Fearless of Love 2 : Destiny in Love part 1
Setahun
telah berlalu dan berhasil mereka lewati walau dengan susah payah.
Meski tidak ada lagi iel di tengah-tengah mereka, mereka terus berusaha
untuk menyambung semangat iel yang tidak pernah padam. Via mulai bisa
menerima kepergian iel, walau kadang diam-diam ia masih sering menangis
sendiri. Begitupun yang lainnya, masing-masing mulai menata masa depan
mereka. Apapun yang terjadi sekarang mereka udah kelas tiga, ujian
semakin dekat, dan hiduppun semakin rumit.
Para
guru berinisiatif untuk menempatkan mereka di kelas-kelas yang berbeda,
dengan harapan mereka lebih mampu untuk bersosialisasi dengan yang
lainnya. Alvin dan obiet di tempatkan di kelas unggulan 12A1, via, shila
dan oik sekelas di 12A2, dan cakka, agni serta riko ada di kelas 12A3.
"Thanks
ya vin, duluan ren.." sapa via ramah sambil turun dari mobil alvin.
Karena rumah aren dan via yang deketan, jadi alvinlah yang di tugaskan
untuk sekalian nganter jemput via. Alvin dan aren hanya tersenyum, alvin
kembali melajukan mobilnya menuju rumah aren.
"Makasih
ya kak.." kata aren sambil tersenyum pada alvin yang membukakan pintu
mobil untuknya. Akhir-akhir ini, alvin lebih romantis dan tidak lagi
secuek dulu.
"Iya-iya.."
seperti biasa alvin ngacak-ngacak rambut aren. Mereka berdua lalu masuk
ke rumah aren, tepat ketika ada seseorang yang membuka pintu rumah
aren.
"Kak
rio !!" teriak aren girang dan langsung memeluk cowok tersebut, alvin
yang enggak kenal sama cowok yang di panggil rio cuma menatap adegan
peluk-pelukan itu dengan tatapan bingung.
"Dia siapa ren ?" tanya alvin geregetan melihat aren betah banget pelukannya.
"Ya
ampun aku sampai lupa ada kakak, kenalin kak ini kak rio kakak aku, kak
rio ini kak alvin pacarnya aren" jelas aren sambil melepaskan
pelukannya. Alvin menyodorkan tangannya, tapi rio sama sekali tidak
menyambut tangan itu, malah menatapnya sinis.
"Masuk
yuk ren, kakak kangen sama kamu" kata rio dingin sambil narik tangan
aren. Aren yang enggak ngerti kenapa kakaknya kaya gini, cuma menatap
alvin dengan tatapan minta maaf dan menuruti ajakan kakaknya untuk masuk
ke rumah. Sementara alvin cuma terpaku di tempatnya, enggak ngerti apa
yang salah.
'positif vin, dia cuma kakaknya, enggak lebih' batin alvin dalam hati sambil pergi ninggalin rumah aren.
Keesokan harinya.
Alvin
tambah bingung berat. waktu aren bilang kalo dia mau bareng rio ke
sekolah karena ini hari pertama rio masuk sekolah. Alvin berusaha ikut
seneng sama aren yang kayanya semangat banget cerita tentang rio,
walaupun hatinya gelisah enggak karuan. Sementara itu, terjadi kehebohan
di kelasnya 12A2 karena kehadiran rio si anak baru.
"Rio
kamu duduk di samping via" perintah bu Ayu sambil menunujuk bangku
kosong sebelah via. Via hanya memberikan pandangan tidak rela, dia
sengaja meminta shila untuk duduk sama oik, kadang dia berharap dalam
hati kecilnya yang paling dalam, bahwa bangku kosong itu hanya untuk
iel.
"Via
nanti kamu temenin rio ya, jelasin tentang sekolah ini" perintah bu Ayu
lagi, yang hanya di balas anggukan oleh via, lalu kemudian ia sibuk
untuk membava bukunya kembali, tanpa ia sadar, seseorang yang duduk di
sampingnya, tidak berhenti menatap dirinya.
Kantin, istirahat.
"Tumben vin enggak sama aren ?" tanya cakka bingung ngelihat alvin datang sendirian.
"Lagi asik dia sama kakaknya" jawab alvin singkat.
"Kakak ? emang dia punya kakak disini ?" tanya riko enggak kalah bingung.
"Yang anak baru itu lho, gue aja baru tahu, setahu gue kan dia anak tunggal"
"Oh rio itu kakaknya aren ?" tanya alvin yang hanya di balas anggukan sama alvin.
"Emang
dia gimana anaknya ?" tanya obiet penasaran, masalahnya udah seharian
ini dia di kacangin habis-habisan sama alvin, dan dia yakin ini ada
hubungannya sama rio.
"Tanya
aja sama via, mereka kan duduk sebangku" timpal oik lagi. Semua orang
langsung menatap via, via yang sadar dilihatin cuma senyum-senyum aja.
"Enggak tahu juga, dari tadi gue diemin, abis gue kesel dia duduk di samping gue"
"Kesel kenapa vi ?" tanya agni heran.
"Kursi samping gue kan cuma buat iel" kata via pelan. Teman-temannya jadi merasa bersalah dan berusaha ngalihin pembicaraan.
"Vi, gue mau minta tolong sama lo ?" alvin memecah kesunyian.
"Apaan ?"
"Gue
enggak maksa sih lo mau ngelakuin ini atau enggak, tapi bisa enggak lo
ngalihin perhatiannya rio nanti, gue pengen ngajakin aren jalan, tapi
gue punya feeling dia bakal lebih milih buat balik bareng rio ketimbang
gue" awalnya via pengen nolak, tapi ngelihat tatapan mata alvin yang
melas, via jadi enggak tega.
"Oke deh, beliin gue coklat ya" jawab via singkat, yang langsung bikin alvin tersenyum.
Pulang sekolah.
"Rio.." panggil via ragu-ragu, tapi dia udah telanjur janji ke alvin.
"Apaan ?" tanya rio bingung, ini adalah pertama kalinya via akhirnya manggil dia.
"Pulang naik apa ?" tanya via, yang bingung juga mau ngapain.
"Naik motor, kenapa mau nebeng ?" tawar rio sambil tersenyum.
"Kalo boleh sih, lagian gue kan belum jelasin ke lo tentang sekolah ini"
"Oh, ya udah ayo"
Via
berpikir sebentar, kayanya anak ini ramah sama dia, tapi kenapa alvin
bisa enggak suka sama rio, sampai-sampai nyuruh via buat ngalihin
perhatiannya.
Sementara
itu alvin yang niatnya mau ngajakin jalan aren, lupa kalo hari ini ada
seleksi kapten baru. Alvin yang udah kelas tiga, harus rela enggak rela
buat nyerahin ban kaptennya.
"Ren, bilang aja deh ke anak-anak seleksinya di undur besok" kata alvin yang masih pengen ngajakin aren pergi.
"Enggak
bisa dong kak, kakak itu udah mau ujian, dari kemarin di undur-undur
terus" jawab aren tegas. Mereka berdua lagi di lapangan futsal nungguin
anak-anak yang lain.
"Tapi aku kan pengen ngajakin kamu pergi"
"Ya ampun kak, kita kan sering banget pergi berdua, besok-besok juga masih bisa kak"
"Gimana mau pergi kalo kamu..."
"Aren ngapain kamu sama dia ?!" alvin dan aren yang bingung langsung celingak-celinguk sama sini buat nyari asal suara.
'tuh kan panjang umur, ngapain sih tuh bocah datang lagi' batin alvin yang udah mulai jengkel setiap ngelihat rio.
'lho
alvin sama aren kok disini, katanya mau pergi' kata via dalam hati.
Tapi dia kaget juga, kenapa nadanya rio jadi enggak suka gitu lihat
alvin sama aren, padahal tadi kan abis bercanda-canda berdua bareng dia.
"Kakak,
apaan sih teriak-teriak ? aku sama kak alvin cuma mau nyeleksi kapten
futsal yang baru doang kok" aren juga masih bingung dengan sikap
kakaknya, yang semenjak semalam jadi uring-uringan kalo denger dia
ngomongin alvin.
"Eh lo, ngapain sih deketin adek gue ?!" tunjuk rio ke alvin.
"Gue
pacarnya dia, lagian lo kan kakaknya, masa iya lo jealous ?" alvin
masih berusaha menahan emosinya. Via dan aren yang enggak ngerti ada
apa, cuma bisa ngelihatin doang, sekalian jaga-jaga.
"Gue enggak suka dia pacaran sama lo !"
"Aren udah jadi cewek gue sebelum lo datang kesini !" alvin mulai tersulut emosinya.
"Lo enggak pantes buat aren !" kata rio sambil tersenyum sinis.
"Apa maksud lo ?!" alvin yang udah enggak tahan, hampir aja meluncurkan bogem mentahnya ke rio..
"Aren
!" tepat di saat via berteriak histeris. Alvin dan rio langsung melihat
via yang kesulitan menahan tubuh aren, yang tersungkur lemas, kesulitan
bernapas. Rio langsung menahan aren menggantikan posisinya via. Dan
alvin yang udah apal tempat aren naro inhaler, langsung berusaha pakein
inhaler ke aren.
"Udah sana lo !" kata rio sambil mendorong alvin.
"Lo
mau bawa aren pakai apa ? Cepetan bawa aren naik ke mobil gue !" seru
alvin yang udah cemas banget ngelihat aren. Via membantu membawakan
tasnya aren, dan rio hanya pasrah sambil memberikan aren untuk di
gendong alvin menuju mobil.
Malam hari, kamar alvin.
Alvin
termenung melihat potonya bersama aren berdua. Dia masih enggak ngerti
salah apa dia sama rio, sampai rio benci banget sama dia. Bahkan rio
ngusir dia dari rumahnya aren waktu tadi dia bersikeras buat nungguin
aren yang pingsan. Lamunannya terusik oleh getaran hpnya.
"Halo ren, kamu udah baikan ?" tanya alvin langsung.
"Udah kak, aku pengen ketemu kakak, ada yang perlu kita omongin, ke rumah aku ya ?"
"Ada apa ? Iya aku ke rumah kamu"
"Aku
tunggu kak" aren langsung mematikan telponnya. Alvin juga langsung
ngambil jaketnya juga kunci mobilnya dan bergegas ke rumah aren.
Teras rumah aren.
Aren
udah nungguin alvin di depan rumah, alvin dapat tahu itu, karena aren
langsung berlari ngampirin alvin yang baru turun dari mobil.
"Ada apa ren ?" tanya alvin lembut sambil ngajak aren duduk.
"Kak alvin mau tahu siapa kak rio dan kenapa dia kaya gini sama kakak ?" alvin hanya menganggukan kepalanya.
"Kak
rio kakak kandung aren, dari dulu kak rio yang selalu nemenin aren,
kemanapun, dimanapun. Sampai suatu hari, kak rio kabur dari rumah ke
rumah nenek aren, aren juga enggak ngerti kenapa, yang aren tahu kak
rio, enggak terima kalo kita harus pindah kesini. Tapi ternyata bukan
karena itu, aren baru tahu kalo papa yang selama ini aren kira papa
kandung aren, ternyata bukan.." aren bercerita dengan air mata yang
mengalir perlahan, alvin buru-buru menghapuskan air mata itu.
"Aren
baru tahu, kalo papa udah ninggalin aren dari bayi, dari kak rio umur
setahun. Aren tahu selama ini, papa enggak deket sama kak rio, tapi aren
enggak tahu kalo ternyata kak rio enggak setuju mama nikah lagi"
sambung aren lagi.
"Emang papa kamu jahat sama rio ?"
"Enggak papa baik banget, tapi kak rio aja yang salah tanggap. Kak rio pikir, papa udah ngerebut mama"
"Terus hubungannya sama aku apa ?" tanya alvin yang masih melihat cerita ini bagai kepingan yang acak-acakan.
"Tadi aku ngobrol berdua sama kak rio.."
_Flashback_
"Kak rio kenapa benci sama kak alvin ?" tanya aren dengan nada sedih.
"Kakak
pulang kesini, bukan demi mama, tapi demi kamu, satu-satunya orang yang
kakak sayang, kamu satu-satunya orang yang kakak tahu sayangnya tulus
ke kakak" jawab rio sambil menatap aren.
"Terus, aren bahagia kak sama kak alvin"
"Kakak
kecewa, kakak takut kehilangan kamu. Kalo kamu sayang sama alvin, siapa
yang sayang sama kakak ? siapa ren ?" rio mengguncang-guncang tubuh
aren.
"Kak..jangan kaya gini dong.." kata aren lirih.
"Kalo tahu kaya gini, kakak enggak akan pulang kesini" kata rio enggak kalah lirihnya.
_Flashbackend_
Alvin
bingung sendiri denger cerita aren, dia enggak ngerti juga harus
gimana. Selama ini arenlah yang selalu menyemangatinya dan memberikan
dia masukan. Alvin memeluk aren, untuk saat ini, hanya inilah yang
terlintas di pikirannya.
"Kamu mau gimana sekarang ?" tanya alvin pelan.
"Aku
minta maaf kak, tapi aku enggak pengen kak rio benci sama kakak. Aku
harap kakak terima keputusanku buat break dulu" aren berbicara dengan
hati-hati, dia benar-benar enggak ngerti lagi harus gimana sekarang.
Alvin hanya tersenyum hampa, hal yang selalu di takutkannya terjadi
juga.
"Aku tahu. Udah kamu masuk sana, udah malem juga" kata alvin sambil melepaskan pelukannya.
"Hati-hati
ya kak.." ucap aren sambil beranjak masuk. Rio yang dari tadi nguping,
berdiri di belakang pintu, berusaha mencegah aren, tapi kemudian
tangannya di tepis sama aren.
"Aku mau istirahat kak" jelas aren sambil pergi berlalu begitu saja.
Keesokan harinya, di kelas.
Berkali-kali
sudah alvin, menatap kertas soal di mejanya. Tapi bukan angka atau
huruf yang ia lihat, ia malah melihat wajah aren yang sedang tersenyum
padanya. Alvin sampai bingung sendiri.
"Alvin,
apa yang kamu lakukan ?" pak monang guru fisika killer itu, udah
berdiri di samping alvin sambil megang kertas alvin yang masih kosong.
"Ehm..saya..itu
pak..saya.." alvin gelagapan enggak tahu juga mau jelasin apaan. Obiet
yang duduk di sampingnya, dan untungnya cepat ngebaca keadaan, langsung
pura-pura megang kening alvin.
"Alvin demam pak, biar saya bawa aja ke uks" kata obiet sambil langsung narik alvin.
"Oh,
ya sudah, nanti jangan lupa ikut susulan" kata pak monang kepada obiet
dan alvin yang udah ada di luar kelas. Obiet bingung juga mau ajak alvin
kemana, dia baru mau ngajak alvin ke lapangan bola.
"Jangan
kesitu biet, ingetin gue sama aren" kata alvin datar. Obiet pun kembali
berpikir, dan dia teringat sebuah tempat, tanpa pikir panjang, obiet
pun langsung menarik alvin kesitu.
"Obiet..alvin
!" panggil cakka. Mereka pun berhenti dan menoleh ke belakang, melihat
cakka dan riko yang lagi berjalan ke arah mereka.
"Mau kemana ?" tanya obiet.
"Kita lagi cabut..hehe.." jawab cakka asal, yang di hadiahin jitakkan sama riko.
"Bukan,
kita abis naro lks di ruang guru, lo berdua mau kemana ? lo kenapa vin
?" riko bingung ngelihat alvin yang udah kaya enggak punya semangat
hidup. Alvin cuma menggeleng lalu kembali berjalan, obiet cuma tersenyum
penuh arti ke riko dan cakka lalu ngikutin alvin, riko dan cakka yang
enggak tahu, mutusin buat ngikutin obiet dan alvin.
Mereka
berempat duduk diem di halaman belakang. Riko, cakka dan obiet
terus-terusan menatap alvin. Mereka udah denger penjelasan obiet tentang
tingkah laku alvin di kelas, tapi si empunya masalah masih belum mau
cerita sedikitpun.
"Gue
putus sama aren semalam" akhirnya alvin bersuara juga, teman-temannya
langsung paham kenapa alvin jadi kaya gini, setelah mendengar nama aren
di sebut-sebut. Enggak sampai lima menit, alvin kembali menceritakan
pembicaraannya dengan aren berdua semalam.
"Saran
gue, lo mending ngomong deh sama rio, lo berdua sama sayang-sayang kan
sama aren, gue yakin ini bisa di omongin baik-baik kok" kata obiet
bijak.
"Gue juga setuju sama obiet vin, lo kan udah sama-sama dewasa, pasti bisa deh di omongin baik-baik" timpal riko.
"Iya, tenang aja sob, kita bakal selalu ada buat ngedukung lo kok" sambung cakka.
"Makasih ya, ya udah ayo balik" kata alvin sambil berdiri. Mereka berempat pun berjalan menuju kelas masing-masing.
"Vin, itu kan yang namanya rio ?" tunjuk cakka.
Alvin
baru berniat menghampiri rio yang baru keluar dari toilet, tapi rio
yang ngelihat alvin lebih dulu, langsung berjalan ke arah alvin.
"Kita
duel, buat mastiin hatinya aren" kata rio sambil nepuk-nepuk bahu
alvin, dan pergi gitu aja. Alvin, obiet, riko dan cakka cuma bingung dan
diam melihat rio yang semakin menjauh.
Komentar
Posting Komentar