Fearless of Love 2 : Destiny in Love part 3
Agni
masih enggak habis pikir sama perubahan cakka akhir-akhir ini, cakka
yang jadi suka marah-marah, cakka yang jadi suka sendirian, cakka yang
jadi enggak suka ngasih celetukan yang aneh-aneh lagi. Bukan cuma agni,
teman-temannya yang lain pun bingung.
"Lo beneran enggak tahu ni si cakka kenapa ?" tanya riko yang di bikin sebal sama sikap cakka yang jadi uring-uringan di kelas.
"Enggak tahu, udah beberapa hari ini, gue susah banget ngehubungin dia" jawab agni pelan.
"Terus sekarang dia kemana ?"
"Tadi gue lihat dia lagi main basket biet, tapi sumpah deh, mainnya ancur banget" jelas alvin.
"Tadi gue lihat dia lagi main basket biet, tapi sumpah deh, mainnya ancur banget" jelas alvin.
"Kayanya ada hubungannya sama basket deh" kata agni menerka-nerka.
"Emang kenapa ?" tanya oik bingung.
"Ya enggak tahu juga sih, feeling aja"
"Mending
lo ajak ngobrol deh si cakka, pelan-pelan, kan lo ceweknya, pasti lo
bisa" bujuk shila sambil menatap agni. Agni memandang teman-temannya
ragu-ragu.
"Udah
enggak bakal ada apa-apa, nanti kita nyusul deh" hibur via sambil
memberi semangat. Agni lalu tersenyum sambil pergi ke tempat cakka. Agni
mengamati cakka yang emang permainannya jadi payah banget, kaya orang
yang enggak bisa main basket sebelumnya, ini bukan cakka banget.
"Aku temenin ya" kata agni sambil mengambil bola basket, dan mulai mendribel, tapi cakka tetap mengacuhkannya.
'sabar agni, cakka lagi butuh lo' batin agni.
"Aku
enggak tahu kamu kenapa, dan enggak mau maksa kamu juga buat ceritain
ke aku, aku cuma mau nemenin kamu" kata agni lagi sambil terus memainkan
bolanya dan mengamati cakka. Cakka sendiri terus berlari, dan
kadang-kadang mencoba ngeshoot walau selalu gagal. Agni bingung sendiri
ngelihat keadaan cakka, tapi dia jadi teringat..
"Auww
!" jerit agni jatuh tersungkur sambil megangin engkel kakinya. Cakka
langsung menghentikan permainannya dan berlari ngampirin agni.
"Kamu kenapa ?" tanya cakka panik sambil ngebantuin agni buat berdiri.
"Keseleo kayanya" jawab agni singkat.
"Bisa jalan, perlu aku bawa ke uks ?"
"Enggak
usah, papah aku ke pinggir lapangan aja" cakka langsung memapah agni ke
pinggir lapangan seperti permintaan agni. Dia juga ngambil botol
minuman dingin yang ada di tasnya, dan di tempelkan ke kakinya agni.
"Kamu
beneran enggak apa-apa kan ?" tanya cakka masih panik, tapi muka panik
itu berubah jadi bingung waktu ngelihat agni yang cengar-cengir.
"Kamu kenapa ?" agni menatap cakka, lalu ia berdiri dengan mudahnya.
"Aku enggak apa-apa, cuma mau lihat kamu masih perhatian sama aku atau enggak" jelas agni kemudian.
"Kamu tuh ya.." kata cakka sambil gelitikin agni.
"Hehe,
iya-iya ampun..kan satu sama cak, kaya pas kamu nembak aku.." agni
ketawa geli dan cakka juga jadi ikut ketawa bareng dia.
"Maaf ya, kalo akhir-akhir ini aku ngacuhin kamu" kata cakka tulus.
"Bisa di maafin kalo kamu mau cerita" kata agni dengan nada jutek.
"Iya-iya
aku cerita, kamu masih inget kan waktu aku di panggil ke ruang olahraga
?" agni menganggukkan kepalanya, karena emang itulah awal mula keanehan
cakka.
_Flashback_
"Ada apa pak manggil saya kesini ?" tanya cakka bingung ke pak Joe, guru olahraga sekaligus pembimbing ekskul basket.
"Semenjak
ban kapten beralih ke kamu, bapak agak kecewa, karena ada beberapa
gelar juara yang biasa kita dapatkan terlepas begitu saja" cakka cuma
menatap pak joe, dia juga mengakui, tidak mudah untuknya bermain basket
tanpa iel.
"Saya minta maaf pak, saya udah lakuin semampu yang saya bisa, begitu juga anak-anak yang lain"
"Saya
mengerti, saya cuma minta ke kamu, pertandingan kali ini, kan
pertandingan terakhir untuk angkatan kalian, saya ingin kalian bisa
memastikan gelar itu jatuh ke sekolah kita, kamu bisa kan ?" cakka
melihat pak joe, dia ragu-ragu, tapi ingatannya malah ke iel yang waktu
itu percaya banget ngasih dia ban kapten.
"Sa..saya bisa pak"
"Ya sudah, kamu boleh pergi"
_Flashbackend_
"Kamu krisis pd ya ?" tanya agni lembut.
"Aku
juga enggak tahu, aku enggak biasa main tanpa iel ni, iel yang selalu
bangkitin semangat kita, iel yang selalu enggak pernah nyerah" kata
cakka hampa.
"Dan kamu juga bisa ngelakuin itu cak, kamu bisa juga, kalo enggak ngapain iel percayain kapten ke kamu ?"
"Karena
aku wakilnya" jawab cakka lirih. Agni beneran enggak tega ngelihat
cakka, yang biasanya pdnya gede banget, jadi ciut gini.
"Lihat
aku deh cak. Kamu orang pertama yang ngenalin aku ke basket, orang
pertama yang ngajarin aku teknik-teknik main basket, dan kamu juga orang
yang selalu ngasih aku semangat saat aku enggak yakin, kamu yang selalu
bilang kalo aku bisa, dan aku bisa. Kamu bisa ngelakuin ini ke aku,
jadi pasti bisa juga dong kamu ngelakuin ini ke team kamu !" agni
berkata penuh semangat sambil menatap cakka, cakka meresapi kata-kata
itu dalam-dalam.
"Agni
bener cak, iel emang hebat, tapi bukan berarti lo enggak bisa lebih
daripada iel" tiba-tiba obiet udah ada di belakang mereka sambil
tersenyum diikuti oleh yang lain.
"Iel
percaya banget sama lo, gue tahu itu, makanya dia percayain team basket
ke lo, karena lo bisa, tolong jangan kecewain iel" timpal via sambil
tersenyum, seolah dia mewakilkan iel.
"Makasih
ya, terutama buat lo ni, aktingnya bagus" kata cakka tulus. Tapi malah
bikin teman-temannya bingung, karena mereka baru datang dan enggak
ngerti udah ada kejadian apa.
"Nanti gue ceritain, eh..si alvin mana ?" tanya agni.
"Lagi usaha bua balikan sama aren dia" jawab riko.
Lapangan futsal.
"Ren, gimana kita balik lagi kan ?" tanya alvin.
"Ehem..ehem.." goda rio yang nahan ketawa.
"Yah
yo, lo jangan ganggu dulu dong, udah bagus-bagus gue ijinin lo buat
ikutan kesini, ganggu momen indah gue sama aren" timpal alvin sambil
mendelik ke arah rio.
"Yee, lo harus baik-baik sama gue vin, gue cabut lagi nanti ijinnya" kata rio balas melototin alvin.
"Ih, kak rio sama kak alvin, kok malah ngobrol sendiri sih ?" tanya aren sebel di kacangin.
"Oh iya ren, maaf. Jadi gimana, kita balikan kan ya ?" tanya alvin sekali lagi.
"Iya
aren mau, tapi kalian berdua akur yaa.." kata aren sambil tersenyum
manis, senyum yang udah lama dirindukan oleh alvin. Alvin langsung
memeluk aren, tanpa mempedulikan rio.
"Eh..eh..adek gue itu, ngapain di peluk-peluk" protes rio.
"Kan
gue pacarnya yo, lagian lo mau meluk-meluk dia juga bisa sering-sering
kan di rumah" kata alvin masih terus meluk aren, arennya sih
senyum-senyum aja lihat dua orang ini.
"Okelah,
gue ngalah" kata rio sambil tersenyum, dan meninggalkan dua pasangan
kasmaran itu. Rio bingung juga mau kemana, ke kantin enggak ada teman,
enggak tahu juga mau kemana, akhirnya dia putusin buat balik ke kelas.
Dan pilihannya tepat, karena ternyata ada via di kelas.
"Sendirian aja vi ?" tanya rio basa-basi, yang cuma di tanggepin senyuman doang sama via.
'ya ampun, senyumnya manis banget, tapi irit banget ngobrol sama gue' batin rio heran.
"Kok diem aja sih vi, tanggepin gue dong ?" ceplos rio.
"Enggak tahu mau ngobrol apa" jawab via singkat.
"Emang
lagi ngapain sih ?" tanya rio penasaran sambil ngelihat buku catatan
via, rio hanya berhasil melirik sedikit karena via buru-buru menutup
buku catatannya dan malah meninggalkannya, bengong sendiri.
"Vi tungguin gue dong" kejar rio setelah tersadar dari bengongnya.
"Apa sih rio, lo ngapain ngintilin gue mulu ?" tanya via risih.
"Itu siapa yang lo gambar, iel siapa ?" tanya rio ngotot sambil terus ngikutin via.
"Bukan urusan lo"
"Siapa
sih vi, mantan lo, atau cowok lo ?" rio masih terus berjuang, tapi
vianya keburu ngacir masuk kamar mandi, dan enggak mungkin juga dia
ngotot terus buat ngikutin via. Udah lima menit dia tungguin vianya
belum keluar-keluar juga.
"Kak
ngapain disini, toilet cowok di sebelah sana ?" tanya aren dari
belakang, alvin yang ada di samping aren cuma cekikikan aja.
"Hah..oh..iya-iya, gue lupa.." jawab rio salting.
'eh, via sama alvin kan sahabatan ya, gue tanyain aja deh' pikir rio waktu melihat alvin.
"Vin, lo sahabatan kan ya sama via ?" tanya rio, alvin yang kaget di tanya tiba-tiba cuma ngangguk-ngangguk doang.
"Berarti
lo kenal dong sama iel ?" rio enggak ngerti kenapa mukanya alvin sama
aren jadi kelihatan beda, mereka cuma tatap-tatapan.
"Kenal enggak sih vin ?" tanya rio lagi mulai enggak sabar.
"Kak, nanti aja deh aku jelasin di rumah" jawab aren.
"Lhoh
kamu kenal juga ren ? dia sekolah disini ? terkenal ya ?" rio malah
makin gencar nanyanya, aren cuma melirik sekilas ke alvin.
"Lo kenapa pengen tahu tentang iel ? tanya alvin akhirnya.
"Gue ngintip via lagi gambar-gambar muka orang gitu, terus di atasnya di tulis iel, gue penasaran aja" jelas rio lagi.
"Lo tertarik sama via ?" tanya alvin lagi.
"Gue tertarik sama senyumnya, sifatnya yang diem sama gue, banyak deh" kata rio sambil cengar-cengir.
"Ren,
aku enggak jadi nganter kamu ke kelas ya, yo ayo lo ikut gue" alvin
menarik tangan rio, aren tahu alvin enggak pengen dia ikut, dia cuma
menatap alvin dan rio yang semakin menjauh.
"Kita
mau kemana, lo mau ngenalin gue langsung ke iel ?" tanya rio yang
heran, kenapa si alvin pakai acara narik-narik tangan segala. Alvin
enggak menggubris pertanyaan rio, dia terus menarik rio. Rio cuma pasrah
doang, dan tambah bingung waktu alvin narik dia ke ruang olahraga.
"Itu
yang namanya iel" tunjuk alvin pada sebuah poto yang di emang sengaja
di letakkan di situ, di samping piala-piala yang berderet.
"Lo narik gue dari tadi cuma buat nunjukkin potonya doang ?" tanya rio bingung.
"Dia
sahabat gue, pacarnya via, dan dia udah meninggal" jelas alvin yang
memandang poto iel dengan sorot mata kesedihan. Rio terdiam, bingung mau
bilang apa. Dia lagi mikir kira-kira tadi ada enggak ya kata-katanya
dia yang nyinggung perasaan alvin atau via.
"Sori ya vin, gue ikut berduka, walaupun telat" kata rio tulus sambil nepuk-nepuk pundak alvin.
"Setahun
lalu dia meninggal, kanker otak. Lo lihat, dia kapten basket, salah
satu yang berhasil di sekolah ini, yang di samping potonya itu semua
piala yang dia sumbangin buat sekolah ini. Mungkin cuma lo doang yang
enggak tahu dia, karena lo anak baru" alvin menjelaskan ini sambil
tersenyum, walaupun hambar.
"Gue bisa lihat sorot matanya, semangat banget" rio jadi ikut-ikutan ngelihatin potonya iel.
"Ya
semangatnya dia yang bikin gue, temen-temen gue dan via buat terus move
on. Lo tahu enggak kenapa gue ceritain lo kaya gini ?" tanya alvin
sambil mengalihkan pandangannya ke rio. Rio hanya menggeleng singkat.
"Biar
lo enggak nyakitin via, apapun yang terjadi dia masih labil. Kalo lo
tertarik sama dia, selama lo bisa bikin dia seceria dulu dan bisa nerima
keadaan ini, gue sih enggak ada masalah"
"Lo ngerestuin gue vin ? thanks ya" rio tersenyum lebar.
"Jangan seneng dulu, masih ada enam orang lagi yang harus ngerestuin lo, dan enggak gampang juga naklukin vianya"
"Enam orang ?" tanya rio kaget.
"Riko, obiet, cakka, shila, oik sama agni, lo juga harus minta restu sama mereka" jelas alvin sabar.
"Beuh, kenal aja enggak gue"
"Kenalanlah,
makanya jadi anak baru jangan jaim, ngintilin adeknya mulu, lo gabung
aja sama kita-kita" tawar alvin sambil tersenyum.
"Oke
deh, gue siap berjuang buat via. Eh vin, gue baru ngerasa kalo lo
dewasa banget, enggak salah pilih deh adek gue, hilang semua keraguan
gue" cengir rio lebar, yang langsung di toyor kepalanya sama alvin.
"Jadi lo masih ragu sama gue ?" tanya alvin sewot.
"Kalian ngapain disini ? enggak denger bel masuk udah bunyi dari tadi ?"
"Eh
pak Joe, ini saya nemenin dia, rio murid baru, tadi dia minta di
tunjukin ruang olaharaga" kata alvin sambil ngerangkulpundak rio, lalu
buru-buru pergi.
'aneh,
bukannya mereka yang duel di tengah lapangan kemarin itu ya ?' batin
pak joe melihat alvin dan rio yang lagi ketawa-tawa berdua.
Komentar
Posting Komentar