Enggak gue enggak apa-apa" kata agni lirih.
"Bokap lo yang bikin lo kaya gini ?" agni hanya tersenyum masam.
"Kalo
emang bener bokap lo yang giniin lo, lo harus laporin ini, kekerasan
sama anak di bawah umur, ada hukumnya" timpal alvin yang daritadi diam.
"Gue
enggak tahu kak, gue takut..." lagi-lagi air matanya mengalir, semakin
deras malah, tangisan yang lebih terdengar seperti ratapan akan
kesedihan yang terlanjur di pendam lama. Cakka memeluk agni, alvin tahu
bukan saatnya dia ada di antara dua orang itu. Dia berjalan keluar kamar
membiarkan agni dan cakka berdua.
Rio
menatap langit-langit kamarnya, hatinya berbunga-bunga sekarang. Dia
baru aja pulang setelah menghabiskan waktu bersama ify tadi. Ify udah
janji mau ngechat sama dia di fb, dengan semangat, rio langsung nyalain
laptopnya, dan langsung masuk ke akun fbnya. Tapi ternyata ify belum
online, jadinya rio cuma ngebales-balesin wall sama ngelihat notif yang
numpuk.
DeboAA : hai yo
tiba-tiba
debo ngechat dia, rio sih males banget balesnya, tapi daripada di
bilang sombong, jadi dengan sangat terpaksa dia bales chat debo.
Mario : hai de
DeboAA : gmn kbr lo sm ank2 ? ify ?
rio tambah males aja nama ify di sebut-sebut.
Mario : gue, ify, ank2 baik kok, lo ?
DeboAA : ms basket ?
Mario : masih kok
rio
ngerasa garing banget chatnya sama debo, tapi emang malem ini fb lagi
sepi, rio udah kepikiran mau off, tapi dia masih kepikiran ify.
ifysaufika : rio maaf, gue br selese mandi hehe
Mario : hampir aja gue off ! ngaret lo !
ifysaufika : kan gue udah minta maaf :p
Mario : mie ayam ya fi
DeboAA : kpn2 tanding yo sm skola gue
rio beneran kesel sama debo yang menurut dia ganggu acara ngechatnya sama ify.
ifysaufika : ah tega lo ! coki2 aja ya
Mario : oke aja sih de
Mario : itu sih lo yang tega fy
ifysaufika : kangen jalan kaya dulu yo, udah lama kita enggak berlima..hiks
DeboAA : alvin msh aktf futsal ?
Mario : yg lain sibuk, jln berdua aja yuk :)
Mario : masih
ifysaufika : kmn ? tp lg pgn bareng2
ifysaufika : main ke rmh gue aja udah jarang ;(
Mario : nti dh gue blg ke yg lainnya
Mario : sori ya fy, pdhl gue jg udh kgn ngerecokin lo :p
DeboAA : tmbh jago ya ?
ifysaufika : kangen ngerecokin, apa kangen sama gue ?? hehe
Mario : ngapain kangen sama lo ? ada jg lo yg kgn gue
Mario : emg jago kn dia, knp ?
ifysaufika : idih pd
DeboAA : gpp, eh gue off dulu ya, slm buat smua
'daritadi kek lo offnya' kata rio senyum-senyum kesel.
Mario : emg benr kn ? ngaku deh fy
ifysaufika : hehe, gmn ya ? gitu deh :)
ifysaufika is offline
Rio
garuk-garuk kepala sendiri lihat chat terakhirnya ify, enggak ngerti
maksud kata 'gitu deh' dari ify, udah mana langsung off gitu aja. Tapi
dia langsung panas waktu inget kalo debo juga baru aja off sebelum ify,
otaknya udah di penuhi sama teori-teori aneh.
"Jangan-jangan
tadi ify juga chat sama debo lagi, terus giliran debo off ify ikutan,
tapi gitu deh itu maksudnya, dia beneran kangen sama gue ? aduh ! ribet
banget sih !" rio ngedumel enggak jelas sendiri.
***
Deva
dan aren duduk berhadap-hadapan sambil menyantap makanan mereka
masing-masing. Deva memang sekarang selalu nganterin kemanapun aren
pergi.
"Kak deva, lama-lama aren enggak enak deh kalo kak deva jemput aren les balet pasti ujung-ujungnya di traktir"
"Ngapain harus enggak enak ren ?"
"Ya iyalah, jadi yang ini aren aja ya yang bayar"
"Jangan dong, kan gue yang ngajak, nanti kalo gue di gaplol sama kak alvin sama ray gimana ?"
"Hehe,
serem amat kak di gaplok, enggaklah. Aren cuma pengen aja gitu, kan kak
deva udah sering nraktir, jadi sekarang giliran aren dong" aren
tersenyum manis, yang langsung bikin deva meleleh.
"Sekali
ini aja ya, eh ren itu, belepotan.." reflek deva mengambil tisu dan
mengelapnya, aren cuma bisa mematung di tempatnya, sementara deva jadi
enggak enak sendiri.
"Sori ren.."
"Enggak apa kok kak, makasih"
"Ren, gue mau nanya, boleh ?"
"Bolehlah kak, apaan ?"
"Gue
sayang sama lo, bukan sayang kakak ke adek, tapi sayang cowok ke cewek,
apa lo mau jadi cewek gue ?" tanya deva mantap, aren menatapnya
bingung.
"Perlu
gue jawab sekarang kak ?" deva sih pengen ngasih jawaban 'iya harus
sekarang' tapi ngelihat muka aren yang kayanya masih shock, deva jadi
enggak tega sendiri.
"Kapanpun lo siap ren, gue tunggu jawaban lo"
"Makasih kak, kak deva enggak akan berubah kan ?"
"Berubah ?"
"Iya, aren enggak mau aja hubungan kita jadi aneh setelah ini"
"Oh
enggak dong ren.." deva ngacak-ngacak rambut aren sambil tertawa, aren
pun ikut tertawa. meski hatinya berusaha keras berpikir tentang jawaban
yang harus ia berikan.
Komentar
Posting Komentar