Fearless of Love Part 3

Shilla yang setengah bingung setengah heran, akhirnya keluar dari rumahnya dan menghampiri mobil jazz warna hitam yang ia tahu kepunyaan iel.
"Ngapain sih yel malam-malam gini ?"
"Ada yang penting mau gue omongin sama lo, udah ayo naik, kita ke taman" kata iel dari dalam mobilnya.
Shilla yang tambah bingung cuma garuk-garuk kepala, dan menuruti perkataan iel. Sementara tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengikuti mereka.
"Apaan sih yel ?"
"Menurut lo, riko itu orangnya kaya apa ?"
"Riko ?" shilla tambah bingung aja, enggak ngerti arah pembicaraan iel.
"Iya, udah jawab aja sih"
"Dia baik, temen gue dari bayi, tanggung jawab, gue suka kalo lihat dia lagi mimpin rapat di OSIS, jadi serius gitu, enggak ada kesan slengeannya" jelas shilla.
"Terus apa lagi ?"
"Pintar nyanyi, suaranya bagus, ehm gue ngerasa nyaman kalo deket dia, ngerasa aman juga, soalnya kan dari kecil dia selalu ngelidungin gue. bisa bikin ketawa kalo gue lagi sedih atau bt, ya intinya dia teman yang baik"
Iel mendengarkan dengan seksama sambil senyum-senyum sendiri.
"Lho yel, taman kan kesana, kok lo malah belok sini ?" shilla tambah bingung.
"Masih ada yang mau gue tanyain shill. kalo misalnya riko suka sama lo gimana ?"
walaupun udah malem dan lagi nyetir iel dapat melihat dengan jelas wajah shila yang memerah.
"Suka ? Ya gimana ya yel, gue nyaman sama dia, dia udah kaya abang gue.."
"Jadi ?"
"Enggak tahulah, dianya aja enggak pernah bilang apa-apa sama gue"
"Terus kalo dia bilang gimana ? denger-denger katanya lo enggak setuju sahabat jadi cinta ?" iel terus menggoda shila.
"Gue enggak suka aja kalo tadinya sahabatan terus pacaran giliran putus jadi musuhan, tapi kan tergantung orangnya, kalo bisa balik sahabatan lagi ya gue suka-suka aja" kata shilla lagi.
Setelah beberapa kali muter, iel memarkirkan mobilnya di taman. Shilla dan iel pun berjalan menuju bangku taman ketika ada suara mengagetkan mereka.
"Abis ngapain lo berdua ?!" ternyata itu riko, muka shilla berubah panik sementara iel malah senyum-senyum aja.
"Tanya sama shilla aja ko"
Riko yang dari tadi ngikutin naik motor, tambah curiga, dan tersulut emosinya melihat senyum iel yang terus mengembang.
"Ada apaan sih !?" riko menarik kerah baju iel.
Shilla jadi takut sendiri, dan bingung ngelihat tingkah riko.
"Eits, santai bro..shilla bilang, dia nyaman kalo di deket lo !"
Riko berusaha mencerna kata-kata iel, dan takjub sendiri waktu memahami artinya, iapun melepaskan kerah baju iel.
"Mak..maksudnya..?" riko gelagapan.
"Udah lo berdua ngobrol dulu disana, good luck ya ko, awas aja kalo enggak lo utarain perasaan lo !" beberapa kalimat terakhir sengaja iel pelankan sehingga hanya dapat di dengar riko.
"Bisik-bisik apa tuh ?" shilla tambah bingung sama dua sahabat ini. Bukannya mendapat jawaban, riko malah menarik tangannya menuju bangku taman. Iel pun berbalik menuju mobilnya, ia hendak menekan kunci mobilnya, ketika tiba-tiba merasa kepalanya seperti di remas-remas, ia bersembunyi di balik mobilnya supaya tidak terlihat oleh riko dan shilla, lalu mengeluarkan bbnya.
"Alvin.."
"Hah ?"
"Vin gue di taman deket rumah lo, tolongin gue"
"Ha..halo yel ?"
"Cepetan vin"
Klik. alvin yang enggak gitu paham, segera ngambil jaketnya dan berlari keluar ke arah taman, larinya yang secepat kilat, membuatnya sampai ke taman enggak lebih dari dua menit kemudian. dia menemukan iel tergeletak di samping mobilnya, tanpa pikir panjang, dia segera menaikkan iel ke dalam mobil dan mengantar iel ke rumahnya.
Alvin menatap iel iba, iel yang dia kenal dari tk, iel yang selalu semangat dan jahil, yang selalu siap nolongin teman-temannya, senyumnya iel yang khas, sekarang lagi tergeletak lemah gini. Alvin inget banget waktu mamanya meninggal dua tahun lalu, iel yang selalu nyemangatin dia, alvin masih inget gimana iel enggak nyerah bikin alvin mau ngomong saat itu.
_Flashback_
Pemakaman udah selesai para tamu juga udah sebagian pulang, tapi iel, riko, cakka, obiet, agni, via, oik dan shila lagi bingung nyariin alvin yang menghilang semenjak pulang dari makam. Padahal gerimis udah mulai turun, akhirnya iel berinisiatif nyari alvin, dan nyuruh sahabat cowoknya buat nganterin anak-anak cewek. seperti dugaan iel, alvin ada di lapangan bola, masih dengan kemeja hitamnya, alvin terus berlari menggiring bola.
"Alvin !! Lo ngapain disini ?!" teriakan kencang iel, bukan menyurutkan langkah alvin tapi malah membuatnya berlari semakin kencang. Iel enggak patah semangat, ia berlari menyusul alvin.
"Lo harus balik, bokap sama oma lo nyariin"
alvin tetap diam sambil terus berlari.
"Alvin ! Lo ngomong dong ! gue tahu lo itu diem, tapi saat lagi kaya gini lo harus keluarin semua yang lo rasain, lo sedih, oke gue tahu ! tapi lo masih punya bokap, oma, gue juga anak-anak yang lain !!" Alvin tiba-tiba terdiam, dia menatap iel perlahan.
"Kenapa !? Lo enggak bisa teriak ! Enggak bisa ngeluarin unek-unek lo ! Kalo gitu pukul gue ! Tonjok gue !" iel mengangkat tangan alvin ke mukanya.
Alvin hanya terhenyak, dan mulai berbicara.
"Lo kenapa sih, peduli banget sama gue ?!"
"Karena gue sahabat lo, lo sedih, gue juga, dan gue ngerasa gagal jadi sahabat, karena sahabat gue nyimpen dukanya sendiri !"
"Maafin gue.." suara alvin terdengar lirih dan pelan di tengah hujan yang mulai menderas.
"Kita teriak sama-sama ya ?" Kata iel, alvin mengangguk dan mengeluarkan teriakannya, sekeras mungkin, suara paling keras yang belum pernah dia keluarkan sebelumnya.
"AKU KANGEN MAMA !!"
_Flashbackend_
Alvin di kagetkan oleh suara isak tangis di belakangnya, di lihatnya mbok yati sedang berusaha menahan tangisnya.
"Yah kenapa mbok ?"
"Den iel sakit apa tho ? kok jadi suka pingsan, terus mimisan, jadi lemes juga"
Alvin masih teringat janjinya dengan iel.
"Enggak apa-apa mbok, iel masih sehat-sehat aja kok, dia aja yang bandel, belom terlalu fit tapi udah keluyuran, nanti juga dia balik lagi kaya dulu" alvin berusaha menghibur mbok yati dan dirinya sendiri.
"Saya cuma sedih aja liatnya.."
"Mbok, saya mau pesen, lain kali kalo iel mau keluyuran terus enggak pulang sampai malam dan pergi sendiri, mbok telpon saya ya"
"I..iya den. Ya udah mbok permisi mau kebelakang, nanti panggil mbok kalo den iel sadar"
"Iya mbok" alvin kembali melihat iel, dia enggak habis pikir apa jadinya kalo tadi iel enggak sempet nelpon alvin atau lokasi kejadian yang jauh dari jangkauan alvin.
Alvin ketiduran di sofa, dia enggak tega mau ninggal iel. Alvin ngucek-ngucek matanya ketika mendengar suara pintu di buka.
"Akhirnya bangun juga lo vin, thanks ya semalem" kata iel keluar dari dalam kamar mandi(kamar mandinya di dalam kamar ceritanya).
"Lo udah enggak apa-apa, mau sekolah ?"
"Iyalah. udah sana lo mandi, pake seragam gue, nanti berangkatnya mampir bentar ke rumah lo ambil tas lo" jelas iel panjang lebar. enggak ada tanda-tanda kalau semalam penyakitnya baru kambuh.
"Yel ?"
"Hmm ?" kata iel sambil make seragamnya.
"Lain kali kalo ada urusan, lo telpon gue aja, gue temenin" Alvin mengatakan itu sambil masuk ke kamar mandi, sementara iel hanya menatapnya sambil tersenyum singkat.
di sekolah.
semua mata di kelas menatap alvin dan iel dengan tatapan bingung. mereka datang berdua, padahal jelas-jelas rumahnya beda arah, udah gitu alvin yang biasanya tepat waktu ikut-ikutan iel datang setelah bel bunyi, untung aja guru belum masuk.
Iel mau menghampiri bangkunya waktu melihat riko dan shila sedang berduaan, akhirnya ia menaruh tasnya di tempat shila, samping via yang tentu aja lansung bikin via spechless.
"Gue duduk sini ya vi ?"
"Oh..hah..i..iya..duduk aja" jawab via salting.
"Kenapa vi kok gugup ? santai aja duduk sama cowok ganteng kaya gue sih" niat iel yang cuma mau narsis malah nambah kesaltingan via.
"Hehe..enggak kok. masih kaget aja lihat riko sama shila tiba-tiba jadian" via mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oh, semalem berhasil ko ?" iel lansung bertanya pada riko yang duduk di belakangnya yang kayanya bahkan enggak sadar dengan kehadiran iel.
"Hah..apaan ?"
"Yee, lo baru jadian semalem aja, dunia lansung berasa milik berdua yang lain di suruh ngontrak, haha.." jawab iel asal yang cuma ditanggapin cengengesan sama riko dan muka shila yang memerah.
"Makasih ya yel semalem" kata shila singkat.
"Buat apa ?"
"Iya, secara enggak lansung kan lo udah bantuin kita jadian"
"Oh, namanya juga sahabat. lagian gue takut aja sahabat gue yang cemen ini nanti patah hati gara-gara ceweknya di samber orang, haha.." iel lagi-lagi menjawab asal yang bikin riko gondok. tapi shilla yang menyadari suasana lansung mengalihkan pembicaraan.
"Udah ayo kan mau rapat ?"
"Iya..iya.." kata riko pasrah ditarik shilla.
"Ayo via.."
"Gue kenapa shil ?" tanya via bingung.
"Lo kan gue daftarin jadi eksternal, katanya kemarin mau"
"Emang iya ? Jadi sekarang gue ikut rapat nih ?"
"Ya iyalah via, udah ayo ah.." shilla menarik via juga dengan tangannya yang sebelah lagi, sementara itu via cuma menatap iel yang lagi tersenyum dan dadah-dadah enggak jelas sama mereka. 'huh, baru juga gue mau berduaan sama iel' batin via dalam hati.
jam istirahat.
Oik lagi bingung mau ngapain. Via sama Shilla sedang rapat osis, sementara agni, iel sama cakka lagi rapat basket buat pensi akhir tahun(agni kapten basket cewek ceritanya), alvin sih lagi santai-santai aja tapi oik ngerasa aneh kalo cuma ngobrol sama alvin berdua. Abis oiknya cerewet alvinnya pendiem, jadi oik lagi kaya ngobrol sendiri kalo berduaan sama alvin. akhirnya oik mutusin buat ke ruang musik lihat obiet yang lagi latihan. Oik yang takut ganggu konsentrasi anak-anak musik, mutusin buat lihat dari balik pintu.
'Hah, kenapa ya gue selalu ngerasa nyaman setiap denger obiet mainin biolanya ?' batin oik sambil terus menikmati permainan biola obiet. Tanpa terasa, latihan udah selesai, anak-anak musik satu-persatu keluar dari ruangan dan tersenyum melihat oik yang salting sendiri di depan pintu, dia baru mau menghampiri obiet, ketika..
"Biet, nanti lo bisa ke rumah gue enggak ?" tanya keke anak kelas sebelah.
"Emang kenapa ke ?"
"Kita latihan, enggak tahu kenapa gue belum ngerasa puas aja sama latihan kita hari ini"
"Boleh..boleh. nanti gue mampir deh ke rumah lo.."
Oik masih terpaku di tempatnya, dia tahu obiet dan keke cuma teman satu ekskul, tapi dia pernah denger ada gosip yang bilang keke suka sama obiet. Apalagi keke yang kalem beda sama oik yang ramai, menurut oik lebih cocok sama obiet. Oik berjalan mudur, dan menjauh ketika bahunya di tepuk dari belakang.
"Ya ampun iel, ngaggetin aja !" kata oik kesal melihat iel yang cuma senyum-senyum sendiri.
"Haha, sori-sori, kok enggak jadi ngampirin obiet ?"
"Enggak apa-apa, orang gue mau ke kelas kok. lo sok tahu sih, eh udah selesai rapatnya ? Agni mana ? Lo mau ke kelas juga kan, bareng yuk ah.." oik berusaha nutupin perasaan cemburu yang lagi nguasain hatinya.
"Ya ampun, ngomong satu-satu ngapa ik, hehe.." iel berjalan di samping oik, tapi tadi ia sempat melihat dengan jelas gimana oik serius banget ngeliatin obiet sama keke.
di kelas Alvin.
" Kak alvin.."
"Apaan ?"
"Nanti enggak ada latihan futsal kan ?"
"Enggak tahu. kan lo manajernya" alvin mulai mengeluarkan jurus cueknya.
'sabar ren sabar..' batin aren sambil ngelus-ngelus dadanya.
"Kan manajer baru kak, lagian kemarin kakak enggak jelasin detail kita latihan hari apa aja ?"
"Terus kenapa kemarin enggak nanya ?"
"Lupa kak.." aren mulai hopeles sama cueknya alvin.
"Ya udah, cari tahu dong.."
"Ya makanya aren kesini kak, usaha buat nanya ke kakak"
"Gue kan kapten bukan pengatur jadwal"
"Terus aren harus nanya ke siapa kak biar tahu ?"
"Bukan ke gue yang jelas" alvin yang tetap cuek udah beneran bikin aren gondok.
"Ya udah deh, makasih kak ALVIN YANG CUEK !" aren sengaja mengeraskan suaranya di tiga kata terakhir yang membuat beberapa anak di kelas menoleh ke arah dia dan alvin, tanpa basa-basi dan senyum yang biasanya selalu ada, aren pergi meninggalkan kelas alvin. Sementara iel dan oik yang baru masuk kelas di buat bingung, karena kata-kata yang mereka dengar cuma 'ALVIN YANG CUEK'.
"Kenapa vin ?" tanya iel penasaran.
"Enggak tahu tuh bocah, dari kemarin ngintilin gue mulu.."
"Dia bukannya yang kemarin di kantin mau daftar jadi manajer futsal ya vin ?" kata oik ikut bertanya.
"Udah gue terima kok jadi manajer futsal"
"Yaa, kalo gue lihat-lihat sih, kayanya lo harus nyari manajer lagi nih vin" kata iel
"Mungkin.."
"Alvin ! Lo itu kelewat cuek deh, bener kata cewek tadi.." kata oik kemudian.
"Mau gimana ik, gue ya gini, susah di rubah" kata alvin sambil tersenyum tipis.
Karena jam istirahat yang udah mau abis, oik pun kembali ke tempat duduknya. Sementara iel melirik alvin sebentar, lalu..
"Lo enggak cuek kok vin, perhatian banget malah.." kata iel setengah berbisik. Alvin yang lagi diem aja, cuma melihat iel sekilas sambil tersenyum, senyum yang manis.
pulang sekolah.
Iel nganterin alvin ke rumahnya, padahal alvin udah bilang enggak usah dan nawarin buat nganterin iel pulang, tapi iel enggak mau alvin terlalu peduli sama dia, takut anak-anak lain pada curiga.
"Enggak mampir nih yel ?"
"Enggak ah, gue mau lansungan aja, salam buat oma lo.." kata iel lalu segera mengemudikan mobilnya kembali. Komplek rumah mereka, kalo jalan kaki atau naik motor deket, karena bisa lewat jalan tikus, sementara kalo naik mobil, jadi harus muter.
'itu kok kaya oik ya' batin iel ketika melewati sebuah taman.
"Oik !!" panggil iel dari dalam mobilnya.
"Eh iel.."
"Lagi ngapain lo disini ? Mau pulang kan ? Ayo bareng gue"
"Boleh deh, thanks yaa.." oik segera menaiki mobil iel. tapi dia cuma duduk dan diem, padahal biasanya juga udah nyanyi atau ngobrol penuh semangat.
"Sakit gigi ik ?" goda iel.
"Hah ? Hehe, enggak.."
"Tumben diem aja, mikirin obiet sama keke yaa.." iel lagi-lagi menggoda, sementara oik cuma tersenyum kecut.
"Ah lo mah, sok tahu aja kerjaannya.."
"Kira-kira mereka lagi ngapain ya ik ? Tadi pulang bareng kan yaa.." iel terus manas-manasin oik.
"Apaan sih iel !" oik mulai sewot.
"Lho kok marah ik, emang kenapa ?" tanya iel penuh selidik.
"Enggak tahu yel.." oik menggantung kalimatnya. Iel mulai meyakini dugaannya selama ini.
"Sejak kapan ik ?"
"Enggak tahu, kagumnya sih dari dulu, tapi sukanya baru akhir-akhir ini.." oik mengaku sambil menundukkan kepalanya.
"Oke, kita ke rumah obiet ya" iel lansung memutar balik mobilnya menuju rumah obiet.
"Ngapain ? obietnya kan lagi di rumah keke ?" tanya oik bingung dan setengah panik.
'aduh, ngapain sih gue pake jujur ke iel tentang perasaan gue ke obiet' sesal oik dalam hati.
"Ada deh..lo kan penumpang di mobil ini, jadi nurut aja apa kata gue" kata iel kemudian yang sukses membuat oik beneran panik
Oik bener-bener enggak ngerti sama apa yang direncanain iel dengan ngajak dia ke rumahnya obiet. Akhirnya oik cuma bisa pasrah dan berharap iel enggak melakukan sesuatu yang aneh-aneh.
"Lho, iel, oik ngapain kesini ? obietnya lagi di rumah keke" sapa mamanya obiet ramah sambil ngebukain pintu.
"Iya tante kita tahu kok, tapi boleh nunggu disini kan tan ?" kata iel sambil mencium tangan mama obiet diikuti oleh oik sambil tersenyum.
"Bolehlah, ayo-ayo masuk dulu, tunggu aja di kamarnya obiet.."
Iel dan oik pun mengikuti mamanya obiet menuju kamar obiet. Oik cuma bengong aja di kamar obiet, sementara iel lagi sibuk baca buku-buku koleksi obiet.
"Yel ?" kata oik yang emang enggak tahan diam.
"Hmm ?" jawab iel terus baca buku.
"Kita mau ngapain nungguin obiet ?"
"Ngapin aja lah ik, intinya nanti tugas lo cuma dengerin obrolan gue sama obiet"
"Ha ?" oik bingung dengar jawaban iel.
"Iya, jadi nanti.."
"Eh, sori lama ya" tiba-tiba obiet masuk ke kamar dan memotong kata-kata iel.
"Enggak kok, enggak apa-apa" jawab iel kemudian.
"Emang ada apaan sih, tahu pada mau main kan gue enggak akan ke rumah keke" kata obiet sambil melepas duduk di samping oik, yang lansung bikin oik blushing.
"Tahu nih si iel, tiba-tiba ngajakin gue kesini" kata oik sambil berusaha mengembalikan rona di wajahnya ke warna semula.
"Iseng doang sih biet. Oh ya, emang lo ngapain ke rumah keke ?" tanya iel.
"Latihan buat lomba, kan gue main biola, dia main piano"
"Kok lama ?" tanya iel lagi, sementara oik menuruti kata-kata iel yang tadi.
"Latihannya sih udah selesai dari tadi, tapi terus kita ngobrol, gue pikir keke selama ini pendiem ternyata, diem-diem menghanyutkan.." obiet yang cerita sambil senyum-senyum malah bikin hatinya oik mulai panas.
"Yee itu sih sama lo. Emang ngobrolin apa aja ?" lanjut iel.
"Banyak, mulai dari musik sampai pelajaran. Kesan yang gue tangkep sih dia pintar"
"Wah, cocok ya biet sama lo ?"
'huh, maksudnya iel apa sih nanya-nanya gitu, sengaja mau bikin gue cemburu, udah mana gue dilarang ngomong lagi' batin oik sebal.
"Haha, enggak tahulah, enggak mikirin yang gitu-gituan gue sih. Ik, tumben diem aja ?" obiet baru sadar kalo cewek di sampingnya yang biasanya heboh dari tadi diem.
"Eh, enggak apa-apa biet, udah lanjut aja ceritanya" kata oik dan langsung menyesali kata-katanya setelah obiet kembali muji-muji keke.
"Gue cuma enggak nyangka, dari kelas satu dulu udah seekskul, udah sering lomba bareng juga, tapi karena enggak pernah ngobrol, jadi enggak sadar kalo dia itu asik banget"
"Lo tertarik sama keke biet ?" tanya iel penasaran.
"Kan udah gue bilang enggak tahu" kata obiet kalem.
"Kalo cewek lain tertarik enggak ?" oik yang mendengar pertanyaan iel barusan, lansung menegakkan duduknya.
"Hmm, enggak tahulah. Belum pernah ada yang beneran klik sih, lagian gue masih pengen konsen dulu ke pelajaran sama musik" jawaban diplomatis dan klise dari obiet, lansung bikin oik lemes seketika, iel yang ngelihat itu cuma senyum-senyum sendiri.
"Emang yang klik sama lo kaya apa ?"
"Kaya apa ya yel, ehm..enggak tahulah, gue nyaman sama yang tipe kaya keke, enggak banyak omong tapi banyak aksi, tapi gue lebih nyaman.."
"Iel ayo kita pulang !!" oik yang udah enggak tahan, memotong kata-kata obiet dan lansung berdiri.
"Lho lo kenapa ik ?" obiet kaget dengan manuver kilat oik.
"ENGGAK APA-APA !!" oik meninggikan volume suaranya sambil menarik tangan iel, iel cuma pasrah ngikutin oik, meninggalkan obiet yang bingung sendiri.
'kayanya gagal nih rencana gue' batin iel.
di depan rumah oik.
"Sori ya ik ?"
"Buat apa ?" kata oik dengan nada ketus, iel udah ngulang kata-kata itu berkali-kali dan enggak mendapat tanggapan apapun dari oik.
"Tadi maksud gue bukan gitu. Tadi rencana gue, mau cari tahu tipenya obiet tuh kaya apa, secara selama ini dia kan enggak pernah cerita, terus kira-kira dia ada feel enggak sama lo, biar lo lebih gampang gitu buat jujur ke dia" jelas iel panjang lebar dengan nada bersalah.
"Dan gue bukan tipenya dia kan, dia juga enggak ada feel apa-apa ke gue kayanya. Thanks deh gue hargain usaha lo, tapi sekarang gue beneran capek dan pegen sendirian aja !" kata oik masih ketus sambil masuk ke dalam rumahnya, iel hanya menatap oik pasrah, dan kembali menuju mobilnya.
'gue cuma lagi usaha buat bikin sahabat-sahabat gue bahagia' ujar iel dalam hati.
***
Hari-hari pun terus berjalan. Riko dan shila yang emang lagi kasmaran, beneran enggak terpisahkan, dan iel sama via udah beberapa hari jadi duduk berdua karena ini, hal yang tentu saja sangat disyukuri oleh via, karena dia enggak harus sering-sering nengok ke belakan cuma buat ngeliatin iel kaya biasa. Sementara obiet masih di bikin bingung sama oik, yang udah beberapa hari ini enggak mau ngobrol sama dia. Oik juga masih ketus sama iel, hal yang tentu aja jadi bikin teman-temannya yang lain bingung.
"Ik lo kenapa sih ?" tanya agni yang mulai enggak tahan sama sikap teman sebangkunya ini.
Oik hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali menulis.
"Lo tuh aneh akhir-akhir ini, jadi diem banget, padahal biasanya gue yang mohon-mohon biar lo berhenti ngomong" agni berusaha bikin oik ketawa, tapi cuma di tanggapin senyum tipis oleh oik.
"Huh, gue emang enggak bakat basa-basi ik, tapi lo beneran aneh, jadi pendiem, marah sama obiet, ketus sama iel, lo sebenarnya kenapa sih ?" agni mulai enggak sabar, sementara oik tetap aja menekuni tulisannya.
"Ya ampun lo tega banget biarin gue ngomong sendirian dari tadi. Ya udah deh terserah lo, kalo emang enggak mau di urusin, manja banget !" agni yang sebenernya cuma spontan aja ngomong kaya gitu, malah bikin radar sensitif oik nyala.
"YA UDAH GUE MINTA MAAF !" tanpa sadar juga oik membalas kata-kata agni dengan keras dan langsung berlari keluar kelas dengan air mata yang udah siap menetes, untungnya lagi pelajaran kosong.
Semua mata anak-anak lansung noleh ke mereka, agni sendiri juga shock denger teriakan oik, dia langsung lari ngejar oik, shila dan via yang enggak tahu apa-apa juga ikutan ngejar oik. Cakka dan obiet yang duduk di belakang meja agni-oik masih terbengong-bengong dengan kejadian barusan, riko, iel dan alvin yang penasaran pun mendekat ke meja mereka.
"Oik kenapa biet ?" tanya riko sambil dudk di kursinya agni.
"Enggak tahu, orang gue sama cakka lagi ngobrol berdua, terus tiba-tiba kaya gini. Lagian dia kan emang diem terus sama gue dari kemarin"
"Emang lo berdua ada masalah apaan sih ?" tanya cakka.
"Nah itu yang gue enggak tahu, tanya aja iel" jawab obiet sambil nunjuk ke iel.
Iel pun segera menceritakan kejadian di rumah obiet beberapa hari yang lalu.
"Gue rasa oik jealous deh biet" celetuk riko.
"Hah ? Kok bisa emang dia suka sama gue ?" tanya obiet polos. Iel yang merasa bertanggung jawab pun akhirnya menceritakan pengakuan oik padanya dan rencananya hari itu.
"Lo kenapa enggak bilang ke gue aja sih ?" tanya obiet setelah denger penjelasan iel.
"Yee, gue kan juga enggak tahu bakal kaya gini jadinya. Lagian kan lo juga enggak ada rasa apa-apa sama oik"
Obiet hanya tersenyum masam mendengar penjelasan iel.
"Emang sebenarnya perasaan lo gimana sama oik ?" tanya riko bijak.
"Gimana ya, sebenernya waktu itu gue belum selesai ngomong. Gue emang bilang nyaman sama keke yang banyakan aksinya timbang ngomongnya, tapi ada lanjutannya, gue mau bilang gue lebih nyaman sama orang yang banyak omong dan banyak aksi, kaya oik..." obiet dapat merasakan pipinya memanas mendengar pengakuannya sendiri.
"Wah, kalo gitu sana gih lo kejar si oik, lagian lo mau bilang gitu aja pake muji-muji cewek lain dulu" kata cakka kemudian.
"Ya gue kan enggak seekspresif lo cak buat bilang suka sama cewek. Ya udah gue mau cari oik dulu, doain gue ya..hehe.." kata obiet sambil meninggalkan kelas.
"Oke, good luck yaa.." kata iel menyemangati diikuti oleh anggukan teman-temannya yang lain.
"Yel, perasaan gue doang atau emang lo lagi alih profesi jadi makcomblang sih ? kemarin shila sama gue, sekarang obiet sama oik.." tanya riko heran.
"Hehe, abis feeling gue bilang lo pada saling suka daripada mubazir. Tapi kayanya ngelihat oik sama obiet malah jadi berantem, gue mau pensiun dini dah.." jawab iel asal.
"Yaa, jangan dong yel" kata cakka pelan.
"Kenapa Cak ?" tanya riko.
"Kan gue belum, gue juga mau di comblangin.."
"Hah ? Yakin lo, enggak salah nih, biasanya lo enggak pake mak comblang juga hajar aja" tanya iel bingung.
"Masalahnya ceweknya enggak nangkep sinyal gue yel, lagian dia juga beda dari cewek lainnya, susah.." jelas cakka malu-malu.
"Emang siapa ?" tanya riko penasaran.
"Agni ya ?" tebak iel asal karena cuma namanya agni yang terlintas di pikiran dia. Tapi melihat muka cakka yang putih jadi merah kaya pakai blush on, langsung bikin iel dan riko ketawa ngakak.
"Haha, enggak nyangka gue cak, serius..haha.." riko berkomentar di sela-sela tawanya.
"Lha kenapa emang, yang penting dia kan cewek, dan dia menarik di mata gue. Eh vin diem mulu lo dari tadi ?" cakka yang enggak tahan di ketawain, mengalihkan pembicaraan ke alvin yang cuma diam dengerin ipidnya dari tadi.
"Enggak apa-apa. Lo enggak ikut obiet cak, ngejar agni gitu" kata alvin singkat, yang membuat pipi cakka tambah merah.
'mana ya tuh cewek manis, udah lama enggak gangguin gue, kemarin dia juga enggak datang ke lapangan, masa iya dia berhenti jadi manajer, mulai juga belom' batin alvin panjang lebar.
Toilet cewek.
"Ik keluar dong, maafin gue" kata agni hampir hopeles.
"Iya ik, cerita sama kita, lo keluar dong" kata shila juga.
Setelah hampir bermenit-menit ada di dalam kamar mandi, oik pun keluar juga di sertai tatapan lega dari teman-temannya.
"Maafin gue ya ik, gue beneran enggak maksud. Lo kan tahu sendiri gue susah ngontrol emosi" kata agni tulus sambil memeluk oik.
"Iya ag, gue juga minta maaf"
"Nah gitu dong, jadi lo kenapa ik ?" tanya shila lembut.
Oik baru mau menceritakan apa yang terjadi ketika sebuah tangan menariknya, menuju taman belakang sekolah.

Komentar

Postingan Populer