Best Friends nd Love with Line special part "Seandainya.."
Alvin
Dia
memandang dalam-dalam sebuah poto yang ada di dompetnya, dalam diam dia
menyenderkan badannya ke tembok. Pelan-pelan seolah takut mengotorinya,
ia mengusap lembut poto tersebut, lalu tersenyum sendiri menyadari
kebodohannya.
"Hah,
apa cara aku bener ? apa emang ini satu-satunya jalan buat aku bisa
terus melihat tawa kamu ?" alvin berbicara sendiri, tidak peduli kalopun
ada yang melihatnya. Lalu semua terlintas di depan matanya, nova, ify,
rio, cakka, iel, aren, ray, anak-anak panti. Senyuman-senyuman mereka
yang selalu alvin simpan dalam kotak memorinya yang paling dalam.
"Seandainya keabadian itu nyata" desah alvin pelan.
Rio
Meski
telah lewat bertahun-tahun, rio masih menyimpan dan mengingat saat-saat
ify masuk ke dalam hidupnya. Kenangan yang menuntunnya untuk menjadi
lebih mengerti tentang perasaannya.
"Kapan
ify mau sadar tentang apa yang gue rasa ?" rio tersenyum kecil,
mengenang saat-saat terindah yang dulu sering mereka habiskan berdua.
Senyuman ify yang selalu menenangkannya, yang selalu berhasil membuat
dunianya berwarna.
"Seandainya dia tahu, kalo cinta ini terjaga buat dia" bisik rio lirih.
Cakka
Entah
sudah berapa puluh cewek berbagai tipe pernah menjadi miliknya. Mencoba
menggenngam hatinya. Tapi akhir-akhir ini harinya terusik oleh satu
hati, hati yang cukup unik dan penuh kejutan untuk di tebak, tapi cukup
rapuh sehingga harus di peluk.
"Kenapa
agni bisa bikin gue kaya gini sih ?" cakka jadi mengingat saat-saat
pertengkarannya dengan agni dulu, tanpa dia pungkiri, saat itulah jauh
di lubuk hatinya telah tertanam rasa untuk mengenal agni lebih jauh,
hanya harga dirinya yang terlewat tinggi yang menghalangi itu.
"Seandainya gue bisa bertahta sempurna di hatinya agni" ujar cakka mantap.
Gabriel
Pernah
ada satu nama mengisi hatinya, dan itu telah lewat di telan waktu.
Kini, ada satu nama berbeda yang selalu memaksa hati serta pikirannya
berpikir dalam untuk sekedar mendapatkan senyuman manisnya. Kelembutan
yang belum pernah ia rasakan langsung dari via, tapi ia yakini akan ia
miliki suatu hari nanti.
"Gimana
caranya bikin via bisa lebih terbuka sama gue ?" iel merenungi
kisahnya, berharap cintanya berujung bahagia penuh dengan tawa. Tanpa
cela berarti di jalannya.
"Seandainya via bisa percaya sama ketulusan gue" kata iel pelan tapi pasti.
Ify
Bukan,
dia bukan playgirl, meski hatinya bercabang menjadi dua. Debo hanyalah
masa lalu, kisah yang sudah menepi sendiri dengan caranya. Rio, cukup
rio yang ingin ia akui dalam jiwanya.
"Apa
yang harus gue lakuin ke rio ?" ify memandang sekelilingnya, berharap
ia dapat menemukan setitik jawaban, atas kegundahan hatinya, ia hanya
ingin memastikan hatinya. Bahwa hatinya memang hanya untuk rio dan rio.
"Seandainya rio berusaha sedikit aja untuk gue" batin ify.
Via
Itu
semua masa lalunya yang harus ia buang jauh-jauh. Ia telah berdiri
tegak sekarang, menghadap dunianya penuh keyakinan. Berharap menemukan
cinta kedua tapi mungkin terakhir untuknya.
"Kenapa
gue kepikiran iel terus ya ?" via melihat pantulan dirinya di cermin,
menyadari kebodohannya tentang penyangkalan dalam hatinya. Bukankah
cinta untuk dinikmati, mengapa ia malah mengingkarinya.
"Seandainya kesempatan itu datang, gue akan memeluknya erat" kata via yakin.
Nova
Pemuja
rahasia, orang tanpa identitas yang selalu menemaninya. Dalam goresan
tintanya yang terukir penuh cinta. Salahkah bila nova nyaman dengan
keadaan ini, berharap untuk dapat bertemu dengan pangerannya yang selalu
membuatnya merasa istimewa.
"Apakah
ia pantas buat gue cintai ?" nova melirik setumpuk surat, satu-satunya
jejak tentang cinta untuknya. Semangat hidup yang membantunya untuk
terus tertawa dengan caranya.
"Seandainya gue bisa ketemu sama dia suatu hari nanti" harap nova.
Agni
Ini
adalah dirinya yang paling nyata. Dan cakka yang telah menemukannya.
Membuatnya merasa berarti dan mengerti tentang hidup yang sedang ia
jalani. Tapi benarkah bila ia mengantarkan cintanya ke hatinya cakka
sekarang.
"Kenapa
hati gue selalu berharap akan kehadirannya ?" agni memeluk tubuhnya
sendiri, dingin yang merasukinya, tidak terlalu berpengaruh akan hatinya
yang telah terlanjur tepaut dalam pesonanya cakka, yang tidak mungkin
untuk ia berlari menjauh darinya.
"Seandainya dia tercipta untuk gue" ucap agni.
Komentar
Posting Komentar