Best Friends nd Love with Line part 8

Iel melirik ke arah via yang duduk di sampingnya. Tanpa via tahu, keringat dingin sedang membasahi tubuh iel sekarang. Harusnya hari ini, adalah hari yang menyenangkan buat iel, karena ia berhasil mengajak via buat jalan berdua sama dia. Masalahnya adalah, via ngajak dia ke dufan, dan dufan adalah tempat yang paling iel benci.
"Ayo yel !" ajak via bersemangat.
"Emang lo mau naik apaan ?" tanya iel sok biasa aja.
"Apa ya ? enakan langsung yang seru apa gimana ?" tanya via balik. Iel melihat sekelilingnya, 'hmm, enggak mungkin banget kalo gue ngajakin via ke rumah boneka' batin iel waktu ngelihat wahana rumah boneka.
"Kok lo malah ngelamun sih yel ? enggak suka ya kesini ?"
"Eh..enggak kok, naik..hmm..kora-kora aja gimana" iel menyesali usulnya sendiri waktu via langsung narik dia buat antri naik kora-kora. Dalam diam, iel mengamati kora-kora tersebut, dan terus komat-kamit berdoa dalam hati waktu tiba gilirannya dan via buat naik.
Iel sama via sama-sama teriak kenceng-kenceng, bedanya kalo via teriak sambil ketawa-tawa karena menikmati sedangkan iel teriak karena dia emang beneran takut sama ketinggian.
"Hah..seru banget..gila..hah.." kata via yang semangatnya jadi tambah menggebu-gebu sementara iel cuma bisa senyum-senyum doang. Abis itu untungnya iel berhasil ngalihin via ke permainan yang enggak tinggi-tinggi amat.
"Capek vi, duduk dulu bentar ya" kata iel sambil duduk dan menenggak air mineralnya.
"Payah lo yel, ayo dong lagi"
"Lo demen banget sama dufan ya vi ?"
"Hehe, iya dong siapa juga yang enggak suka dufan. Eh udah dong lo istirahatnya, ayo kita naik tornado !"
"BYURR" air yang mau iel minum muncrat semua mendengar kata tornado.
"Kenapa lo yel ?" tanya via bingung.
"Enggak apa-apa" jawab iel sambil geleng-geleng enggak yakin.
"Ya udah ayo kalo gitu" via narik tangan iel, iel enggak tahu juga mau cari alasan apa biar dia enggak perlu naik tornado. Tapi selain pasrah dan berserah diri kayanya emang enggak ada jalan lain buat iel.
Iel tengok kanan dan ngelihat via yang lagi cengengesan ke arah dia. Berkali-kali iel menghela nafas, enggak nyangka sendiri kalo bakal ada hari ini, seorang gabriel yang selalu di ejek sama cakka karena enggak pernah berani menginjakkan kakinya di dufan eh sekarang malah lagi siap-siap mau guling-gulingan sama tornado.
"Hoek..hoek.." via dengan sabar mengurut-ngurut tengkuknya iel.
"Lo beneran enggak apa-apa yel ?" tanya via khawatir.
"Enggak kok paling cuma masuk angin doang" balas iel sambil tersenyum maksa.
"Ya udah yuk pulang aja gue yang bawa mobil lo"
"Enggak usah gue..."
"Udah ayo" via memotong kata-kata iel dengan tegas, sambil melingkarkan tangan iel di pundaknya, ia memapah iel sampai parkiran.
"Diminum dulu kak" tawar acha ramah, karena iel langsung tepar pas sampe rumah jadi acha inisiatif buat ngobrol sama via.
"Iya makasih ya, jadi ngerepotin.."
"Hmm, yang ada juga kak iel tuh yang ngerepotin, malu-maluin amat masa jalan ama cewek pulangnya tepar begitu" cibir acha.
"Haha.." via hanya bisa tertawa mendengar celotehan acha.
"Emang abis darimana sih kak ?"
"Dufan" acha melongo sendiri mendengar jawaban singkat dari via.
"Dufan kak ? dufan yang di ancol ? dufan yang tempat mainan itu ?" acha nanya bertubi-tubi, sekarang gantian via yang bingung ngelihat acha.
"Iya cha dufan, emang ada dufan yang lain ?"
"Wua kak via hebat, selamet ya kak !" teriak acha heboh.
"Kenapa sih cha, gue enggak mudeng deh ?" tanya via bener-bener bingung.
"Emang kakak enggak tahu kalo kak iel phobia tinggi setengah mati ?!" via kaget jadi dia jawabnya cuma geleng-geleng doang.
"Iya kak iel itu phobia tinggi, gila-gilaan deh dia sama yang namanya ketinggian, dan kak via jadi orang pertama dari sekian banyak orang yang berhasil ngajak kak iel ke dufan" jelas acha lagi.
"Yakin lo cha, tapi tadi dia naik kora-kora naik tornado juga walaupun ujunngya jadi muntah-muntah.."
"Iyalah kak, udah hampir 15 tahun gue kenal kak iel, haha, pengorbanan tuh kak buat kakak, kak iel kan suka banget sama kakak" goda acha yang bikin via salting sendiri.
"Hmm, apaan sih cha, udah ah gue mau balik.."
"Bentar ya kak, gue bangunin dulu kak ielnya"
"Enggak usah cha, nih gue udah disini" iel tiba-tiba udah nongol gitu aja.
"Udah enakan yel ?"
"Udah kok, thanks ya vi, jadi malu deh gue, kok bisa ya lagi jalan sama cewek secantik lo malah tepar begini..haha.." iel tertawa sendiri.
"Jiah gombal lo kak, udah sono anterin kak via balik gih"
"Yee lo anak kecil ikutan aja sih. Ayo vi mau balik sekarang ?"
"Gue bisa sendiri kali yel, kalo emang lo masih mau isirahat" tolak via halus.
"Mana bisa gue istirahat kalo lo pulang sendiri, udah ayo ah" iel langsung narik tangannya via. Tanpa peduliin acha yang asik cekikikan sendiri. Sepanjang perjalanan yang sebenernya enggak jauh-jauh amat lebih banyak terisi sama via dan iel yang nyanyi-nyanyi ngikutin lagu-lagu yang di puter sama radio di mobilnya iel.
"Thanks banget ya yel buat hari ini, sori juga bikin lo tepar" kata via tulus sambil turun dari mobilnya iel.
"Sama-sama vi, jangan ceritain aib gue tepar ya, hehe, gue langsungan ya.."
"Eh iya yel, makasih juga buat pengorbanan lo tapi gue lebih seneng kalo lo jujur sama gue, gue enggak mau lo kenapa-napa lagi gara-gara gue" kata via lagi.
"Gue cuma mau bikin lo nyaman sama gue vi" iel tersenyum, via juga ikut tersenyum, lalu setelah dadah-dadahan iel pun memacu mobilnya meninggalkan rumah via.
***
Rio mengetuk-ngetukkan jarinya di stir mobilnya sambil memandang lurus ke arah rumah di sampingnya. Udah hampir satu jam dia cuma duduk diem ngelihatin rumahnya ify. Dia udah enggak tahan sama aksi diem-dieman yang di jalankan oleh ify. Rio mulai melangkah turun dari mobilnya dan berjalan ke arah rumah ify. Dia udah siap mau ngacungin telunjuknya buat mencet bel, tapi dia tarik lagi waktu pintu rumahnya ify tiba-tiba kebuka.
"Eh, nyari kak ify ya ? di dalem tuh masuk aja"
"Mau kemana dev ?"
"Ke rumahnya ray, duluan ya" teriak deva sambil ngacir. Rio menatap ruang tamunya ify yang dapat terlihat dari tempatnya berdiri sekarang. Di situ banyak kisah pernah terjadi antara ify dan rio, acara ngerjain pr berdua bareng, jahil-jahilan, lempar-lemparan bantal, kejar-kejaran..hah..semua yang indah buat di selalu kenang.
"Lho nak rio ngapain berdiri disini ?" tanya mamanya ify yang niatnya mau nutup pintu.
"Eh malem tante, mau ketemu sama ify" rio langsung nyium tangan mamanya ify.
"Oh iya masuk aja dulu, tante panggilin ifynya" rio pun masuk dan duduk menunggu ify. Enggak sampai lima menit kemudian ify dateng dan duduk di depannya rio, tapi matanya enggak melihat ke arah rio.
"Lo marah ya fy sama gue ?"
"...."
"Fy lo marah sama gue ?" ulang rio lagi. Ify tetep aja diem, dia malah mainin ujung-ujung kaosnya.
"Fy gue dateng cuma mau minta maaf, alvin bilang mungkin gue udah salah paham sama debo, jadi gue harus minta maaf, kalo perlu nanti gue datengin ke rumahnya debo deh buat minta maaf juga ke dia" jelas rio panjang yang tetep enggak di respon apa-apa sama ify.
"Ify, ngomong dong, jangan diem terus kaya gini, gue enggak tahan lo diemin" rajuk rio sambil masang muka melas.
"Ya ampun fy, gue harus ngapain deh biar lo maafin gue ? gue beneran enggak sengaja waktu itu nonjok debo, gue cuma..."
"Cuma apa ?" tanya ify akhirnya bersuara.
"Cemburu" jawab rio singkat.
"Ngapain lo cemburu sama debo ?" tanya ify jutek.
"Ya karena gue sayang sama lo" kata rio pelan, agak sewot sebenernya, rio paling enggak suka sama keadaan yang memojokkan dia.
"Udah gitu doang ?"
"Terus lo maunya gimana ? gue dateng kesini mau minta maaf sama lo fy, kok lo malah kesannya kaya enggak nganggep gue gini sih, hargain gue dong fy, lo kan tahu gue paling enggak bisa sama acara maaf-maafan begini !"
"Kok lo nyolot sih yo !"
"Kan lo yang nyebelin duluan !"
"Lo niat enggak sih minta maaf ke gue ?!"
"Tadinya sih niat, tapi lihat lo ogah-ogahan gitu gue juga jadi pengen pikir-pikir lagi deh !"
"Ya udah sana kalo enggak niat !"
"Ya udah !" tanpa sadar rio sama ify udah dalam posisi berdiri. Mereka berdua sama-sama diem beberapa saat, rio diem karena inget kalo niat awalnya kesini mau minta maaf, ify diem karena bingung kenapa mereka susah banget akur akhir-akhir ini.
"Udah sana lo pulang !"
"Enggak bisa fy kalo lo belum maafin gue" intonasi suara rio merendah enggak pake teriakan kaya tadi lagi.
"Tadi sebelum kesini gue ke rumah alvin, minta saran dulu ke dia, terus dia bilang gini ke gue 'lo sama ify sama-sama udah gede, sama-sama tahu apa yang paling baik buat lo berdua, jalan mana yang paling bagus buat lo berdua ambil, tinggal nentuin itu pakai hati doang ko' ya kurang lebihnya dia bilang gitulah fy" kata rio sambil mengutip kata-kata alvin.
"Terus sekarang kita mau gimana ?"
"Gue juga enggak tahu, gue enggak pinter kalo soal masalah kaya gini, gue juga bingung kenapa akhir-akhir ini kita sering banget berantem, setelah gue inget-inget, gue baru sadar kalo semuanya karena gue cemburu sama debo fy, gue sayang sama lo" ucap rio lantang di awal tapi pelan di empat kata terakhir.
"Lo nembak gue yo ?" tanya ify bingung.
"Maunya ?"
"Ya yang seru dong yo, masa enggak ada romantis-romantisnya gini sih, mana tadi abis berantem lagi, udah latarnya cuma ruang tamu gue doang gini"
"Ya udah anggep aja tadi cuma gue yang lagi jujur sama perasaan gue ke lo"
"Gue juga sayang sama lo kok.."
"Gue udah suka sama lo dari dulu fy, dari pertama lo jadi murid baru di kelas gue, tapi lo enggak pernah sadar, dan gue ngerasa cukup nyaman cuma jadi sahabat lo doang, sampai pas ada debo gue baru ngerasa takut kehilangan lo" kata rio bikin pengakuan yang cukup bikin ify speechless.
"Maaf ya yo, lo enggak pernah nunjukkin itu sih.."
"Haha, santai aja fy, yang penting sekarang lo tahu perasaan gue dan gue tahu perasaan lo, seenggaknya gue udah ngelangkahin satu kaki gue ke dalam hati lo, gue balik dulu ya" ujar rio sambil berdiri dan berjalan menuju pintu dan diikuti oleh ify.
"Hati-hati ya.."
"Iya, salam buat ortu lo sama deva"
"Sip.." rio baru berjalan beberapa langkah ketika suara ify menahannya.
"Rio !"
"Ya ?" tanya rio sambil berbalik.
"Gue tunggu momen penembakan lo secepatnya !" teriak ify kenceng, lalu ia langsung berlari masuk ke dalam rumahnya sementara rio cuma bisa cengengesan doang.
***
Alvin sama ray lagi ada di studio musik pribadi dirumah mereka. Ray lagi asik ngegebuk drumnya sementara alvin sibuk bengong sambil ngelihatin ray.
"Kenapa lo kak ?" tanya ray yang menyadari kebengongan alvin.
"Kayanya nova lagi sedih deh ray"
"Ya di hiburlah, susah amat hidup lo kak" ray meletakkan stik drumnya, dari gelagatnya ray tahu kalo alvin mau ngomong serius sama dia.
"Gue boleh minta tolong ?"
"Apaan ?"
"Besok lo ajakin nova jalan kemana kek, mumpung hari minggu"
"Enak aja lo terus keke gue kemanain ?"
"Ya udah ajak aja sekalian"
"Terus gue jalan sama dua cewek gitu ? nova juga enggak bakal mau, gue rasa dia pasti bakal ngajak acha terus acha pasti ngajak ozy dong, nah kalo ozy ikut otomatis gue juga mesti ngajak deva..."
"Gini aja deh ray, lo bilang sama temen-temen lo kalo besok gue mau nraktir kalian makan siang, nanti gue ngajakin temen-temen gue, oke" ray menatap kakaknya, setengah seneng karena di traktir, setengah gemes karena kalo niatnya ngehibur nova kenapa mereka enggak jalan berdua aja, bukannya malah ngajak rombongan gitu.
"Iya deh kak terserah lo"
"Lo enggak mau gue traktir ray ?"
"Bukannya gitu, tapi menurut gue lebih bagus kan kalo lo jalan aja berdua sama nova"
"Enggak sekarang, thanks ya. Jangan lupa bilang ke temen-temen lo, gue cabut ke kamar ya bro" kata alvin sambil nepuk-nepuk pundaknya ray. Ray cuma nyengir doang, masih enggak ngerti sama jalan pikiran kakaknya.
Alvin dan nova lagi ngelihatin anak-anak kecil yang lagi main di timezone. Mereka cuma diem-dieman aja enggak tahu mau ngomong apa. Tapi alvin cukup puas melihat nova bisa tertawa melihat tingkah anak-anak yang lucu, alvin tahu bahwa nova sangat menyukai anak kecil.
"Kak alvin enggak suka ya jadi jalan sama gue berdua gini ?" tanya nova yang baru sadar kalo mahluk ganteng di sampingnya ini cuma diem tanpa ekspresi.
"Enggaklah nov, kok lo bisa bilang gitu sih ? nasib kita kali punya temen udah pada punya pasangan masing-masing gitu" jawab alvin jujur dari hati paling dalem.
"Emang temen-temen kakak udah pada jadian ?"
"Belum, tapi udah pada berduaan kan"
"Kakak sendiri ?" alvin memandangi nova lekat-lekat.
"Hmm..."
"Haha, enggak usah mikir gitu juga kali kak, banyak kok yang mau sama kakak"
"Tapi gue cuma mau sama satu orang nov"
"Siapa kak ? gue ya..." celetuk nova narsis.
"Hai vin !" tiba-tiba ada yang nepuk pundaknya alvin dari belakang.
"Eh lo lin, ngapain disini ?"
"Abis dari toko buku gue, hai nov.." sapa lintar ke nova.
"Hai kak, gimana kabar anak-anak ?"
"Baik kok, pada nanyain lo tuh, pada kangen katanya"
"Iya ? wah gue juga kangen sama mereka, padahal kak alvin udah janji mau ngajak gue kesana lagi tuh" kata nova yang ngelirik ke arah alvin.
"Kapan-kapan ya nov.."
"Lo berdua sendiri ngapain disini ?" lintar bingung ngelihatin dua orang ini lagi melongin anak-anak kecil.
"Iseng aja..hehe.." nova melihat alvin yang tumben cengengesan kaya gitu.
"Main aja yuk kak" ajak nova.
"Males ah gue, lo sama lintar aja gih, gue tunggu disini" usul alvin, lintar sih seneng-seneng aja.
"Emang kak lintar mau ?"
"Mau kok, ayo.." nova pasrah tangannya di tarik lintar. Tapi matanya terus melihat ke arah alvin, ada sedikit harapan liar dalam hatinya, harapan mengapa bukan alvin saja yang bermain bersamanya.
Alvin memandang nova dan lintar yang kayanya langsung akrab banget main berdua. Walaupun hatinya panas, tapi senyum tetap menghiasi wajahnya. Dia tahu maksud teman-temannya ninggalin dia selepas acara makan-makan tadi adalah supaya dia bisa menghabiskan waktunya bersama nova berdua. Tapi, alvin juga tahu, apa yang sedang ia lakukan sekarang.
***
Cakka ngajakkin agni masuk ke sebuah kafe yang terkesan romantis. Dan benar aja, semua pengunjung kafe tersebut adalah orang-orang yang sepertinya sedang kasmaran.
"Kak, gue masih kenyang" bisik agni ke cakka, yang sebenernya agak risih sama suasana kafenya.
"Minum aja kalo gitu, gue pengen ngobrol sama lo" cakka menarikkan sebuah kursi untuk agni, dan agni cuma bisa tersipu malu.
"Mau ngobrol apa kak ?" tanya agni setelah mereka sama-sama memesan pesanan mereka masing-masing.
"Semua tentang lo dan gue" agni menatap bingung mendengar jawaban cakka.
"Maksudnya kak ?"
"Iya gue pengen lebih tahu banyak tentang lo dan pengen ngasih tahu lebih banyak tentang gue"
"Ribet kak, yang simpel aja deh ngomongnya" kata agni enteng.
"Gue sayang sama lo" jawab cakka mantep.
"Hah..apaan ?" tanya agni.
"Hmm..bentar ya.." cakka berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah standing mike yang ada di kafe itu.
"Tes..tes..tes.." cakka ngetes mike tersebut, agni cuma bengong doang enggak tahu apa yang mau cakka lakuin.
"Memiliki mencintai dirimu kasihku, takkan pernah membuat diriku menyesal, sungguh matiku, hidupku kan selalu memikirkan kamu...lagu tadi saya persembahkan buat perempuan termanis yang pernah saya temui, agni gue harap lo mau jadi milik gue !" semua mata mengikuti arah mata cakka yang melihat agni yang lagi speechless.
"Terima..terima..terima..." kafe tersebut langsung ramai sama teriakan-teriakan semangat dari pengunjung kafe yang lain.
"Gimana ag, gue mau denger jawaban lo sekarang" cakka lagi berlutut di depan agni.
"Iya kak gue mau jadi milik lo" cakka langsung berdiri dan reflek memeluk agni.
"Kak gue malu dilihatin orang" kata agni pelan.
"Haha, biarin biar semua orang tahu kalo lo milik gue sekarang" ujar cakka bangga sambil ngacak-ngacak rambut agni.
Sementara di tempat lain ada deva yang lagi nemenin aren nyari sepatu. Udah berpuluh-puluh toko mungkin yang mereka masukin, tapi belum ada juga yang sreg di hatinya aren meskipun banyak yang pas di kakinya menurut deva.
"Maaf ya kak, kak deva pasti capek nemenin aren dari tadi" kata aren sambil mencoba sebuah flat shoes berwarna pink dengan hiasan pita.
"Haha, santai aja kali ren. Emang lo mau cari sepatu kaya apa sih ?"
"Aren juga bingung, dari tadi banyak sih yang lucu yang bagus tapi kayanya enggak pas di hatinya aren" deva cuma tersenyum menanggapi jawaban aren. Karena aren kembali sibuk memilih sepatu lain setelah itu. Hubungan mereka berdua masih gantung, aren belum juga memberikan jawaban tentang perasaannya, meskipun mereka menjadi lebih dekat sebelumnya.
Deva menyusuri setiap sepatu yang ada di toko tersebut, karena memang hanya sepatu yang bisa ia lihat disitu. Lalu matanya terpikat pada sebuah sepatu berwarna putih, sederhana, simple tapi terkesan elegan. Deva pun mengambil sepatu itu dan menghampiri aren yang lagi nyoba sepatu. Tanpa pikir panjang, deva berlutut di depan aren dan memakaikan sepatu tersebut.
"Bagus kak, aren suka, cocok lagi" komen aren yang masih agak-agak kaget dengan aksi deva barusan.
"Gue juga suka lihatnya, lo cocok pake ini" aren tersenyum, ia langsung ngasih kode ke mbak-mbak pelayannya buat bawa sepatu itu ke kasir.
"Makasih ya kak.." ucap aren tulus.
"Sama-sama ren.." balas deva enggak kalah tulusnya.
***
Alvin membaca pesan yang masuk di hpnya sekilas, kemudian dia berjalan menghampiri nova dan lintar yang masih asik main berdua.
"Eh gue mesti cabut nih, lin entar lo anterin nova balik bisa kan ?"
"Bisalah, gampang itu sih"
"Emang kak alvin mau kemana ?"
"Ada janji gue nov, ya udah gue duluan ya, jagain nova ya lin.."
"Sip" kata lintar sambil ngacungin jempolnya. Alvin hanya tersenyum kemudian pergi menjauh.
'perasaan gue doang atau emang kak alvin sengaja deketin gue sama kak lintar sih' batin nova dalam hati sambil memandangi punggung alvin yang terus menjauh.
***
Ify sama via lagi kompak ngelihatin rio sama iel main bowling. Dengan alasan enggak kuat ngangkat bola bowling yang beratnya minta ampun, ify sama via cuma jadi penonton setia doang.
"Semalem rio ke rumah gue vi"
"Terus ?"
"Dia bilang kalo dia udah sayang sama gue dari dulu"
"Kelihatan kali fy, lo aja yang enggak sadar-sadar. Terus sekarang lo udah resmi sama dia ?"
"Belum, gue minta ke dia buat nyatain perasaannya pake cara yang romantis"
"Ada-ada aja lo"
"Hehe, lo sendiri gimana sama iel ?"
"Enggak gimana-gimana, baik-baik aja"
"Payah banget iel, belum di tembak juga lo"
"Gue juga belum mau mati kali fy" ujar via cengengesan.
"Ngapain lo ketawa-tawa berdua ? ngomongin gue ya" tebak rio pd.
"Enggak, ngomongin iel tuh kok belum nembak-nembak via juga" kata ify enteng yang bikin dia di pelototin sama iel dan di injek kakinya sama via.
"Haha, tahu yel, lama amat gerak lo" timpal rio.
"Gue sama via entar aja, nunggu kalian dulu aja" jawab iel telak, via senyum-senyum, ify sama rio cuma bisa diem.
"Eh kabarnya si alvin sama nova kita tinggalin gimana ya ?" tanya ify mengalihkan pembicaraan.
"Emang sebenernya alvin sama nova ada hubungan apa sih ?" tanya via yang emang enggak tahu apa-apa.
"Lo diem-diem aja ya vi, alvin udah suka sama nova dari kelas dua smp" jawab iel.
"Setia amat" balas via singkat.
"Emang" ujar ify, rio dan iel bersamaan.
"Terus kenapa alvin enggak berani ngungkapin perasaanyaa, kalo emang udah dari dulu ?"
"Enggak ada yang tahu vi, alvin orang paling pinter nyembunyiin masalah" ucap rio yang disetujui sama ify dan iel.
"Enak ya jadi nova, punya orang yang setia sayang sama dia sampai segitunya" kata via.
"Iya, beruntung jadi nova" timpal ify.
"Kan ada gue !" jawab rio dan iel spontan. Rio buat ify dan iel buat via. Muka mereka berempat sama-sama blushing, lalu mereka tertawa bersama.
***
Dengan sedikit tergesa-gesa alvin memarkirkan mobilnya dan langsung berjalan cepat memasuki sebuag ruangan. Tapi yang terjadi berikutnya, alvin dan orang di hadapannya hanya berdiam diri selama bermenit-menit.
"Cuma sampai akhir bulan ini" kata alvin dengan nada memohon.
"Tolong jangan paksa saya"
"Saya janji, cuma sampai akhir bulan ini, setelah itu semuanya..."
"Kamu tahu apa yang kamu tahu dan kamu juga tahu apa yang paling baik buat kamu"
"Saya tanggung semuanya" kata alvin lirih.
"Kamu punya hak dan saya punya kewajiban, alvin" alvin menunduk, dia tahu orang di depannya ini tegas.
"Sekali ini saja, cuma ini, satu-satunya, anda tahu itu"
"Alvin, kita sudah membahas ini berkali-kali, dan kamu tentu sudah hapal bukan jawaban saya"
"Cuma ini, saya janji.." alvin berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Dia tersenyum tipis, bukan senyum bahagia, hanya sebuah senyum untuk menutupi kegundahan hatinya.

Komentar

Postingan Populer