Best Friends nd Love with Line part 7

Ify ngelihatin rio yang lagi main basket bareng iel sama alvin. Dengan cermat ia memperhatikan setiap langkah rio, bahkan gimana cara rio mengelap peluh di pelipisnya. Ify cuma senyum-senyum sendiri aja.
"Cie, diliatin terus nih !" via duduk disamping ify.
"Haha, mubazir vi kalo di lewatin gitu aja" balas ify sambil masih terus ngeliatin rio.
"Tapi kayanya lo berdua belum ada perkembangan apa-apa ?"
"Enggak tahulah, rio masih gitu-gitu aja ke gue"
"Kalo gitu, lo dong fy yang harus mulai duluan" kata via semangat.
"Gue ? gengsi ah"
"Ye cinta enggak ngenal gengsilah, kan udah jaman emansipansi"
"Haha, ngaco lo ! lo sendiri ngapain kesini ? lancar sama iel ?" via diem, seinget dia, dia enggak pernah cerita apapun tentang iel ke ify.
"Kenapa lo diem ? gue tahu kok, kalo iel lagi usaha deketin lo"
"Deketin gue ?" tanya via penasaran.
"Gue udah kenal iel dari sd vi, gue tahu gelagat dia ke lo beda, lagian kayanya akhir-akhir ini lo enggak jutek-jutek lagi sama dia" ify tersenyum melihat via yang sepertinya agak enggak nyaman dengan pembicaraan ini.
"Santai aja vi, iel itu baik kok, dia enggak akan ngecewain lo, gue bisa jamin itu" sambung ify lagi, sementara via hanya tersenyum. Setelah cukup lama bermain, akhirnya rio, iel dan alvin menghentikan permainan mereka, mereka langsung berjalan menghampiri ify dan via.
"Nih yel.." via mengangsurkan sebotol air mineral ke arah iel, yang di terima iel dengan senang hati.
"Cie...fy buat gue mana ?" tanya rio ngarep.
"Ambil dong sendiri, emang gue siapa lo ?"
"Jahat ah lo ! kaya via tuh, lembut jadi cewek !"
"Emang kenapa kalo gue kaya gini ! lo aja enggak bisa baik kaya iel !"
"Gue kan rio bukan iel !"
"Gue juga ify bukan via !"
"Woi udah lo berdua, ribut mulu gue bawa ke kua nih !" celetuk iel yang merasa momen indahnya bersama via di ganggu. Rio sama ify cuma diem, terus lirik-lirikan dan cengengesan berdua.
"Gimana mau dibawa ke kua yel, ketemu aja enggak pernah akur" timpal via.
"Haha, bener lo vi" tanpa sadar iel ngacak-ngacak rambutnya via. Gantian rio sama ify yang cekikikan kali ini.
"Kayanya yang mesti dibawa ke kua lo berdua deh" ujar rio.
"Setuju !" ucap ify semangat.
"Gue duluan ya semuanya" kata via cepet, mukanya memerah salting.
"Ah lo berdua ! pergi kan vianya" kata iel kesel.
"Haha, peace yel" balas rio sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
"Vin diem aja lo, kenapa ? eh si cakka kenapa enggak masuk ?" alvin yang emang daritadi diem aja, cuma tersenyum menanggapi pertanyaannya ify.
"Cakka di rumah sakit nungguin agni"
"Agni siapa vin ?" tanya ify bingung. Alvin pun menceritakan secara singkat kejadian kemarin, dan iel membantunya menjelaskan tentang hubungan agni dan cakka.
"Oh ya udah nanti pulang sekolah kita jenguk aja, gimana ?" usul ify.
"Gue sih emang mau kesana nanti, tapi gue mau ada futsal dulu" jelas alvin.
"Kita tungguin deh" kata rio yang diikuti anggukan oleh iel dan ify.
***
Ray menatap deva, bingung sendiri kenapa sahabatnya ini enggak seaktif biasanya. Dia melirik ke arah ozy yang duduk di belakangnya.
"Zy, si deva kok diem banget ya ?"
"Lha mana gue tahu, tapi emang sih dari tadi pagi belum ngoceh dia"
"Sakit kali ya ?"
"Coba aja cek" ray pun meletakkan tangannya di atas dahinya deva.
"Ngapain lo ?" tanya deva bingung.
"Enggak anget kok dev, lo kenapa ?"
"Siapa juga yang sakit"
"Terus lo kenapa ?" tanya ozy nimbrung.
"Emang aren enggak cerita ray ?"
"Enggak, dia jarang cerita sama gue, lebih sering sama kak alvin, kenapa ?"
"Kemarin gue nembak aren..."
"Serius lo ? kok enggak minta ijin dulu sama gue ? terus dia jawab apa ?"
"Satu-satu kali ray nanyanya" kata ozy ngingetin.
"Dia minta waktu buat jawab"
"Tapi lo beneran sayang kan sama adek gue ?"
"Perhatian juga lo ray sama aren" timpal ozy yang dapet hadiah geplakan dari ray.
"Imut-imut gini gue kakaknya tahu"
"Gue sayang ray sama dia, masa lo enggak yakin sama gue sih"
"Ya udah lo sabar aja nunggu jawaban aren, nanti gue bantuin ngeyakinin dia deh"
"Haha, makasih ya ray, lo emang baik banget deh, muah" deva mencubit pipi ray sambil monyong-monyongin bibirnya kaya mau nyium.
"Gila lo ! tahu gini mending lo tadi gue diemin deh !" kata ray kesel, sementara deva dan ozy cuma bisa ketawa-tawa doang.
***
Rio, ify dan iel ngelihat sambil nungguin alvin yang lagi latihan futsal. Ify yang enggak ngerti apa-apa tentang futsal sih menikmati aja melihat alvin yang kalo udah ketemu bola, sisi liarnya keluar tapi tetep keren. Sementara rio sama iel lirik-lirikkan, mereka sama-sama setuju ada yang berbeda di permainan alvin. Masih tetep jago, masih tetep keren, masih tetep enak di lihat, tapi ini jauh di bawah kemampuan alvin yang biasanya. Setelah selesai, alvin langsung ganti baju dan menemui teman-temannya.
"Udah yuk, keburu sore" ajak alvin.
"Vin, lo kenapa ?" tanya rio yang udah kebelet nanya dari tadi.
"Apanya yang kenapa ?" tanya alvin bingung.
"Permainan lo beda" sambung iel yang juga penasaran.
"Sama aja ah, beda apanya ?"
"Beda aja, lo kaya lagi nahan sesuatu, udah gitu lo lebih sering kelihatan capek" jelas rio.
"Perasaan lo doang kali yo"
"Iya, tadi alvin bagus-bagus aja kok mainnya" bela ify yang emang enggak ngerasa apa-apa.
"Udah, gue enggak apa-apa, thanks deh buat perhatiannya" kata alvin sambil tersenyum ke arah rio sama iel yang entah kenapa sebenernya masih merasa ganjil.
Sesampainya di rumah sakit, ify, rio sama iel takjub sendiri ngelihat cakka lagi nyuapin agni. Bukan masalahnya nyuapinnya, tapi cara cakka mandang agni yang berbeda, tatapan mata yang sangat tulus. Alvin sih udah biasa aja lihatnya.
"Hai agni, salam kenal ya, udah baikan ?" tanya ify ramah.
"Udah kok kak, makasih ya"
"Tadi ngapain aja di sekolah ?" tanya cakka ke siapapun yang mau jawab.
"Biasa aja, paling cuma ada beberapa fans lo yang nanya-nanya lo kemana" iel lah yang menjawab pertanyaan cakka.
"Oh, eh fy lo disini dulu ya, gue mau cari makanan di luar, vin temenin yuk" alvin cuma mengangguk lalu mengikuti cakka yang duluan ke luar kamar. Mereka berdua membeli beberapa kue, snack serta minuman, lalu berniat kembali lagi ke kamarnya agni.
"Brukk" enggak sengaja cakka menabrak seorang bapak-bapak yang sepertinya terlihat sedang jalan terburu-buru.
"Maaf dek maaf, saya buru-buru.." kata bapak itu sambil berlalu pergi, tapi cakka hanya menatap punggung bapak-bapak itu, ia merasa pernah melihat orang itu sebelumnya. Dan enggak sampai beberapa setik kemudian dia inget, emosi langsung menguasai jiwanya, tanpa mempedulikan barangnya yang berjatuhan dan sedang di bereskan oleh alvin, cakka langsung berlari mengejar bapak-bapak itu, alvin yang bingung cuma bisa ngekorin cakka.
"BUG !" cakka menarik pundak bapak-bapak tersebut dan langsung menonjoknya telak di muka, beberapa orang langsung mengerumuni mereka, sementara alvin mencoba menenangkan cakka.
"Cak, lo kenapa ?"
"Dia vin, dia bokapnya agni !" teriak cakka sambil nunjuk-nunjuk bapak itu.
"Kamu kenal anak saya ? dimana dia sekarang ?"
"Ngapain masih nyari agni ! enggak puas udah nyiksa dia !" cakka benar-benar emosi, alvin sendiri rasanya juga ingin nonjok tuh bapak-bapak mengingat apa yang sudah ia lakukan ke agni, tapi akal sehatnya masih berfungsi normal.
"Cak ! ini rumah sakit ! mending sekarang lo balik ke kamarnya agni, biar gue yang nyelesein masalah ini !" kata alvin bijak, sambil menepuk-nepuk bahu cakka, cakka yang terlihat akan melawan lagi, mengurungkan niatnya dan menuruti perintah alvin.
"Bisa anda ikut saya ?" tanya alvin ketus. Mereka berdua berjalan dalam diam, sampai akhirnya duduk di sebuah bangku di taman rumah sakit yang sepi.
"Apa anda sadar tentang perbuatan yang telah anda lakukan ?"
"Saya..saya khilaf.." kata bapak itu lirih, ada kegetiran dalam nadanya.
"Khilaf ? agni anak bapak satu-satunya, perempuan, dan bapak perlakukan seperti itu, bapak cuma bisa bilang khilaf doang" meski emosi, alvin masih tetap bisa mengontrol nada bicaranya.
"Dalam waktu dua tahun, saya kehilangan semuanya, anak kebanggaan saya, istri tercinta saya, rumah tangga yang saya jaga sepenuh hati, bahkan yang terakhir saya kehilangan pekerjaan saya, semuanya...Tuhan tidak adil terhadap saya.." seandainya alvin tidak bersimpati lebih dulu terhadap agni mungkin ia akan bersimpati kepadanya.
"Tapi itu semua bukan alasan untuk melimpahkannya ke agni, satu-satunya kebahagiaan yang Tuhan beri untuk bapak mungkin. Agni mungkin semacam ujian terakhir untuk bapak, dan bapak hampir gagal menghadapinya, gimana kalo kemarin Tuhan juga ngambil agni, apa bapak benar-benar siap ?" bapak-bapak tersebut memandang alvin, anak muda yang terpaut usia jauh darinya, tapi begitu memaknai hidup dengan bijaknya.
"Teman kamu yang tadi ? dia siapa ?"
"Namanya cakka, maaf bila dia terlalu emosi menghadapi bapak, meski saya tahu emosinya beralasan, tapi caranya juga salah mengahadapi bapak"
"Saya tahu, saya pantas menerima itu, kalo boleh tahu, siapa nama kamu ?"
"Saya alvin, saya kakak kelasnya agni"
"Nak alvin, bisa kamu membantu saya bertemu dengan agni, saya tahu kesalahan saya, saya siap menanggung resikonya, penjara sekalipun, tapi saya benar-benar ingin bertemu agni" alvin enggak tega sendiri melihat bapak itu begitu sungguh-sungguh.
"Saya usahain pak" alvin mengajak bapaknya agni ke kamar perawatan agni.
"Bapak tunggu disini dulu, biar saya tanya ke agninya mau ketemu bapak atau enggak" kata alvin sesampainya mereka di depan pintu kamar agni. Alvin masuk sendiri, dia menyadari guratan ketegangan yang masih tampak nyata di wajahnya cakka.
"Kak alvin.." panggil agni, sepertinya cakka sudah menceritakan semuanya.
"Bokap lo ada di luar, lo mau ketemu sama dia ?"
"Buat apa ?!" tanya cakka masih emosi, iel sama rio udah berdiri di samping cakka buat jaga-jaga.
"Pilihan ada di lo, dia enggak akan gue ijinin masuk kalo lo enggak mau" kata alvin lagi berusaha tidak memperdulikan cakka.
"Enggak bakal ada apa-apa kok ag, jangan takut ya, kita semua bakal jagain lo kok" kata ify bijak.
"Iya kak, gue mau ketemu.." kata agni lirih tapi mantap. Cakka agak terlihat kesal dengan kata-kata agni, tapi dia juga yang pertama kali keluar kamar baru diikuti oleh yang lainnya.
"Agni, maafin ayah.." agni dan ayahnya berapandang-pandangan lirih.
"Ayah tahu ayah salah, setelah ini ayah akan kirim kamu ke jogja, kamu bisa tinggal bersama eyang, dan ayah, ayah kan menanggung semua perbuatan ayah" agni berusaha mencerna kata-kata ayahnya, suara ayahnya yang lembut, tatapan mata yang penuh sayang, agni merasa inilah ayahnya yang beberapa waktu lalu hilang dala hidupnya.
"Agni enggak mau pindah, agni mau sama ayah aja.."
"Kenapa ? ayah enggak bisa jagain agni"
"Tapi agni cuma punya ayah, cuma mau mau sama ayah, ayah pernah janji, janji kita sama-sama mulai semuanya dari awal lagi, ayah masih inget kan ?"
"Agni enggak marah sama ayah ?"
"Enggak, agni baru marah kalo ayah maksa agni buat pindah" ayahnya menghampiri agni dan langsung memeluknya. Cakka yang menyaksikan itu dari kaca pintu kamarnya agni, mau enggak mau cuma bisa ikut tersenyum, lalu ia mengalihkan pandangannya ke alvin, yang selalu memiliki cara untuk menyelesaikan masalah orang.
Rio dan ify pamit duluan, tapi sekarang mereka malah cuma diem-dieman di mobil berdua. Bukannya berantem kaya biasanya.
"Yo, gimana sama dea ?" tanya ify, yang udah enggak punya topik lain.
"Biasa aja, kenapa ? jealous ?" tanya rio iseng.
"Nanya doang, abis basi nih suasananya" rio cuma tersenyum, terus diem lagi, ify juga ikutan diem lagi. Sebenernya rio diem, karena dia lagi mikir, cara apa yang ampuh buat nunjukkin perasaannya ke ify sekarang-sekarang ini.
"Fy.."
"Hmm"
"Kalo gue sayang sama lo gimana fy ?" rio langsung mengutuki dirinya sendiri, kenapa malah pertanyaan yang itu yang keluar dari bibirnya, sementara ify enggak kalah speechless sama rio.
"Hah..ehm..a..apa yo ? sayang ?"
"Enggak kok fy, enggak apa-apa, udah sampe tuh, turun gih, gue langsungan aja ya, salam buat semuanya" rio malah merepet cepat, dan ify yang merasa di 'usir' secara halus oleh rio dari mobilnya cuma bisa diem doang sambil turun dari mobil, rio sendiri langsung memacu mobilnya kencang.
"Kenapa gue bilang gitu tadi ? bego banget deh lo yo ! semoga ify beneran enggak sadar sama pertanyaan gue !" rio masih terus marah-marah sendiri.
Ify memasuki kamarnya dengan lunglai dan langsung duduk di kasurnya 'kenapa rio malah kaya gitu, padahal gue udah ngarep kelanjutannya' kata ify dalam hati

Nova melangkahkan kakinya menyusuri koridor-koridor di sekolahnya, semenjak acha jadian sama ozy, dan ray jadian sama keke, nova jadi lebih sering sendirian, males aja kalo harus di gosipin sama deva. Bingung mau kemana, akhirnya dia membelokkan kakinya ke perpustakaan.
"Sepi amat nih perpus, anak sini yang udah pada kepinteran, apa gimana sih" gumam nova sambil memilih-milih buku yang ingin ia baca, setelah mengambil sebuah novel, nova celingukan bingung mau duduk di kursi yang mana, tapi kemudian dia melihat satu orang yang ia kenal.
"Kak gue duduk situ ya" alvin menoleh melihat siapa yang menyapanya, dia cuma bisa mengangguk sambil tersenyum. Nova hanya membolak-balik halaman bukunya, alvin tahu itu karena diam-diam ia memperhatikan nova.
"Lagi ada masalah ya nov ?" alvin akhirnya memutuskan untuk bertanya.
"Biasa deh kak, saban hari orang tua gue, bukannya tambah akur malah tambah ancur" kata nova lirih.
"Sabar ya nov, Tuhan selalu ngasih hadiah terindah buat orang yang sabar lho"
"Iya kak gue tahu, kak kapan ngajak gue lagi ke panti, gue kangen banget sama mereka"
"Nanti kalo gue mau kesana gue pasti ngajak lo"
"Gue tunggu lho kak, gue anggep itu janji dari lo, hehe. Kakak kok bisa kenal sama mereka ?"
"Panjang nov ceritanya, nanti aja ya kapan-kapan gue ceritain, mending sekarang kita balik yuk, kayanya udah mau bel" nova dan alvin berjalan keluar bersama dari perpustakaan, dan berpisah di ujung lorong.
***
Iel mengamati via yang lagi sibuk ngetik di laptopnya, akhir-akhir ini iel suka make urusan osis biar dia sama via bisa berduaan.
"Ada yang salah sama muka gue yel ?" tanya via ngeh kalo matanya iel daritadi ngelihatin dia terus.
"Enggak kok enggak" jawab iel salting.
"Haha, kenapa lo ?" tanya via bingung.
"Ye di bilang enggak apa-apa, ehm vi, kapan-kapan mau enggak jalan sama gue ?" tawar iel.
"Boleh-boleh aja, mau kemana emang ?"
"Belum tahu sih, tapi jakarta kan gede, gampanglah mau kemananya sih, selama gue sama lo" muka via memerah.
"Gombal deh lo"
"Orang gue lagi serius" jawab iel enteng.
"Haha, iya deh iya, atur aja" ujar via sambil tersenyum. Udah beberapa hari ini juga, iel bisa ngerasain senyumnya via khusus buat dia, terasa lebih manis dan indah malah menurutnya.
"Eh sori gue enggak tahu lo lagi berdua"

"Enggak apa-apa kok vin, masuk aja ini juga gue udah selesai kok, gue duluan ya" via beranjak pergi.
"Kenapa vin ?" tanya iel.
"Mau nanya, proposal yang kemarin udah belum ?"
"Oh iya, gue lupa..hehe.."
"Wah gimana sih lo, baru aja bisa deket sama via. Kapan lo mau nembak dia ?"
"Belum tahu, dia aja baru sekarang baik sama gue, masih nunggu waktu yang tepat"
"Ya udahlah, ehm proposalnya, nanti lo kasih ke gue pas pulang sekolah aja ya, gue ada latihan futsal"
"Latihan lagi ? kok kayanya akhir-akhir ini, lo jadi lebih gila sih vin ?"
"Lo lupa apa, final turnamen antar sma, akhir bulan depan"
"Ya enggak sampai di forsir gitulah, gue lihat lo akhir-akhir ini agak kurang sehat, sekarang aja muka lo pucet tuh"
"Enggak ah biasa aja, gue duluan ya" alvin langsung ngacir pergi gitu aja.
Ify merasakan hpnya bergetar di saku bajunya, mumpung lagi jam kosong, ify pun langsung melihat siapa yang sms dia.
from : debo
hy fy ! gnggu ga ?
'tumben debo sms gue ?' batin ify bingung.
to : debo
enggak kok, knp de ? tumben :p
from : debo
iya ni jd enggak enak, mau minta tolong
to : debo
tolong apa ?
from : debo
susah kalo lwt sms, nti bs gue jmpt aja ga ?
to : debo
oh ya udah oke :)
from : debo
thx ya fy
Ify mulai menerka-nerka, kira-kira mau ngapain si debo mau ketemu sama dia. Tapi kemudian dia jadi inget sama rio, dia enggak mau rio tahu kalo nanti dia di jemput debo, bisa ruwet semuanya.
Saat pulang sekolah, iel langsung menuju lapangan futsal untuk menyerahkan proposal yang di janjikannya ke alvin. Ternyata alvin lagi latihan sendiri, karena enggak mau ganggu, iel pun lebih milih buat ngelihatin alvin latihan. Karena cuma berdua doang, iel jadi lebih bisa serius merhatiiin alvinnya, dan dia tambah yakin kalo ada yang beda sama alvin. Iel mengahampiri alvin, yang terlihat kelelahan di tengah lapangan.
"Bro, kayanya lo harus istirahat deh" kata iel sambil menepuk pundak alvin, tiba-tiba alvin langsung oleng ke arahnya.
"Lo kenapa vin ? ya ampun badan lo panas banget !" iel panik dan langsung mapah alvin ke pinggir lapangan.
"Enggak apa-apa kok yel, cuma agak pusing sedikit" jawab alvin pelan.
"Lo demam deh kayanya, gue anterin balik ya" tawar iel.
"Terus mobil lo ? udah mending gue sama ray aja, biar dia bawa mobil gue, motornya kan bisa di titipin disini"
"Ya udah deh, ayo gue anter lo ke parkiran" ajak iel. Mereka berdua pun berjalan ke parkiran, ternyata disana ray udah nungguin, begitu dia dapet sms dari alvin tadi.
"Kenapa lo kak ?" tanya ray bingung.
"Enggak apa-apa kok, iel aja tuh yang parno"
"Kakak lo demam tuh, udah sono lo bawa balik"
"Sip kak" sepanjang perjalanan, ray yang dikit-dikit nengok ke arahnya alvin yang duduk di sampingnya, baru sadar kalo kakaknya emang kelihatan lebih pucet.
"Lo yakin kak, enggak mau ke rumah sakit ?" tanya ray yang udah ngulang pertanyaan yang sama berkali-kali.
"Enggak ray, gue cuma butuh tidur doang kok" kata alvin yang juga ngulang jawaban yang sama. Ray cuma bisa pasrah, susah juga kalo kakaknya udah bilang 'enggak'.
"Kak alvin kenapa ?!" tanya aren histeris waktu ngelihat alvin dipapah sama ray masuk ke dalam rumah, alvinnya sih cuma senyum aja.
"Daripada lo teriak-teriak, mending bantuin gue deh" kata ray yang agak kesusahan menopang badan alvin yang lebih tinggi darinya. Aren nurutin perintah ray, mereka berdua sama-sama mapah alvin sampai ke kamar.
"Kak, gue telponin dokter ya" usul ray yang beneran enggak yakin kalo kakaknya cuma sakit biasa.
"Iya kak, kalo enggak kita ke rumah sakit aja ya" timpal aren sambil ngompresin alvin.
"Udah gue beneran enggak apa-apa, cuma kecapekan doang, gue mau istirahat aja.." ujar alvin sambil tersenyum, aren yang enggak puas dengar jawaban kakaknya, melirik ke arah ray.
"Ya udahlah ren, kita biarin aja kak alvin istirahat dulu" ucap ray pasrah sambil mengajak aren ke luar kamar. Aren yang rasanya pengen tetep tinggal di kamarnya alvin, enggak bisa berkutik waktu ray menarik tangannya, yang dia bingung kenapa ray enggak ngelepasin tangannya sampai masuk ke dalam kamar.
"Lho ren, ngapain lo ikutin gue ke kamar ?" tanya ray bingung sendiri.
"Ye pikun dasar, siapa juga yang narik-narik tangan aren sampai sini !" bales aren sebel. Ray cuma cengengesan aja, menyadari kesalahannya sendiri.
"Haha, sori-sori gue enggak sadar.." kata ray sambil ketawa-tawa sendiri.
"Pasti mikirin kak keke deh, hehe.." goda aren sambil tidur-tiduran di kasurnya ray.
"Ya iyalah, mau mikirn siapa lagi gue" jawab ray enteng, tapi kemudian dia jadi keingetan deva.
"Eh ren, gue mau nanya"
"Apaan ?"
"Kemarin lo di tembak deva ya ?" tanya ray langsung, yang cuma di jawab pake anggukan sama aren.
"Terus kok belum di jawab ? kasian tuh deva, kepikiran" sambung ray lagi.
"Masih bingung kak, menurut kakak gimana ?" tanya aren balik.
"Ya yang tahu jawabannya ya cuma lo dong ren, kalo gue sih, karena deva sahabat gue, ya gue percaya aja kalo dia enggak bakal nyakitin lo" aren ngelihatin ray yang tumben amat serius sama dia.
"Tapi aren masih enggak yakin kak"
"Enggak yakin kenapa ?"
"Enggak tahu, aren ngerasa bingung sendiri aja gitu, aren sih nyaman sama perhatiannya kak deva, tapi aren ngerasa belum pasti aja gitu"
"Pikirin baik-baik ajalah, mantepin hati lo, jangan sampai ada yang nyesel suatu saat nanti, lo juga udah lama kan kenal deva, gue yakin kok lo udah gede, udah bisa bedain mana yang baik mana yang enggak buat lo" nasihat ray panjang.
"Wuidih keren kak omongannya, tumben banget.."
"Ye lo, baru tahu apa gue keren"
"Kumat deh narsisnya, hehe, thanks ya kak.." kata aren sambil bergegas keluar dari kamarnya ray.
***
Ify celingukan, dia ngerasa ada yang ngikutin dia daritadi. Debo yang lagi nyetir di sampingnya ify ikutan celingukan karena bingung ngelihat ify.
"Nyari apa sih fy ?"
"Kok gue ngerasa ada yang ikutin mobil ini ya de ?"
"Lo doang kali yang parno, enggak ada apa-apa kok"
"Iya kali ya, eh kita mau kemana ?"
"Kafe langganan kita aja, mau kan ?"
"Mau dong.." jawab ify semangat. Sesampainya mereka di kafe tersebut, mereka sengaja memilih tempat duduk di bagian luar.
"Jadi apa de yang bisa gue bantu ?" tanya ify to the point.
"Oik fy.."
"Kenapa oik ?"
"Akhir-akhir ini, oik ngejauh dari gue, di saat gue sadar kalo gue sayang sama dia..haha.." debo tertawa lirih.
"Terus gue harus ngapain ? emang enggak ada temen-temennya oik yang bisa lo mintain tolong gitu ?"
"Oik sama temen-temennya udah telanjur ngecap kalo gue playboy, dan mereka enggak percaya sama keseriusan gue, lo bisa kan fy bantuin gue ngeyakinin oik ?" debo memintanya dengan tulus dan penuh harap, ify tahu itu dari pancaran mata debo, walaupun enggak ngerti juga mau bantu gimana, tapi ify enggak tega sendiri lihatnya.
"Gue usahain ya de.." kata ify sambil tersenyum.
"Makasih ya fy.." reflek debo menggenggam tangan ify.
Rio yang dari di sekolah udah panas lihat ify di jemput debo, beneran enggak bisa tahan lagi waktu ngelihat ify senyum-senyum dan tiba-tiba debo menggenggam tangannya ify. Dia langsung berdiri dan menghampiri mejanya ify dan debo yang berjarak hanya dua meja dari mejanya.
"BUG !" tanpa aba-aba rio langsung menyarangkan pukulannya di wajah debo. Debo sama ify yang masih asik ngobrol bener-bener kaget sama ulah rio.
"Rio lo apa-apaan sih !" teriak ify sambil berdiri diantara rio dan debo.
"Lo yang apa-apaan pegangan tangan sama dia !" teriak rio enggak kalah kencengnya.
"Lo salah paham yo" kata debo berusaha menjelaskan.
"Salah paham apa ?! gue jelas-jelas lihat apa yang kalian lakuin !"
"Terus kenapa lo marah-marah ?! emang gue siapa lo !" ify beneran enggak ngerti sama jalan pikirannya rio, dia enggak peduli sama orang-orang yang udah berkerumun di sekitar mereka.
"Lo ! lo itu pengecut yo ! kalo lo mau tahu, gue sayang sama lo ! sayang sama lo ! tapi apa, lo enggak pernah sedikitpun usaha buat gue ! enggak !" susah payah ify berusaha menahan butir-butir air yang siap menetes dari matanya, dadanya sesak, tapi ia tidak peduli, semua yang ia rasakan keluar begitu saja. Sementara rio hanya mematung berdiri di tempatnya.
"Ayo de kita pulang !" dengan kasar ify menarik tangan debo, meninggalkan rio yang terpaku diam di tempatnya. Debo yang juga enggak bisa ngapa-ngapain, meraih dompetnya dan meletakkan dua lembar uang lima puluh ribuan diatas mejanya, dan langsung pergi bersama ify.
Rio yang baru sadar beberapa menit kemudian, melihat sekelilingnya yang masih mengamati dia.
"Bruuk !" rio menendang kursi yang ada disitu untuk sekedar melampiaskan kekesalannya dan langsung pergi gitu aja. Pikirannya kacau, dia bingung juga mau kemana. Akhirnya hari itu cuma rio abisin muter-muter aja, sambil berkali-kali berusaha menghubungin ify yang hpnya enggak aktif-aktif.
Keesokan harinya, cakka sama iel beneran di buat bingung sama tingkahnya rio dan ify yang diem-dieman udah kaya dua orang yang enggak kenal satu sama lain. Mereka berempat lagi ada di mobilnya iel sekarang, semalem iel ngajakin mereka buat ngejenguk alvin.
"Lo berdua beneran enggak apa-apa ?" tanya cakka.
"Hmm" gumam ify.
"Iya" jawab rio singkat. Cakka sebenernya udah kesel lihat kelakuan dua sahabatnya ini, dia ngelihat ke arah iel, tapi iel cuma bisa ngangkat bahu, enggak tahu juga kenapa.
Tok..tok..tok. Cakka mengetuk rumah pintu alvin.
"Den alvinnya barusan aja pergi"
"Kemana ? emang dia udah sembuh ?" tanya cakka bingung.
"Kayanya sih udah segeran, tapi saya juga kurang tahu kemananya" cakka melihat ke arah teman-temannya.
"Ya udah deh kalo gitu, kita pamit aja" kata cakka kemudian, lalu mereka berempat langsung masuk ke mobilnya iel.
"Kemana nih kita ?" tanya iel ke semuanya.
"Terserah" jawab rio dan ify kompak, yang bikin cakka sama iel senyum-senyum sendiri.
"Jalan aja deh yel, cari makan" kata cakka. Mereka pun sibuk dalam urusan masing-masing, iel yang sibuk nyetir, cakka yang sibuk smsan sama agni, rio yang diem-diem sibuk mikirin ify yang duduk jutek di sampingnya dan ify yang lagi ngelihatin rio dari pantulan kaca jendela.
"Eh itu mobilnya alvin bukan !" kata ify tiba-tiba, yang sukses bikin iel ngerem mendadak, untung jalanan sepi.
"Mana ?" tanya cakka nyari.
"Itu lho..." kata ify sambil nunjuk-nunjuk.
"Iya itu mobilnya alvin, kita ikutin aja yuk" usul iel, yang langsung disetujui sama teman-temannya. Mobilnya iel terus ngikutin mobilnya alvin, sampai mereka tiba di sebuah rumah.
"Panti asuhan ?" tanya ify sambil melihat plang yang terdapat di depan rumah itu.
"Udah turun aja yuk, susulin si alvin ke dalem" ajak cakka. Mereka berempatpun turun, awalnya mereka canggung juga, enggak enak kalo tiba-tiba nyelonong masuk ke dalam. Jadi mereka malah cuma ngelihatin dari jauh.
"Sini aja kali, ngapain udah sampai sini malah berhenti disitu !" panggil alvin dari teras rumah tersebut.
"Lo tahu kita ikutin ?" tanya iel malu-malu.
"Ya iyalah, gue kan apal sama mobil lo, ayo masuk" ajak alvin. Alvin mengenalkan mereka sama anak-anak panti, mereka enggak nyangka sendiri, kalo jiwa sosialnya alvin sebesar ini. Satu lagi sisi barunya alvin yang baru mereka ketahui.
"Bawa temen lagi lo vin"
"Eh iya, kenalin mereka temen-temen gue, yang ini ify, terus iel, cakka sama rio" alvin menunjuk temannya satu persatu.
"Hai gue lintar, temen lo yang waktu itu, enggak ikut ?" temen-temennya pada lihat-lihatan, dan mereka sama-sama belum pernah ada yang diajak alvin ikut kesini.
"Nova ? dia adek kelas gue, kenapa lo kangen sama dia ?" temen-temennya tambah bingung aja.
"Lo pernah ngajak nova kesini vin ?" tanya iel negesin pendengarannya.
"Iya, beberapa minggu yang lalu" jawab alvin enteng.
"Kapan-kapan lo ajak lagi dong vin si nova kesini, anak-anak suka sama dia" timpal lintar.
"Anak-anak apa lo ?" goda alvin.
"Haha, oke deh, iya gue juga pengen ketemu dia lagi" ify langsung ngelihatin alvin, enggak ada muka cemburu, yang ada tetep mukanya yang lagi senyum dan seolah-olah tanpa beban.
"Eh bentar dulu ya, mau pada minum apa nih ?" tawar lintar ramah.
"Enggak usah repot-repot lin, tapi sirup juga boleh, gerah.." kata rio sambil nyengir, lintar pun pamit ke belakang mau ngambil minum. Yang lainnya langsung interogasi alvin.
"Lo masih suka sama nova kan vin ?" tanya ify memulai.
"Kelihatannya ?" alvin malah balik nanya.
"Terus kenapa lo biasa aja waktu lintar bilang dia pengen ketemu nova ?" tanya cakka bingung.
"Gue enggak punya hak apa-apa buat marah sama dia, nova bukan siapa-siapa gue, mungkin aja malah nova sama lintar jodoh, iya enggak"
"Ah engga ngerti gue sama pikiran lo" celetuk rio.
"Haha, ya udah enggak usah dipikirin juga kali, jalanin aja"
"Tapi enggak adil buat lo dong vin, lo suka sama nova dari kelas dua smp sampai sekarang, terus lo mau biarin aja si nova lepas dari lo ?" tanya iel nambahin.
"Lagian menurut gue, nova sama lo udah cocok vin, sempurna" sambung ify.
"Jangan mencintai yang sempurna fy, tapi cintailah orang yang bisa ngelengkapin lo dengan caranya yang sempurna" ujar alvin, yang bikin rio sama ify lirik-lirikan.
"Cara lo sempurna kok vin" timpal cakka.
"Enggak ada yang tahu cak, udah ah, mending kita main sama anak-anak yuk" alvin memasuki sebuah ruangan bermain, teman-temannya sih awalnya cuma ikut aja, tapi akhirnya mereka juga keasikan main sama anak-anak disitu.

Komentar

Postingan Populer