Fearless of Love Part 6

"Oma.." kata alvin sambil melahap serealnya.
"Apa vin, papa kamu udah berangkat tadi pagi-pagi banget"
"Alvin bukan nanyain itu, alvin mulai hari ini bawa mobil ya ke sekolah"
"Ya udah, emang itu mobil di beli buat kamu kan"
"Hehe, makasih oma.." kata alvin sambil memeluk oma.
"Mau jemput cewek ya vin ?" tanya oma penuh selidik.
"Enggak spesial kok ma.."
"Siapa juga yang nanyain spesial atau enggak ?" goda oma yang bikin alvin salting.
"Udah deh, aku berangkat ya" alvin lalu mencium tangan omanya dan kedua pipi omanya, ritual setiap pagi yang dulu juga dia lakuin sama mamanya.
"Kenalin ke oma ya vin.." teriak oma, yang cuma di bales senyuman sama alvin dari jauh.
di sekolah.
Alvin bingung banget, dia sih udah sering di lihatin, tapi kali ini ada beberapa anak yang ngelihatin dia sambil nunjuk-nunjuk segala. Mulai turun dari mobil, pas nganter ke kelasnya aren, sampai sekarang dia udah naik ke lantai dua menuju kelasnya. Untung di kelasnya masih sepi, cuma ada tasnya obiet sama oik tapi enggak tahu deh orangnya kemana. Seperti biasa alvin selalu menikmati kesendiriannya, dia baru mau ngeluarin ipod kesayangannya.
"Alvin, lo emang udah berubah ? Ya ampun hebat banget itu sih aren, lo bisa di taklukin juga, hehe, enggak nyangka deh gue, duh gue harus kenalan tuh sama si aren nyari tahu kehebatannya dia, sekalian makasih udah ngerubah teman gue" repet oik panjang lebar waktu melihat alvin udah ada di kelas. Obiet cuma cengar-cengir maklum ngeliatin ceweknya, sementara alvin yang masih bingung lagi berusaha mencerna perkataan oik satu-satu.
"Sebenernya orang-orang pada kenapa sih ?" tanya alvin polos, karena emang dia enggak ngerti ada apa ini.
"Wuits ini nih yang lagi anget jadi kabar pembicaraan, keren banget dah lo sob" tiba-tiba cakka datang dan langsung nepuk-nepuk pundak alvin.
"Ya ampun, gue beneran enggak ngerti ada apa ini ?" alvin beneran hopeles, apalagi dia sadar banyak anak-anak cewek yang ngeliatin dia dari jendela kelas.
"Vin, kasian tuh si aren, lagi di kerubutin sama fans-fans lo" riko yang baru datang, juga nambah kadar kebingungan alvin.
"Ada yang bisa jelasin ke gue, ada apa sebenernya sama sekolah ini ?"
"Sekolah ini sih baik-baik aja, lo yang lagi di ributin" kata oik santai, dan buru-buru melanjutkan kata-katanya melihat emosi yang mulai tersirat di wajah alvin.
"Gini lho vin, kemarin ada yang ngelihat lo gendong aren pas dia pingsan, kalian di poto, terus tuh poto di sebar, dan kehadiran lo pagi ini, bawa mobil berdua sama aren, udah gitu katanya lo juga nganter aren ke kelasnya, tambah bikin orang percaya kalo lo sama aren pacaran, nah lo sadar kan, kalo selama ini lo terkenal dingin dan jutek, jadi semua orang langsung heboh ngelihat lo kaya gini, apalagi fans-fans lo" jelas oik panjang lebar, dan untungnya pelan-pelan jadi alvin langsung konek.
"Tapi gue enggak ada apa-apa sama si aren, serius" kata alvin sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
"Yee, lo bikin aja konferensi pers sono, tenangin tuh fans-fans lo, hehe" kata cakka iseng.
"Tadi kata lo aren di kerubutin, dia kemana sekarang ?" tanya alvin yang sebenernya panik, tapi tetap stay cool.
"Tadi sih shilla langsung nyoba ngeredain amukan fans lo, tapi enggak tahu lagi deh selanjutnya gimana" jawab riko.
"Tenang aja, aren udah diamanin sama shilla, via dan agni kok vin" kata iel yang baru datang menimpali.
"Gue jadi enggak enak sama aren" kata alvin sambil garuk-garuk kepala.
"Lagian lo biasanya juga adem aja sama cewek, giliran launching langsung begini, gimana pada enggak heboh, gue aja yang sahabat lo heboh" kata cakka lagi.
"Lo kira dia barang, gue launching. Gue cuma di titipin doang sama nyokapnya, lagian dia kan manajer futsal, jadi hubungan gue sama dia cuma sebatas itu doang" kata alvin yang tumben lagi lupa buat irit kata.
"Tapi perasaan lintar biasa aja, dia kan wakil, berhubungan juga sama manajer" kata riko nyambung.
"Terserah deh, bingung juga gue jelasinnya. Eh, yang pada di luar, betah amat ngintipin orang !!" bentak alvin emosi, melihat semakin banyak cewek yang ngelihatin dia. Dan untungnya, keadaan ini terselamatkan oleh bunyi bel masuk, yang terdengar begitu indah di kuping alvin.
"Aren punya asma ya vin ?" tanya shilla, yang baru datang bersama via dan agni.
"Iya, dia dimana sekarang ?"
"Pantesan" jawab agni singkat, lalu pergi ke tempat duduknya.
"Lho, emang dia kenapa ?"
"Dia lagi di uks, tadi dikerubutin fans-fans lo, pengap" jelas via.
"Oh, thanks ya.."
"Kalian bertiga, udah belum ngobrolnya ?!" teriak pak monang dari depan kelas.
"Eh, udah pak, maaf.." kata shilla sambil tersenyum.
"Ya sudah, ayo keluarkan kertas ulangan !" langsung terdengar koor panjang di kelas. Pak monang, guru yang paling killer di sekolah mereka, dan sialnya dia mengajar fisika, entahlah sudah takdir atau apa, guru galak selalu mengajar pelajaran susah. Dari dua puluh lima orang siswa di kelas ini, kayanya alvin doang yang paling santai ngerjainnya. Temannya pada keringetan, tengok kanan kiri, lihat atas bawah, sampai ada yang komat-kamit udah pasrah ngadepin 5 soal yang susahnya ampun-ampunan itu. Sementara alvin, udah melesat jauh tanpa pusing sedikit pun, malah heran kenapa soalnya cuma lima padahal waktunya dua jam pelajaran, dan sekarang ia cuma tinggal memberikan titik pada jawaban di no lima.
"Pak.."
"Udah selesai kamu ?"
"Iya, ini deh bapak periksa aja sekalian, saya mau ijin aja ke perpus, dari tadi banyak yang manggil-manggil nama saya" jawab alvin cuek sambil berdiri dan menyerahkan kertas ulangannya ke pak monang. Teman-temannya cuma bisa pasrah, melihat kepergian alvin yang begitu santai, satu-satunya dewa penyelamat mereka.
"Ya sudah sana. Buat yang lain, jangan ada yang nyontek !" kata pak monang, yang cuma di tanggepin senyuman kecut sama anak-anak, mau nyontek sama siapa juga, orang mereka sama-sama enggak ngerti semua.
Alvin menuju ke uks, menggunakan kesempatan sepi ini buat nengokin aren.
"Lho kak, kok jam segini udah keliaran, baru jam pertama ?" tanya aren bingung.
"Bukan urusan lo. Lo sendiri, udah baikan kan ? perlu gue anterin pulang ?"
"Enggak kak, gue enggak apa-apa, tapi sumpah deh fans kakak, serem amat"
"Sori ya, lo jadi gini" kata alvin tulus.
"Oke kak, santai aja sama gue sih. Kak, daripada nganggur mending ngajarin gue nih" kata aren sambil menyodorkan buku, yang dari tadi dia pegang.
"Emang kapan lo ujiannya ?" tanya alvin sambil narik kursi ke dekat tempat tidur aren.
"Jam kedua kak, makanya gue belajar disini" alvin langsung mengambil buku itu, dia juga minta selembar kertas dan pensil ke aren, dan mulailah ia mengajarkan aren. Aren cuma bengong aja, lihat cowok cuek di depannya ini, yang ternyata pintarnya ampun-ampunan.
"Ngerti enggak tadi yang gue ajarin ?" tanya alvin di perjalanan mereka menuju kelas.
"Ngerti kok kak makasih ya, sering-sering aja, enakan diajar kakak, lebih masuk"
"Awas aja, kalo nilai lo jelek nanti, ya udah gue naik dulu ke atas" kata alvin sambil menaiki tangga.
"Permisi pak.." kata alvin saat memasuki ruang kelasnya, terlihat teman-temannya baru pada ngumpulin ulangan mereka.
"Oh iya masuk-masuk, ini ulangan kamu, salin di depan" Alvin pun langsung melaksanakn perintah dari gurunya.
"Nah buat kalian semua, salin jawaban ini di buku catatan, jawaban yang di buat alvin benar semua, mulai dari rumus sampai alasannya, minggu depan remidial buat yang nilainya di bawah 70 !" sambung pak monang, sementara mereka cuma pasrah aja, ngelihat jawaban alvin yang beda jauh dari jawaban mereka.
Istirahat, kantin.
"Gila vin, makanan lo apaan aja sih ?" tanya cakka bingung, dia termasuk dari kumpulan orang-orang pasrah atas ulangan barusan.
"Ya nasilah cak, emang gue mau makan apa lagi ?" tanya alvin polos.
"Beuh, gini nih kelewat pintar" timpal riko yang lebih mutusin buat enggak mikirn ulangan tersebut.
"Jawaban gue, bener tiga setengah" kata shilla pasrah.
"Tuntas dong shil, kalo di kali dua kan nilainya tujuh, pas banget" jawab via.
"Setengahnya emang kenapa shil ?" tanya riko yang enggak tega lihat ceweknya hopeles.
"Aku bingung jelasin alasannya, jadi cuma nulis rumusnya doang"
"Itu sih mending shil, gue cuma bener tiga kayanya" agni nimbrung.
"Kok kamu enggak bagi-bagi ke aku sih ?" tanya cakka.
"Lha, emang lo baru ngerjain berapa soal ?" tanya obiet heran.
"Baru dua, itu juga ngerjain nomer satu aja, gue perlu cari wangsit dulu" kata cakka asal.
"Gue cuma bisa ngerjain empat, tapi enggak tahu deh" kata iel kemudian.
"Aku juga cuma bisa empat yel"
"Cie..yang baru jadian sampai kompakan gitu.." goda oik jahil.
"Kamu bisa ngerjain berapa ik ?"
"Nasib aku kayanya sama shila biet, kamu sendiri ?"
"Aku sih bisa kerjain lima-limanya, tapi aku enggak ngerti sama alasannya juga, jadi enggak tahu deh dapat berapa" kata obiet sambil tersenyum.
"Emang soal tadi susah ya, perasaan gue gampang banget deh" timpal alvin, yang bikin teman-temannya cuma bisa ngelus dada masing-masing, untung alvin teman mereka, kalo enggak udah di bejek-bejek dari tadi kali.
Lapangan futsal, pulang sekolah.
"Ngapain kak, nyuruh gue kesini, hari ini kan enggak ada latihan ?"
"Pulangnya bentar lagi ya ren, gue masih males di lihatin orang, masih pengen main bola dulu"
"Hah, pulang kemana kak ?" tanya aren lola.
"Heh, lo lupa ya, gue udah janji sama nyokap lo buat nganter jemput lo" kata alvin yang dari tadi sibuk mainin bola.
"Inget sih kak, tapi gue kira itu bercanda" kata aren sambil duduk dan menyaksikan atraksi dari alvin.
"Kak.."
"Hmm.."
"Ajarin gue main bola dong ?" kata aren sambil menyodorkan sebuah bola.
"Enggak boleh, mau pingsan lagi lo ?"
"Enggak usah pake lari kak, ajarin nendang aja" kata aren sambil memberikan tatapan mautnya ke alvin.
"Nendang aja ya, enggak pake lari, kalo cape juga enggak make maksa" jelas alvin sambil mengambil bola dari tangan aren.
'ya ampun, enggak punya pendirian amat sih ni orang, kadang baik, kadang cuek, aslinya gimana sih sebenernya' batin aren bingung. Setelah beberapa kali memberi contoh tendangan, dan intruksi-intruksi, tibalah saatnya aren untuk mencoba. Tapi entah mengapa, padahal menurut aren dia udah ngelakuin semua yang di suruh alvin, mulai dari posisi kakinya, sampai cara nendang, tapi bukan bolanya yang ketendang, malah arennya yang jatuh, ketendang kakinya sendiri.
"Hahaha.." alvin ketawa puas banget, aren yang tadinya pengen ngambek, malah bengong lihatin alvin ketawa.
"Ya ampun ren lo kenapa..haha..sini-sini..haha.." kata alvin sambil mengulurkan tangannya untuk membantu aren, tanpa bisa berhenti ketawa. Aren yang cuma pasrah di ketawain, milih buat alvin selesain dulu ketawanya, langka juga ketawanya.
"Udah kak, puas ngetawain guenya ?" tanya aren, setelah melihat alvin mulai bisa mengendalikan ketawanya.
"Sori-sori, tapi tadi lo kocak banget sumpah, lo kenapa lihatin gue sampai begitu ?" tanya alvin bingung melihat tatapan mata aren yang aneh padanya.
''Kaget aja gue, ternyata kakak bisa ketawa juga kaya gitu, tapi kayanya kakak udah lama enggak ketawa ya, sampai selama itu tadi ketawanya ?" tanya aren sambil tersenyum jahil.
"Kenapa sih, akhir-akhir ini banyak banget orang yang surprise sama sifat gue ?" tanya alvin bingung.
"Ya karena akhir-akhir ini kakak mulai berubah, mulai banyak senyum, banyak ngomong juga"
"Ehm, sori ya ren, kalo gara-gara gue banyak anak-anak yang ngerubutin lo, gue aja heran kenapa bisa sampai gitu ?"
"Karena lo populer kak, udah gitu lo satu-satunya high quality jomblo yang masih bisa di perjuangkan"
"Maksudnya ?"
"Iya, kakak kan sahabatan tuh berlima, ada kak riko yang ketua osis, kak obiet ketua ekskul musik, kak iel kapten basket, terus kak cakka juga termasuk kakak, di idolain sama hampir semua anak-anak cewek disini, dan sekarang cuma kakak kan yang jomblo sendiri, jadi ya gitu deh.." kata aren sabar ngasih penjelasan ke alvin.
"Gue enggak nyangka" kata alvin datar sambil garuk-garuk kepala.
"Makanya peduli dong kak sama fansnya, cuek banget sih jadi orang"
"Gue emang gini ren, tanya aja temen-temen gue, mereka doang yang tahan temenan sama gue, lagian emang gue lo setiap ngomong akhirannya senyum" kata alvin lagi.
"Yee, senyum itu ibadah kak, udah gratis dapat pahala, lagian kalo gue murah senyum kan, jadi banyak yang suka gitu kak sama gue" jawab aren narsis.
"Emang banyak yang naksir lo ?" kata alvin yang entah kenapa jadi pengen bahas ini.
"Iya dong kak, gue kan cantik, kak pulang yuk, udah lama nih kita disini ?" ajak aren sambil mengambil bola dan memasukkannya ke dalam kotak.
'dia lebih dari cantik, tapi sebenarnya gue naksir enggak sih sama dia ?' batin alvin yang malah bengong tetap duduk.
"Kak, helo.." kata aren bingung sambil dada-dada di depan muka alvin.
"Eh..i..iya, ayo kita pulang.." kata alvin sambil menarik tangan aren, untuk kedua kalinya.
'pasti nih orang enggak sadar lagi narik-narik tangan gue' kata aren dalam hati.
'gue enggak tahu naksir apa enggak sama lo, tapi gue pengen jagain lo' bisik hatinya alvin.
***
Hari-hari kembali berjalan dengan caranya. Bergulir dalam rangkaian waktu yang terasa pelan, walaupun sebenernya berlari cepat. Sekolah mereka yang sedang di sibukkan dengan agenda OSIS untuk mengadakan pensi dan pesta kembang api akhir tahun, membuat semua hal menjadi berlalu dengan mudahnya.
Alvin yang terus menikmati waktunya bersama aren tanpa ikatan apapun, tentu saja membuat teman-temannya bingung. Tapi mereka senang juga sih, semenjak alvin sama aren, alvin jadi lebih banyak senyumnya, ketawanya, ngomongnya juga jadi banyak.
Lapangan futsal.
Alvin menendang bolanya ngasal ke segala arah, dia juga enggak ngerti kenapa dia jadi kaya gini. Rasa emosi yang menguasainya secara tiba-tiba, cuma gara-gara dia lihat aren ngobrol berdua sama lintar di kantin tadi.
_Flashback_
"Alvin, enggak jealous tuh ?" goda oik sambil nunjuk-nunjuk ke arah belakangnya alvin. Alvin yang enggak ngerti, akhirnya mutar kepalanya ke belakang. Dan mendapati aren sedang ngobrol sama lintar berdua.
"Oh.." jawab alvin singkat, padahal hatinya teriak-teriak enggak jelas.
"Yee, dia balik jadi dingin gini, jealous lo ? di tembak makanya" celetuk cakka enteng.
"Biasa aja, lagi ngomongin tentang futsal kali, kan mau lomba" kata alvin yang sebenernya lagi usaha ngehibur diri.
"Perasaan lo sama aren sebenernya gimana sih ?" tanya iel penasaran.
"Enggak lebih dari perasaan kakak ke adek" kata alvin yang sebenernya pengen tukeran tempat duduk sama oik yang ada di depannya, biar bisa ngamatin aren.
"Yakin ?" timpal obiet.
"Iyalah" kata alvin berusaha santai.
"Tapi dia cantik tahu vin, sayang kalo di lewati gitu aja, banyak kok yang suka sama dia" kata shila.
"Biasa aja ah, banyak yang lebih cantik dari dia" kata alvin enteng.
"Kalo banyak yang lebih cantik, kenapa lo masih jomblo sendiri, udah sih jujur aja apa susahnya, sama kita ini" kata agni ikutan.
"GUE ENGGAK SUKA SAMA DIA !!" teriak alvin emosi, teman-temannya langsung shock dan ngeri sendiri ngelihat alvin. Semua yang ada di situ langsung noleh ke alvin, dandiam beberapa saat. Alvin sendiri enggak ambil pusing, dan langsung pergi. Sebenernya dia teriak bukan cuma karena kesel di pojokin temen-temennya, tapi karena dia ngelihat aren dan lintar pergi ninggalin kantin sambil ketawa-tawa berdua dari bayangan di kacanya via yang duduk di sebelahnya.
_Flashbackend_
Dan disinilah alvin sekarang, nendangin semua bola yang ada. Dia sendiri lagi enggak ngerti gimana cara ngendaliin emosinya ini.
"Lo kenapa bro, tendangannya jelek banget" alvin tahu banget ini suara siapa, tapi dia lagi beneran enggak mau lihat nih orang.
"Lagi ada masalah ya ?" tanya lintar bingung ngelihat alvin nendang bola kaya orang kesetanan.
"Tinggalin gue sendiri !"
"Ya udah deh kalo mau lo gitu, gue cuma mau bilang, gue mau ngajak aren pulang bareng gue nanti" kata lintar sambil berlalu pergi. Tapi alvin yang mendengar itu, langsung narik tangannya lintar, dan siap buat nonjok lintar.
"Kak alvin !!" teriak aren yang langsung berdiri di antara mereka berdua. Alvin langsung menurunkan tangannya, menatap aren dan lintar bergantian dengan tatapan sinis, dan pergi gitu aja, ninggalin mereka yang masih enggak ngerti. Iel, riko, obiet dan cakka yang inisiatif buat nyusulin alvin ke lapangan futsal, di buat bingung berat dengan alvin yang melewati mereka gitu aja, bahkan menangkis tangannya iel yang mau nepuk pundaknya alvin.
"Ada apaan sih lin ?" tanya riko bingung, melihat lintar dan aren yang masih berdiri di tempatnya masing-masing.
"Gue juga enggak tahu, tadi gue kesini karena ngelihat permainannya dia yang jelek banget, terus pas gue mau pergi tiba-tiba dia narik tangan gue, dan mau nonjok gue" rangkum lintar cepat.
"Ehm, kakak..kakak, kira-kira kak alvin mau kemana ya ?" tanya aren yang enggak enak dilihatin sama cowok-cowok ini.
"Selain lapangan futsal, biasanya dia suka ke halaman belakang sekolah, yang nyambung sama bangunan smp" jelas obiet sambil tersenyum.
"Oh iya, aren susulin kesana aja deh, makasih ya kak" teman-temannya alvin tahu, enggak akan ada gunanya kalo mereka yang nyusulin alvin sekarang, tapi kalo aren yang nyusulin mungkin semua bakal lebih baik.
Aren yang murid kelas satu, belum begitu tahu banyak tentang sekolahannya ini. Tapi dia ngikutin intruksinya obiet buat ke halaman belakang, dan dia baru tahu, kalo di halaman belakang ada tembok yang misahin gedung smp dan sma, dan ada celah seukuran badan anak smp di tembok tersebut. Setelah, mengedarkan matanya kesegala penjuru, aren pun menemukan alvin yang lagi duduk senderan di pohon menghadap ke hamparan rumput yang luas.
"Kak, gue duduk ya.." sapa aren sambil duduk di samping alvin.
"Ngapain lo kesini ?!" tanya alvin jutek.
"Kok marah-marah sih kak sama gue, gue salah apa ?" tanya aren bingung.
'perasaan tadi pagi nih orang jemput gue masih senyum-senyum manis, kenapa tiba-tiba jadi begini' pikir aren yang di kacangin gitu aja sama alvin.
'gue juga enggak tahu ren kenapa marah-marah gini sama lo, sori' batin alvin sambil melirik aren sekilas masih memasang muka juteknya.
"Kakak marah ya, gue mau pulang bareng kak lintar ?" tanya aren polos yang ngena banget di hatinya alvin.
"Gue minta maaf deh kak, nanti gue yang jelasin ke nyokap kenapa gue enggak pulang bareng kakak" kata aren lagi yang merasa kalo alvin marah karena takut dimarahin mamanya aren.
'aduh ren, bukan karena itu, bukan' jawab alvin dalam hati.
"Lagian gue cuma mau nemenin kak lintar beli kado doang kok kak, ehm..tapi kakak jangan bilang sama siapa-siapa ya.."
'nah lho, dia mau ngaku apa lagi nih ke gue' batin alvin pasrah, tapi tetap mengangguk kilat ke aren.
"Kak lintar suka sama nova teman sebangku gue, besok nova ulang tahun, kita pengan nyari kado bareng, sekalian besok kak lintar mau nembak nova" jelas aren panjang lebar. Alvin langsung menatap aren, melupakan muka jutek dan pandangan sinisnya, menggantinya dengan senyum lebar.
"Ada yang aneh sama muka gue kak, kok senyum-senyum ?"
"Yang aneh itu lo, dari tadi ngomong sendiri" kata alvin bersikap tenang seperti biasa, toh hatinya juga udah adem.
"Ya abis, kakak kenapa enggak ngerespon kata-kata gue. Eh, udah ngomong marahnya udah hilang dong ?" goda aren sambil tersenyum jahil.
"Enggak ada juga yang marah sama lo"
"Tapi tadi kenapa kakak pengen nonjok kak lintar ?"
"Abis lintar bilang tendangan gue jelek" ceplos alvin asal.
"Ya ampun, childish amat kak. Eh kak, kok ada tempat seluas ini sih di halaman belakang sekolah, tersembunyi lagi ?" tanya aren yang enggak curiga sama sekali.
"Lo juga jangan bilang-bilang ke temen-temen lo tentang tempat ini. Dari smp, gue udah sering kesini, nyari ketenangan, apalagi semenjak.." alvin menggantung kata-katanya.
"Semenjak apa kak ?" tanya aren terlanjur penasaran.
"Semenjak nyokap gue meninggal karena kanker" kata alvin sambil tersenyum, biasanya dia enggak suka ngebahas ini sama orang lain, tapi entahlah kenapa sama aren dia biasa aja.
"Maaf kak.."
"Santai aja. Sampai pas masuk sma gue masih sering kesini, secara cuma pindah gedung doang, tembok yang di situ juga gue yang jebolin di bantu sama anak-anak. Tapi terus entah kenapa, gue lebih prefer nyari ketenangan di lapangan futsal dan mulai agak jarang kesini"
"Kakak hebat ya, salut gue kak sama kakak. Udah ya kak jangan sedih, gue agak mellow soalnya, kalo gue nangis ribet nanti, inhaler gue di tas"
"Ye siapa juga yang mau ngajakin lo nangis bareng" kata alvin sambil ngacak-ngacak rambut aren.
"Kak, berantakan ini rambut gue. Oh iya kak, thanks ya waktu itu, udah ngajarin gue, nilai kimia gue dapet 80" kata aren sambil berusaha ngerapiin rambutnya.
"Kok cuma 80, harusnya 100 dong.." aren cuma nyengir doang, dia udah tahu kalo alvin kakak kelasnya paling pintar satu angkatan.
"Itu udah bagus banget tahu kak, biasanya juga gue remid kalo enggak mentok di nilai 75, lagian gue kan bukan kakak"
"Kimia remid ? ya lo gimana sih"
"Iya deh tahu yang enggak pernah remid. Lagian gue enggak tertarik sama pelajaran ipa kak"
"Kenapa ? jangan bilang lo mau masuk ips ?" ujar alvin.
"Hehe, kakak pintar banget sih nebaknya, iya gue kan pengen jadi diplomat kak, lagian nilai gue bagus-bagus kok di pelajaran ips"
"Tapi dari ipa kan juga bisa ngambil HI ren ?"
"Enggak afdol kak, masuk fisip kok dari ipa. Emang kakak sendiri pengennya jadi apa ?"
"Jadi dokter spesialis kanker" jawab alvin mantap.
"Oh, iya-iya, gue dukung kak, cocok kok kayanya. By the way, jam berapa sekarang kak, kok udah sepi ya kayanya ?"
"Lo baru sadar apa gimana sih, kita udah telat dari tadi kalo mau masuk kelas, mending juga disini, sampai jam pulang, lo enggak ada ulangan kan ?"
"Enggak kak, enggak.." aren cuma menatap alvin bingung. Terlalu banyak hal di dirinya alvin yang bikin aren tertarik, selain karena wajahnya yang bikin dia di gemarin sejuta umat, tapi juga sikapnya yang misterius.
Pulang sekolah, tempat parkir.
Alvin melangkah gontai sendirian menuju tempat parkir, setelah hampir menghabiskan dua jam ngobrol kanan kiri depan belakang atas bawah sama aren, rasanya pengen banget dia nahan aren buat enggak pergi sama lintar, walaupun dia juga udah tahu alasan yang sebenernya.
"Lo habis dari mana sih vin bikin panik aja ?" tanya obiet. Obiet, iel, riko, cakka, agni, oik, via dan shila udah nunggu alvin di depan mobilnya alvin.
"Sori-sori, tadi gue ke tempat biasa, enggak sadar kalo udah bel, jadi daripada kena marah, gue cabut aja sekalian" kata alvin sambil tersenyum. Teman-temannya yang melihat senyum alvin lega, karena alvin udah kembali normal, jauh lebih baik malah.
"Lo kalo cabut ajak-ajak gue ngapa" timpal cakka.
"Nih vin, ulangan fisika lo, seratus. Tadi pak monang, enggak semangat ngajar tuh, kehilangan murid kesayangannya, kehilangan partner debatnya" kata iel sambil menyodorkan secarik kertas. Yang langsung di lipat asal sama alvin, dan di masukin secara paksa ke dalam tasnya.
"Ya ampun vin, kalo gue sih ulangan fisika dapat seratus, udah gue pajang, gue pigurain" timpal cakka lagi.
"Penuh dong tembok rumahnya alvin, kan nilainya dia seratus semua" sambung oik.
"Lo bisa pasang ulangan gue di rumah lo kok cak, kalo mau, hehe" sahut alvin sambil tertawa.
"Jiah lo vin, sekalinya bisa ngelawak kenapa gue yang di jadiin bahannya sih ?" tanya cakka sewot.
"Udah..udah, rame banget. vin kita-kita mau jalan nih, cari makan, udah jarang kan ya kita jalan sampai malem kaya dulu lagi" ajak riko. Alvin melirik iel sekilas, iel membalas tatapan alvin dengan anggukan.
"Ya udah ayo"
"Aren mana vin, enggak bareng ?" tanya via.
"Lagi ada kerja kelompok, lagian angin jam segini enggak bagus buat dia" jawab alvin asal. Dia tahu kalo dia bilang aren lagi jalan sama lintar, teman-temannya bakal ngejekin dia lagi, dan alvin enggak mau ketahuan kalo dia emang jealous.
Parkit Senayan.
Setelah makan di restauran langganan mereka, alvin dan kawan-kawan ke parkit senayan. Mengenag masa lalu. Dulu awal-awal iel sama riko bisa bawa mobil dengan sim nembak, hampir setiap hari meraka pergi kesini setiap pulang sekolah, agak aneh sih tapi tempat itu menjadi salah satu tempat kenangan buat mereka semua.
Alvin senderan di mobilnya, enggak ngerti mau ngapain, nasib jadi jomblo, di tinggalin pacaran. Tadi dia sempet sms aren nanyain aren udah sampai belum ke rumah. Sempet nyesel, karena tadi aren sempat maksa minta di jemput, pengen ikut waktu alvin bilang dia mau ke parkit. Tapi alvin juga enggak pengen aren kenapa-kenapa, kalo malam-malam harus ke tempat terbuka kaya gini.
"Iel !!" alvin kaget denger teriakan via, dia pun langsung lari ke arah suara tersebut. Alvin shock, waktu nemuin iel pingsan dengan darah yang mengalir deras dari hidungnya, dan susah payah di tahan oleh via dengan sapu tangannya. Riko dan obiet yang datang dari belakangnya alvin, langsung bantuin via buat nopang badannya iel.
"CEPETAN BAWA IEL KE RUMAH SAKIT !!" teriak alvin panik.

Komentar

Postingan Populer