Fearless of Love Part 2
Iel
yang kaget lihat alvin udah nangkring di pintu kamarnya lansung
menyembunyikan amplop dari rumah sakit tadi di bawah bantalnya.
sementara alvin lansung aja menghampiri iel dan duduk di sampingnya.
"Ada apa vin kok balik lagi ?" iel berusaha senormal mungkin.
"Ada yang perlu gue omongin sama lo ?" jantung iel berdegup kencang.
"Tentang apa ?"
"Itu tadi amplop apa ?" tanya Alvin lagi yang tambah bikin iel deg-degan.
"Hah, amplop apa ?" tanya Iel berpura-pura bingung.
"Hmm, oke gue enggak peduli itu apaan" kata-kata Alvin barusan lansung bikin Iel lega.
"Jadi apaan vin ?"
"Udah stadium berapa Yel ?" tanpa babibu alvin bikin iel sport jantung lagi.
'Untung gue sakit kanker bukan jantung, kalo iya udah mati daritadi kali gue' batin iel dalam hati.
"Stadium apaan sih vin ?" lagi-lagi iel berusaha menutupi.
"Jujur
yel sama gue !" alvin yang entah kenapa jadi emosi lansung narik kerah
baju iel, sementara iel hanya menatapnya dengan pandangan nanar, bukan
sorot semangat seperti biasanya.
Alvin yang sadar, langsung mengontrol emosinya dan melepaskan kerah baju iel. keheningan pun lansung tercipta diantara mereka.
"Sori. Tapi apa lo lupa, gue juga kehilangan nyokap gue dua tahun lalu, karena penyakit sialan ini !" alvin memecah keheningan.
Iel hanya terhenyak ia benar-benar lupa bagian ini.
"Gue
apal banget, sama obat yang lo minum tadi, itu bukan obat penambah
darah, tapi obat memperlambat sel kanker. dulu gue yang suka nebus itu
ke apotek"
"Tolong jangan bilang ke yang lain" iel mulai bicara.
"Kenapa ? Lo udah enggak percaya sama kita ?"
"Bukan..bukan gitu. Lo semua orang paling spesial di hidup gue, gue enggak mau bikin kalian sedih dan jadi beban buat kalian"
"Lo bukan beban buat kita"
"Gue mohon vin, ngertiin gue.." ada nada memelas di suara iel.
"Orang tua lo ?"
"Nanti
kalo gue udah siap gue kabarin mereka" orang tua iel tinggal di London,
mereka sebenernya udah maksa iel buat pindah, tapi iel lebih milih sama
sahabat-sahabatnya disini.
"Dulu nyokap gue enggak sempet kemo, lo kemo ya, oh ya lo belum jawab, stadium berapa ?"
"Stadium
tiga vin, tapi gue enggak mau kemo, apa jadinya iel yang ganteng jadi
jelek, botak terus gosong..hehe.." iel mencoba narsis, yang malah
membuat alvin jadi menatapnya dengan tajam
"Tapi yel..."
"Udah, intinya lo deal kan sama gue, enggak bakal cerita ke siapa-siapa ?"
"Oke
gue deal. Tapi lo harus nurut semua kata-kata gue, karena cuma gue yang
tahu keadaan lo" iel cuma senyum-senyum aja dengerin alvin.
"Lho kok malah senyum-senyum sih" alvin bingung
"Abis lo itu temen gue yang paling cuek, paling diem, paling dingin juga. eh sekarang malah jadi paling cerewet"
"Hehe, enggak pantes kayanya emang gue ngomong gini, enggak kaya obiet" kali ini giliran alvin yang senyum-senyum.
"Ya sih obiet emang pakarnya segala masalah.." sahut iel kemudian. dan percakapanpun terus berlanjut.
di mobil Riko.
"Riko, tadi si alvin sakit mata ya kedip-kedip gitu ?" tanya shila polos
Riko
yang lagi konsen nyetir, cuma senyum-senyum aja. udah jadi rahasia umum
di antara sahabat-sahabatnya yang cowok kalau riko suka sama shila yang
paling dewasa diantara sahabat-sahabatnya yang cewek.
"Yee, si riko ditanyain malah senyum-senyum" kata shila lagi.
"Setahu gue sih, alvin keseleo di kaki, enggak tahu deh, matanya keseleo juga atau enggak" timpal riko kemudian.
"Ah susah ngomong serius sama lo !" seru shila pura-pura ngambek.
"Yaa, jangan ngambek dong shila cantik. riko juga enggak tahu, matanya alvin kenapa"
"Hehe,
oke deh riko ganteng.." shila yang bilang gitu niatnya cuma mau
ngebales kata-katanya riko doang, tapi hati riko nganggep itu sebuah
pujian, yang sukses bikin hati riko lansung lebat sama taman bunga.
di depan rumah oik.
"Makasih ya biet, udah nganterin gue pulang" kata oik ramah.
"Iya kali ik, santai aja, pake makasih segala"
"Mau
mampir enggak biet, kemaren gue abis bikin kue coklat lho, lo suka kan
kue coklat, makanya ayo mampir dulu" seperti biasa oik susah ngerem kalo
udah ngomong.
Obiet sih pasrah aja di tarik ke dalam rumahnya oik.
"Enak ik, manis.." kata obiet.
"Ya iyalah biet, judulnya aja kue coklat, kalo kue cabe mah pedes.."
"Hehe, iya ya, yang bikin juga manis sih.."
DEG ! entah ada maksud apa di balik kata-kata obiet tadi, tapi tentu aja hal ini lansung sukses bikin oik spechless.
di rumah agni.
"Nih cak minumnya"
"Eh iya thanks ya.." cakka langsung meminum abis jus jeruk yang di suguhin agni.
"Buset dah, berapa tahun enggak minum mas ?"
"Hehe, abis tadi sibuk ngurus iel, jadi enggak sempat minum. Agni, gitar dong, bosen nih"
Agni
lansung masuk kedalam kamarnya, dan mengambil dua dari beberapa gitar
koleksinya. Agni sama cakka emang sama-sama suka gitar dan cinta basket.
"Mau mainin lagu apa nih ?" tanya Agni sambil genjreng-genjreng gitarnya.
"Apa aja dah, asal sama Agni, semua oke.." kata cakka sambil nyengir.
"Yee,
situ oke, sori ya, gue enggak suka di gombalin" kata agni sambil
menjitak kepala cakka, sementara cakka cuma cengengesan aja.
di kamar Via.
Via
lagi duduk di beranda kamarnya, dia masih ingat betapa takutnya dia
tadi ngelihat iel pingsan dengan darah yang terus mengalir di hidungnya.
waktu air matanya netes gitu aja dan hatinya ketar-ketir enggak jelas.
Via emang deket sama Iel, selain karena posisi rumah yang deketan, iel
juga adalah orang yang pertama ngenalin via ke temen-temennya sekarang,
karena via pindah ke jakarta pas kelas dua sd. 'apa bener kata shila,
kalo gue suka sama iel ?' tanya via pada hatinya sendiri.
balik ke rumah iel.
"Yel udah sore nih, gue balik ya, tapi.."
"Apaan ?"
"Kan gue lagi keseleo, enggak bawa motor, dari kemaren nebeng sama riko.."
"Oh ya udah, gue suruh pak gun anterin lo"
"Oke deh iel"
alvin
lansung turun ke lantai bawah dengan tertatih-tatih, iel tadi
menawarkan buat ngebantuin, tapi tentu aja di tolak sama alvin. alvin
nunggu pak gun di depan rumah iel, ketika melihat seorang anak cewek
tersenyum kepadanya.
"Sore kak alvin" sapa anak itu ramah.
"So..sore.." alvin tersenyum, ia merasa familiar dengan senyum cewek ini.
"Udah baikan kakinya kak ?" dan alvin baru inget kalo cewek ini yang nolongin dia kemarin.
"Lumayan. Lo yang kemarin nolongin gue ya ?"
"Iya kak.."
"Oh makasih ya. Kok lo tahu nama gue alvin ? pake kak lagi manggilnya"
"Sama-sama
kak. Lho, emang kak alvin enggak tahu, kalo kakak populer di sekolah,
kan kapten futsal, aku adek kelas kakak" lagi-lagi kata cewek ini sambil
tersenyum ramah.
"Oh gue populer ya ?" kata alvin sambil garuk-garuk kepala yang enggak gatel. sementara cewek itu cuma tersenyum.
"Den alvin, udah siap nih, mau pulang sekarang ?" tiba-tiba pak gun nepuk bahu alvin dari belakang.
"Oh iya pak, ayo. Gue duluan ya, oh ya nama lo siapa ?"
"Aren kak 10-6.." kata cewek yang ternyata bernama Aren, sambil tersenyum kembali dan beranjak pergi.
"Lho yel, kok udah masuk ?" tanya via pada iel yang duduk di belakangnya.
"Bosen vi di rumah, lagian gue juga udah baik-baik aja kok"
"Baik gimana muka lo masih pucat gitu" via yang emang paling lembut selalu jadi orang yang paling khawatir ke teman-temannya.
"Makasih
via, tapi iel udah baik-baik aja. eh riko sama shila kemana ?" muka via
bersemu merah, tapi sebelum iel sadar, dia segera menjawab pertanyaan
iel.
"Rapat OSIS yel, jadi kita di tinggal chairmate kita deh" riko emang ketua OSIS dan shila seketarisnya.
"Oh,
kalo gitu lo pindah sini aja, nemenin gue, mumpung bu okky belum
datang" tawar iel ramah, yang tentu aja bikin via blushing lagi. via
lansung membawa buku catatannya dan tempat pensilnya ke bangku iel.
sementara obiet dan cakka serta oik dan agni yang duduk di barisan pojok
cuma cekikikan aja lihat via pindah ke tempat duduk iel.
Alvin
yang paling cuek, duduk di kursi paling belakang sendirian. entahlah
tapi dari kecil alvin emang lebih suka sendirian, cuma teman-temannya
doang yang bisa ngajak ngobrol alvin, apalagi semenjak mamanya
meninggal, alvin jadi lebih pendiem. teman-temannya cuma tahu, kalo
alvin lagi gila-gilaan main bola, berarti dia lagi punya masalah. yang
hebat adalah alvin selalu jadi juara satu, padahal kalo di liat-liat dia
yang enggak pernah merhatiin guru di kelas.
di ruang OSIS.
"Fiuhh, selesai juga rapatnya. Kantin yo ko, pasti anak-anak udah pada kesana" tawar shila sambil membereskan beberapa kertas.
"Ehm shil, gue boleh nanya sesuatu enggak ?" tanya riko yang di balas anggukan oleh shila.
"Menurut lo kalo sahabat jadi cinta itu sah apa enggak ?"
"Kaya
lagu deh ko..hehe. ehm, sah aja sih, kan namanya cinta enggak ada yang
bisa ngelarang. tapi gue pribadi enggak gitu setuju, soalnya nanti kalo
sampe putus rasanya jadi beda, jadi enggak asik" jawaban dari shila
lansung bikin bunga di hatinya riko layu satu-satu. menyadari perubahan
wajah riko menjadi muram, membuat shila bingung.
"Lho kenapa ko ?"
"Ah, enggak kok. udah ayo ke kantin"
di kantin.
"Lo pada rapat aja lama amat, ada apaan sih ?" tanya iel melihat kedatangan riko dan shila
"Kan
sekolah kita mau ngadain pensi akhir tahun nanti, sekalian ada pesta
kembang api gitu" jelas shila panjang lebar, sementara mukanya si riko
masih aja kucel.
"Wah, keren tuh pasti. boleh ngisi acara shil ?" tanya cakka semangat.
"Boleh
kok cak, nanti masih mau di rapatin lagi sih. Via, lo kan telaten ya
orangnya, gue daftarin jadi eksternal ya ?" via yang sebenernya dari
tadi lagi ngeliatin iel jadi bingung sendiri, dan cuma senyum-senyum
sambil nganggukin kepala buat nutupin kebingungannya.
"Agni,
nanti kita ngejam bareng ya ?" tanya cakka yang lansung menimbulkan
keramaian di antara mereka dan kekesalan di wajah agni.
"Cie..ehem..ehem.." goda oik sambil tersenyum centil.
"Cie agni, belum-belum udah di kontrak gitu sama cakka" kali ini kata shila.
"Wah cak, lo to the point banget ya ?" obiet ikutan bersuara.
"Eh
apaan sih lo pada ! cuma ngejam doang sih gue juga udah sering sama
cakka, sama yang lain juga. lo juga cak, acara aja belum di putusin udah
mau bikin acara sendiri" seru agni agak sewot.
"Wah, urusan rumah tangga, kita enggak usah ganggu, hehe.." giliran iel yang jahil.
Merekapun
terus mengobrol satu sama lain, dan iel baru sadar, kalo mukanya riko
kucel banget dan selalu ngeliatin shila, terus ada oik yang
senyum-senyum sendiri menatap obiet, ada juga cakka yang cengengesan
ngeliatin agni yang ngambek, belum via yang ke gap beberapa kali lagi
ngeliatin dia, sementara alvin sibuk sama bbnya.
"Siang kak, maaf ganggu ?" tiba-tiba ada seorang cewek yang berdiri di belakang alvin.
"Eh iya, kenapa ?" tanya oik ramah.
"Mau
ngomong sama kak alvin.." alvin yang masih sibuk mainan bb enggak sadar
kalo namanya di sebut, dan teman-temannya lagi ngeliatin dia. akhirnya
obiet yang duduk samping alvin inisiatif nyenggol tangan alvin sambil
nunjuk cewek itu.
Alvin yang kaget ples bingung ngikutin arah telunjuk obiet.
"Oh lo, siapa nama lo kemarin ?" jawab alvin cuek.
"Aren kak.."
"Oh iya aren sori lupa. kenapa ?"
"Mau nanya, emang bener tim futsal lagi butuh manajer ?" seperti biasa aren memamerkan senyum manisnya.
"Iya, mau daftar ? nanti datang aja pulang sekolah ke lap" kata alvin masih cuek.
"Iya kak, makasih ya, cepet sembuh juga kakinya. duluan ya kakak semua.." aren meninggalkan meja mereka sambil tersenyum ramah.
"Kok gue kaya tahu mukanya ya vin ?" tanya iel.
"Dia tetangga depan rumah lo" jawab alvin singkat dan kembali menekuni bbnya.
"Oh
pantes.." kata iel lagi. sementara sahabat-sahabat cewek alvin pada
bingung, ini emang bukan pertama kalinya ada cewek nyamperin alvin,
secara dia terkenal, tapi ini pertama kalinya alvin ngomong dengan
santai walaupun tetep cuek, biasanya juga lansung ditinggalin gitu aja.
di lap futsal pulang sekolah.
"Jadi gimana kak ?" tanya Aren setelah hampir sejam dia diemin sama alvin yang sibuk main bola sendirian.
"Apanya ?"
'aduh ni orang cuek amat ya..' batin aren dalam hati.
"Iya aren boleh jadi manajer futsal atau enggak ?"
"Emang lo kenapa pengen banget jadi manajer sih ?"
"Soalnya
aren suka nonton bola, tapi kan disini enggak ada futsal cewek, ya udah
aren daftar aja jadi manajer futsal cowok" jelas aren panjang lebar.
"Oh
ya udah. setiap hari latihan lo harus datang, ngurusin semua keperluan
anak futsal dan lo wajib tahu kemana anak-anak yang mangkir latihan"
'wah tumben ni orang ngomong panjang' batin aren dalam hati lagi.
"Jadi diterima nih kak ?"
"Iya" alvin balik ke sifat cueknya.
"Ya
udah maksih ya kak, aren pulang dulu, udah sore.." seperti biasa aren
mengakhiri kalimatnya dengan senyuman manis. alvin baru sadar kalo dia
udah bikin aren nunggu sampe sesore ini, walaupun cuek, dia enggak tega
juga kalo sama cewek.
"Eh, lo mau bareng gue enggak ? kebetulan gue mau ke rumah iel"
"Kalo enggak ngerepotin sih oke kak, emang kakak udah sembuh ?"
"Udah ayo, enggak usah banyak nanya" alvin berjalan sambil mengambil tasnya cuek, sementara aren mengikutinya di belakang.
di rumah iel.
"Lama amat baru dateng vin ?" sapa iel ketika alvin memasuki kamarnya.
alvin hanya tersenyum sekilas lalu duduk di sofa samping obiet yang lagi sibuk baca buku.
"Cewek yang tadi di kantin, jadi lo terima sebagai manajer ?" tanya obiet.
"Iya"
"Semoga dia betah sama sifat lo ya vin" canda iel.
alvin
hanya tersenyum menatap iel, walaupun banyak yang daftar jadi manajer
futsal semenjak alvin jadi kapten, tapi rata-rata cuma bertahan beberapa
hari karena sifat dingin alvin.
"Riko, lo kenapa sih dari tadi diem terus, sakit ?" iel yang emng udah merhatiin dari di kantin akhirnya bertanya.
Riko hanya senyum maksa, kemudian menceritakan percakapannya dengan shila di ruang osis.
"Ya kok lo patah semangat dulu sih sebelum perang ?" kata iel setelah mendengarkan cerita riko.
"Shillanya aja udah bilang gitu, berarti udah nutup dong harapan buat gue" riko pasrah.
"Tapi
semuanya harus di coba ko, enggak ada yang tahu shila bakal jawab apa.
mana riko yang ketua osis, yang biasanya semangat !" seperti biasa obiet
bertugas menaikan mental sahabatnya.
"Lo kan tahu, gue enggak bisa romantis, jadi gue pengen semua tuh jelas, biar gue enggak makan hati gitu"
"Makanya
usaha dulu ko, enggak perlu jadi romantislah. kan shila cantik ko,
banyak kakak kelas sama adek kelas yang naksir ama dia" kali ini iel
manas-manasin riko.
"Enggak tahulah. Vin lo enggak ikutan mojokin gue ?"
Alvin yang dari tadi cuma memposisikan dirinya sebagai pendengar yang baik, akhirnya buka suara.
"Setahu
gue sih ko, anak-anak futsal pada suka sama shilla, banyak yang minta
nonya ke gue" jawaban cuek alvin tentu aja bikin riko tambah down.
"Eh si cakka enggak kesini ?" obiet yang enggak tega lihat riko menderita, mengalihkan pembicaraan.
"Enggak. lagi di rumah agni dia, agni masih ngambek kayanya" kata riko yang merasa terselamatkan.
"Si cakka itu beneran suka apa gombal doang sih sama agni ?" tanya iel.
"Enggak tahu, cakka kan emang gitu ke cewek-cewek, tapi emang akhir-akhir ini dia sering banget sih godain agni" jelas obiet.
"Tapi mereka berdua kan emang cocok, sama-sama suka gitar, suka basket, suka berantem..hehe.."kata riko yang mulai bisa ketawa.
"Iya betul. Lo juga cocok sama oik biet.." kata iel yang membuat buku yang dari tadi obiet pegang jatuh.
"Gue sama oik ?" tanya obiet kaget.
"Iya, emang lo enggak sadar apa, oik sering banget ngeliatin lo ?" kata iel lagi.
"Enggak ah, biasa aja kok.." jawab obiet tetap kalem.
"Haha,
tapi cocok kok biet, lo sama oik, riko sama shila.." kata iel sambil
nimpuk riko pake bantal. riko yang enggak terima ngambil bantal dan
nimpuk iel balik, obiet yang beranjak dari sofa ke tempat iel sama riko
dengan niat mau misahin malah kena timpuk, jadilah mereka timpu-timpukan
bertiga.
Sementara alvin, mencuri pandang ke jendela, menatap sebuah rumah besar, rumahnya aren.'senyumnya manis..' batin alvin.
Iel
mulai merasakan pusing, walaupun kamarnya pakai AC, keringat mulai
membasahi pelipisnya, dia melirik jam dan sadar kalau belum minum
obatnya, di terduduk di kasur melihat riko dan obiet yang lagi
kejar-kejaran, alvin menatap iel sekilas dan sadar muka iel pucat
banget.
"Ya ampun lo berdua berisik banget sih, pulang aja yok !" suara alvin yang dikerasin lansung bikin riko dan obiet sadar.
"Yang
satu ketua osis, yang satu ketua kelas sama ekskul musik, tapi
kelakuannya minus gini" alvin mulai mengeluarkan kata-kata dinginnya.
"Hehe,
iya nih, bilangin ke mbok yati gue minta maaf udah ngacakin kamar lo ya
yel, gue balik dulu" kata obiet yang langsung mengambil tasnya dibalas
anggukan oleh iel.
"Eh
iya gue juga, duluan ya, lupa mau nganter nyokap belanja" riko
mengikuti obiet. alvin juga ngambil tasnya dan beranjak keluar dari
kamar iel.
"Thanks ya vin.." kata iel lirih.
"Minum tuh obat lo, jangan telat lagi. gue cabut dulu.." iel hanya tersenyum menatap alvin
***
"Halo shila ?"
"Kenapa yel, tumben nelpon ?"
"Gue ada di depan rumah lo nih, ada yang mau gue omongin"
"Hah, sekarang ?"
"Iya cepetan, keburu jamuran gue"
Klik.
Komentar
Posting Komentar