Fearless of Love Part 4
Oik
berusaha melepaskan tangannya, tapi Obiet menggenggam tangannya dengan
sangat kencang, dan setibanya mereka di taman, obiet langsung dudukin
oik di bangku taman.
"Gue mau minta maaf ik.." kata obiet yang berdiri di depan oik sambil terus megang tangan oik, takut-takut oiknya kabur.
Oik cuma diam aja, dia bahkan enggak mau menatap obiet.
"Gue
enggak ngerti lo kenapa bisa sampai marah sama gue. Gue enggak pintar
kalo masalah cewek sama hati kaya gini.."obiet melanjutkan kata-katanya
berusaha pd walaupun hatinya ketar-ketir enggak jelas.
"Mungkin gue salah, muji-muji keke di depan lo, tapi niat gue emang beneran cuma muji doang ik, enggak pake hati"
"Bukan urusan gue" akhirnya oik bersuara setelah sekian lama hening, tapi ia masih terus menunduk tanpa mau memandang obiet.
"Iya tapi kalo ujungnya lo jadi diem sama gue, harus ada yang di lurusin ik" kata obiet lagi.
"Tentang
apaan sih biet, lo kalo mau ngomong, ngomong aja enggak usah
muter-muter, gue pengen ke kelas" oik ingin beranjak dari duduknya, tapi
obiet kembali menahannya.
"Lo
nyiksa hati gue ik, puasa ngomong lo sama gue, bikin gue kangen sama
cerewetnya lo. Gue pengen lo ngobrol lagi sama gue, sebanyak apapun
bakal gue dengerin, lo mau ngomong yang jelek-jelek tentang gue juga
enggak apa-apa, yang penting lo ngomong" oik tercengang mendengar
kata-kata obiet barusan, cowok yang biasanya kalem ini, tiba-tiba
ngomong sepanjang tadi.
"Bukannya lo lebih suka cewek yang diem kaya keke ?" tanya oik yang mulai menatap obiet.
"Gue
suka temenan sama siapapun selama dia nyambung sama gue, tapi bukan
berarti gue sayang terus pengen keke jadi cewek gue ik. Gue pengen lo
yang jadi cewek gue, ngelengkapin gue yang pendiem dengan semua
celotehan lo.." obiet mulai menguasai hatinya, dia udah ngeluarin apa
yang pengen dia keluarin.
Oik yang masih bingung sekaligus seneng denger kata-kata obiet barusan, cuma menatap obiet tanpa bisa berkata-kata.
"Gimana
ik ? Gue terima lo jawab apa aja, kalo lo mau, ya gue seneng, kalo
enggak ya kita tetep teman, enggak ada yang berubah.." obiet berusaha
santai menanti jawaban oik.
"Kenapa lo lebih milih gue, bukan keke atau cewek lain ?" tanya oik penasaran.
"Kan
udah gue bilang tadi, gue nyaman sama siapapun, tapi sama lo gue udah
ngabisin hampir seumur hidup gue sampai detik ini, gue tahu lo, lo tahu
gue. Lagian definisi cinta menurut gue, adalah dua orang berbeda yang
saling melengkapi satu sama lain ik" jelas obiet panjang lebar.
"Gue
butuh alasan spesifik biet buat nerima lo ?" tanya oik lagi yang
sebenernya udah mantepin hatinya, cuma lagi pengen ngerjain obiet dikit
aja, jarang-jarang juga denger obiet ngomong panjang lebar gini.
"Enggak
ada alasan lain ik, gue pengen lo jadi cewek gue, karena gue cinta sama
lo, sesimple itu ik, cinta itu abstrak tapi rasanya dalam. Gue enggak
akan ngumbar alasan atau janji buat lo, gue bukan tipe cowok kaya gitu.
Yang gue tahu cuma lo cewek pertama yang gue minta buat jadi cewek gue
karena gue cinta sama lo, jadi ?" jantung dan seluruh aliran darah di
tubuh obiet mulai bereaksi enggak keruan, obiet takut kehabisan
kata-kata untuk ngeyakinin cewek imut di depannya ini.
"Tapi
lo enggak pernah nunjukin tanda-tanda apapun sama gue biet, lo
memperlakukan gue sama kaya lo memperlakukan via, agni atau shila ?"
"Karena
gue enggak ekpresif ik, gue enggak bisa kaya gitu, gue takut, lo selalu
rame sama kata-kata lo, lo selalu semangat dan atraktif beda sama gue.
Tapi bukan berarti gue enggak ada usaha, nganter jemput lo, dengerin
curhatan lo, berusaha bikin lo nyaman dengan adanya gue, itu cara gue
buat nunjukin rasa sayang itu, dan gue minta maaf kalo lo jadi enggak
ngerasa"
"Yaa, oke aku mau jadi cewek kamu" kata oik, lalu berdiri dan mengecup singkat pipi obiet.
"Plok..plok..plok..ciee..suit..suit.."
obiet yang masih kaget sekaligus seneng dan oik yang lagi blushing,
beneran di bikin salah tingkah oleh kehadiran iel, alvin, cakka, riko,
shila dan via dari belakang semak-semak dengan heboh tentu saja.
"Buset dah, gue geregetan sendiri nunggu jawaban oik" kata agni.
"Tahu nih si oik, udah suka aja, pake nanya macem-macem dulu" kata iel menimpali.
"Haha
biarin, lagian jarang dengerin obiet ngomong panjang-panjang kaya tadi,
kan biasanya gue yang ngomong panjang gitu" kata oik tanpa melepaskan
genggaman tangannya dari obiet.
"Untung aja guenya bisa jawab, udah pusing tuh tadi gue, mikirin jawabannya" sahut obiet lagi sambil melirik oik.
"Tapi lo sih lancar biet, enggak kaya cowok gue" kata shila sambil melihat riko.
"Emang kenapa shil ?" tanya via heran.
"Iya,
riko jadi kena serangan gagap waktu nembak gue, padahal biasanya juga
heboh kalo lagi mimpin rapat" jawab shila yang membuat riko malu
setengah mati, untung yang bilang ceweknya sendiri.
"Yee, gue kan waktu itu belum siap, enggak ada latihan juga" kata riko membela diri.
"Lo kira gue latihan tadi, gue juga enggak tahu kenapa tadi ngomongnya lancar.." kata obiet kemudian.
"Oke dah, jadi kapan nih kita-kita di traktir, masa iya lo berempat jadian enggak bagi-bagi rejeki.." cakka menyahut asal.
"Iya..iya, traktir dong udah lama juga enggak jalan bareng" sambung agni.
"Ciee agni, belain cakka.." kata iel iseng.
"Apaan sih, kalo lo enggak mau di traktir ya udah, gue sama cakka aja.."kata agni lagi.
"Okelah gue sih ngalah, kalo emang lo mau ngedate.."iel terus-terusan godain agni.
"Haha, kalo emang lo mau, nanti kita jalan deh ni, gue traktir berdua aja tapi.." kata cakka lagi.
"Wah, kayanya ada yang mulai beraksi nih.."goda riko.
"Gue sih mau aja kalo di traktir, rejeki pamali kalo di tolak.." jawab agni cuek.
"Yee, itu sih emang mau loo.." seru yang lain kompakan.
"Kantin aja yok, bentar lagi juga istirahat.." kata alvin tiba-tiba.
"Iya..iya, gue laper.."jawab cakka semangat. Mereka pun berjalan bersama menuju kantin. Tapi saat melewati lapangan futsal.
"Eh, pada duluan aja.." kata alvin singkat sambil menuju lapangan futsal.
"Gimana sih tu anak, tadi dia yang ngajak, sekarang dia malah ngeloyor ke lapangan" kata riko heran.
"Ya udahlah, emang susah lepasin alvin dari futsal" kata obiet bijak, dan mereka pun meneruskan perjalanan mereka ke kantin.
alvin merasa melihat seseorang di lapangan futsal, dan ternyata matanya enggak salah.
"Ngapain lo disini, masih jam pelajaran juga ?"
"Kakak sendiri ?"
"Gue lagi jam kosong.."
"Ya sama berarti kita.."
"Lo kemarin kemana aja ? mangkir dari latihan"
"Maaf
kak, kemarin aren sakit, enggak masuk beberapa hari. Makanya sekarang
kesini, beresin bola sama alat-alat lainnya, maaf ya kak.." seperti
biasa selalu ada senyum manis di akhir kata-katanya.
"Ngomongnya
pake gue-lo aja dong. Oh, gue kira lo nyerah jadi manajer" kata alvin
sambil mengambil sebuah bola dan mulai memainkannya.
"Mulai
aja belum kak, masa udah nyerah. Kak, minta no hpnya dong, biar gue
bisa ngasih tahu kakak" kata aren sambil menyodorkan hpnya.
alvin pun mengetikkan nonya sambil terus mengolah bola di kakinya.
"Ya kali aja gitu. Kan terakhir kali lo ketemu gue, lo marah.."
'perasaan
gue doang atau emang kak alvin lagi enggak gitu cuek ya' batin aren
sambil menikmati permainan bola alvin yang emang keren.
"Iya kak, gue mau minta maaf juga buat yang waktu itu. Kemarin juga gue bingung kak di rumah, takut di pecat.."
"Gue enggak pernah mecat manajer kok.."
"Iya deh iya. Kak siniin dong bolanya, mau gue masukin kotak nih, gue mau ke kantin"
Alvin memberikan bola itu kepada aren, entah kenapa dia merasa nyaman ngobrol sama cewek satu ini.
"Ayo bareng.."
"Kemana kak ?"
"Kantinlah.."
tanpa di duga-duga alvin menarik tangan aren. Beberapa orang yang
melihat pun langsung kasak-kusuk, gimana enggak heboh, alvin yang cuek
dan dingin ples susah ditaklukin, malah lagi ngegandeng anak kelas satu.
'duh,
untung belum istirahat, bisa mampus gue kalo di labrak sama
penggemarnya nih orang' batin aren yang pasrah tangannya di tarik alvin.
"Kak, gue mau kesana.." kata aren sesampainya mereka di kantin, sambil menunjuk ke arah mie ayam.
"Oh ya udah.."
"Lepasin tangan gue kak.."
Alvin
yang baru sadar langsung ngelepasin tangan aren dan pergi ninggalin
aren gitu aja menuju teman-temannya yang dari tadi udah ngeliatin mereka
dengan tatapan bingung.
'kok gue bisa megang tangan tuh cewek ya' alvin bertanya dalam hatinya sendiri.
"Cie..sih alvin, diem-diem demennya ama adek kelas.."ledek cakka heboh.
Alvin yang masih bingung sendiri sama kejadian barusan cuma melempar senyum.
"Jiah, dia malah senyum-senyum.."kata riko kemudian.
"Tumben
vin ramah sama cewek ?" tanya shila bingung. Gimana enggak bingung
juga, sama shila, via dan oik yang udah temenan dari tk aja enggak
pernah ada acara gandeng-gandengan tangan.
"Haha, gue juga enggak tahu shil, reflek.."jawab alvin sambil duduk di samping iel.
"Nah lho, pake ketawa lagi nih anak, wah kayanya ada yang cinlok di lapangan futsal nih ?" kali ini oik yang menimpali.
"Ya ampun lo pada, kayanya surprise banget sih gue kaya gini, biasa aja kali..."jawab alvin sambil memakai ipodnya kembali.
"Ya
iyalah vin, lo kan cuek banget, masa iya tiba-tiba lo gandeng cewek ke
kantin kita enggak heboh"kata iel menimpali, sambil ngelepas ipod alvin.
"Hmm,
enggak tahulah, yang gue tahu senyumnya dia manis. Gue ke kelas aja deh
ya, enggak aman disini kayanya.." sahut alvin kemudian sambil beranjak
pergi.
"Yee dia ngacir.."timpal agni.
"Eh tadi enggak salah tuh alvin muji cewek ?" tanya via bingung.
"Haha,
lagi kesambet kali tuh bocah, nanti juga balik lagi jadi cuek.."jawab
iel sambil ngelihat via, yang lansung bikin via salting.
pulang sekolah, lapangan futsal.
"Lo pulang aja gih, muka lo pucet tuh.."
"Enggak
ah kak, manajer apaan gue, enggak pernah datang pas latihan.." kata
aren sambil menyiapkan minuman buat anak-anak futsal.
"Ye, di kasih tahu juga"
"Perhatian amat kak sama gue ?" aren beneran bingung sama alvin, kadang baik, kadang cuek banget, kadang aneh juga.
"Gue cuma enggak mau di repotin aja kalo lo kenapa-kenapa" jawab alvin cuek, lalu melanjutkan berlatih futsal bersama yang lain.
'tuh kan balik lagi cueknya' kata aren dalam hati.
Aren
duduk sambil menyenderkan kepalanya ke tembok, dia baru tahu kalo anak
futsal latihan sampai secapek-capeknya, alias enggak ada batas waktu.
Apalagi kalo yang dijadiin patokan kaptennya, yang kayanya emang
kelebihan energi kalo udah deket-deket bola. Aren melirik jam tangannya
sekilas, sudah hampir menunjukkan pukul lima sore, dia udah bisa
ngebayangin muka mamahnya yang udah siap-siap marah nunggu di depan
rumah. Dan aren, baru tahu kalo angin jam segini itu dingin banget,
apalagi di area sekolahnya yang masih banyak pohon.
"Masih
lama banget ya latihannya, udah mana dingin, gue enggak bawa jaket. Jam
segini biasanya susah nih nyari angkot ke arah rumah, fiuhh.."gerutu
aren pada dirinya sendiri.
Aren melirik jaket alvin yang teronggok begitu saja, beberapa meter dari tempatnya duduk.
"Kalo
gue pake, marah enggak ya tuh orang, secara susah di tebak
gitu..."lagi-lagi aren berbicara pada dirinya sendiri. Karena emang
enggak tahan dingin, dan enggak boleh kena dingin, aren pun memutuskan
untuk beranjak dan mengambil jaket itu, saat tiba-tiba..
"Vin
itu sih aren kenapa ?" tanya lintar pada alvin. Alvin yang enggak
ngerti, nengok ke arah pandangan lintar, dan melihat aren tersungkur
duduk, cuma karena posisi aren yang membelakangi mereka, mereka jadi
enggak ngerti. Alvin dan lintar pun segera menghampiri aren.
"Woi,
kenapa lo ?" tanya alvin sambil memegang pundak aren. Dan ia langsung
panik ngelihat aren lagi megangin dadanya dan berusaha bernafas
pelan-pelan.
"Eh, lo asma ?" lintarlah yang lebih cepat menyadari keadaan aren.
"In..inhal..ler
kak.." ucap aren terbata-bata, lintar pun segera mencari inhaler di tas
aren, dan alvin lansung mengambil jaketnya dan memakaikannya ke aren
sambil membiarkan kepala aren yang terkulai lemah bersandar ke
dadanya(haha, ini impian terpendam penulis sebenarnya).
"Lo tuh ya, udah gue bilang tadi, kaya gini beneran nyusahin kan.." kata alvin yang sebenernya panik.
"Udahlah
vin, lo orang lagi susah nafas gini, masih aja dimarahin.."ucap lintar
yang lagi membantu aren memakai inhaler. Sementar anak-anak lain, yang
mulai sadar pun lansung ngerubungin kapten, wakil dan manajer mereka.
"Ma..maaf kak" kata aren yang sudah mulai stabil.
"Ya udah, latihan selesai sampai disini. ayo lo pulang sama gue.." kata alvin sambil membantu aren berdiri.
di rumah aren.
"Maaf ya tante, gara-gara saya aren jadi kaya gini.."kata alvin yang merasa bertanggung jawab.
"Enggak
kok nak alvin, emang arennya aja yang bandel, udah tahu punya asma,
tapi enggak bisa jaga dirinya sendiri" kata mamahnya aren ramah.
"Ya udah bilangin aja ke aren, kalo emang dia mau mundur jadi manajer, enggak masalah kok"
"Aren
pasti enggak akan mudur jadi manajer, dia emang hobi nonton bola, tapi
karena asma dari kecil, jadi tante sama om ngelarang dia buat belajar
main bola, tapi masa iya cuma jadi manajer aja, masih dilarang juga.
Tante mau minta tolong aja, nak alvin bisa tolong ingetin aren, biar
asmanya enggak kambuh kan ?"
"Oh,
iya tante, tenang aja. Ya udah, saya pamit salam buat arennya.." kata
alvin sambil mencium tangan mamahnya aren. 'beuh, gue jadi dititipin
anak orang' batin alvin.
"Eh
den alvin, enggak mampir ?" alvin yang baru mau menaiki motrnya, jadi
celingukan nyari asal suara, dan dia baru inget kalo rumah aren sama iel
depan-depanan.
"Eh pak gun, emang iel ada di dalem ?" tanya iel ramah.
"Ada kok, masuk aja den.."
"Oh
ya udah, ehm..pak gun, nitip motor yaa.." kata alvin sambil memberikan
kunci motornya ke pak gun, motornya masih terparkir di depan rumah aren.
Alvin langsung masuk dan naik ke lantai dua menuju kamarnya iel. Dan
seperti biasa ia langsung masuk gitu aja.
"Ya
ampun vin, ketok-ketok dulu kek. Ngapain lo ?" tanya iel bingung
melihat temannya yang satu ini ada di rumah dia magrib-magrib, masih
pake celana sekolah, dan kaos yang udah kucel.
"Abis nganterin tetangga lo tuh.."
"Cie, jadi lo beneran suka sama dia ?" tanya iel penasaran.
"Enggak kok. Tadi asmanya kambuh, sebagai kapten gue ngerasa bertanggung jawab aja nganterin dia" jelas alvin.
"Perhatian banget ?" tanya iel lagi.
"Biasa
aja, gue suka enggak tega kalo lihat orang sakitnya kambuh terus
kayanya kesiksa, inget nyokap.." kata alvin datar. Iel pun segera
berusaha mencari topik lain.
"Udah makan ? Kucel banget penampilan lo ?"
"Belum
sih, enggak laper tapi. Iya nih gue juga risih, gue pinjem kaos lo ya"
kata alvin dan di jawab anggukan oleh iel. Setelah itu alvin pun pergi
ke kamar mandi dan iel melanjutkan memandangi album potonya.
"Ngapain lo ngeliatin poto kita-kita ?" tiba-tiba alvin udah berdiri aja di belakan iel.
"Enggak, cuma ngira-ngira aja, sampai kapan gue bisa bareng terus sama kalian.." kata iel berusaha biasa aja.
"Lo enggak berhak bilang gitu, cuma Tuhan yang berhak.."
"Lo masih nyimpen rahasia ini kan vin ?"
"Masih, tapi gue beneran pengen bilang ke yang lain"
"Jangan. Gue tahu lo bukan tipe ember"
"Ini enggak ada hubungannya sama itu yel, ini hubungannya sama mereka yang berhak juga buat tahu"
"Enggak sekarang tapi.."
"Terus kapan ? Ngomongin ini, gue yakin lo pasti belum ngabarin ortu lo kan ?"
Iel hanya mengangguk sambil tersenyum masam.
"Sampai kapan yel, mereka orang yang paling berhak tahu, bukan gue.."
"Gue takut kecewa vin, gue takut udah telanjur ngarepin mereka, merekanya malah tetap enggak ada buat gue"
"Mereka
selalu ada yel, masalah lo sama ortu lo cuma tentang komunikasi yang
terhambat, dan enggak akan pernah bener kalo enggak ada yang mulai"
"Enggak
segampang itu vin, tapi gue kan udah bilang sama lo, gue pasti bakal
bilang ke mereka, pasti" kata iel berusaha yakin, walaupun nadanya lebih
terdengar pasrah.
"Vin, perasaan gue doang, atau emang lo jadi lebih cerewet sih kalo berdua sama gue ?" tanya iel kemudian.
"Iya..ya. Abis kalo bukan gue siapa lagi yang mau cerewet sama lo" kata alvin sambil tersenyum.
"Lha vin, ngapain lo disini ?" tanya cakka yang tiba-tiba masuk ke kamar iel.
"Ehm..itu sih alvin.." kehadiran cakka yang tiba-tiba bikin iel gelagapan.
"Gue abis nganterin aren, terus mampir kesini minjem baju" jawab alvin jujur.
"Cie..alvin, beneran nih pedekatenya" goda cakka sambil tersenyum jahil.
"Lo sendiri kapan mau pedekate ke agni ?" tanya alvin yang kayanya nelak banget ke cakka, karena dia lansung diam.
"Kok diem cak ?" tanya iel bingung.
"Itu
alasan gue kesini yel. Gue beneran enggak ngerti deh, gue berusaha
perhatian ke agni, malah di bilang gombal, berusaha baik, dia malah
curiga, susah.."
"Lo sih, suka gombal sana-sini, agni jadi susah percaya.." kata alvin ikutan diskusi, biasanya dia kan cuma jadi pendengar.
"Ya gimana ya, punya fans banyak, sayang kalo enggak dimanfaatin.." kata cakka narsis.
"Yee lo, tapi giliran lo yang ngefans sama satu cewek, mati kutu kan lo.." timpal iel kemudian.
"I..iya
sih. Gue juga enggak ngerti, sejak kapan selera gue jadi kaya agni
gitu, padahal dulu biasa-biasa aja. Sekarang, gue jadi suka enggak
nyaman sendiri kalo deket-deket dia, pengen ngelakuin yang berkesan,
tapi jadinya malah aneh" kata cakka panjang lebar.
"Ya lo nya jangan lebai lah" saran alvin cuek.
"Gue enggak lebai vin, tapi emang gue kaya gini kan ?"
"Haha,
iya sih iya. Ya udah, kasian gue liat lo bisa juga jadi gini gara-gara
cewek, nati gue cari cara buat bantuin lo sama agni, tapi enggak janji
sukses ya.." kata iel.
"Kenapa ?" tanya cakka heran.
"Soalnya, gue enggak tahu, seberapa besar kans lo diterima agni, agni kan biasa-biasa aja sama lo" jelas iel lagi.
"Enggak apa-apa dah, yang penting lo udah mau bantuin gue, thanks sob.."
"Eh bosen nih" kata alvin tiba-tiba melenceng dari jalur pembicaraan.
"Nginep aja disini, besokkan sabtu libur.." tawar iel.
"Ya
udah, gue telpon riko sama obiet ya" kata cakka kemudian. Dan setelah
kehadiran obiet serta riko, mereka pun menghabiskan malam itu dengan
berbagai aktifitas, dan baru tidur menjelang subuh.
Alvin
sibuk memainkan rubiks milik iel di beranda kamar iel. Sementara yang
lainnya masih pada tidur dengan pulas. Tidak lebih dari tiga menit
kemudian, rubiks yang tadinya berantakan langsung jadi sempurna. Bosen,
alvin pun melihat-lihat pemandangan di luar. Dan matanya langsung
menangkap sosok aren yang kayanya lagi nyiramin bunga di depan rumahnya.
"Woi, diliatin mulu" kata iel sambil menepuk bahu alvin.
"Enggak sengaja keliatan" jawab alvin cuek.
"Lo beneran tertarik sama dia vin ?"
"Enggaklah. Eh jangan lupa minum obat lo, mumpung anak-anak masih pada tidur" jawab alvin sambil ngeloyor pergi.
di sekolah.
"Agni, gue duduk sama obiet ya ?" tanya oik.
"Ya jangan dong ik, lo tega banget sama gue, masa iya lo biarin gue duduk sama cakka ?" jawab agni dengan nada memelas.
"Kenapa ni ? Gue kan pengen duduk sama obiet, lagian ada apa lo sama cakka ?" tanya oik heran.
"Yaa
lo, mentang-mentang udah jadian mau ninggalin gue. Enggak tahu ik, gue
risih aja akhir-akhir ini, cakka jadi lebai gitu sama gue" jelas agni
masih berusaha mempertahankan oik.
"Tuh via sama iel juga jadi duduk berdua, adem ayem aja.." kata oik lagi.
"Ya oik, jangan gitu dong.."
"Eh, kalian berdua, ngobrol terus dari tadi !!" tegur pak hamim pada mereka berdua.
"Ma..maaf
pak, ini saya pengen pindah ke tempat obiet, pengen minta di ajarin,
dia kan pintar pak.."jelas oik, yang langsung di sambut koor anak-anak
sekelas.
"Sudah..sudah
! Ya udah sana oik kamu pindah ke tempat obiet, cakka kamu duduk sama
agni dulu !" oik dan cakka pun tersenyum senang, sementara agni cuma
bisa pasrah, dia enggak mungkin bisa ngelawan lagi kalo pak hamim yang
udah ngomong.
"Rencana
sukses biet.." bisik oik pelan sambil duduk di tempat obiet, obiet dan
iel yang melihat dari tempat duduknya cuma tersenyum simpul. Sebenarnya
hal ini, sudah di rencanakan oleh iel, obiet dan oik tadi pagi.
_Flashback_
"Obiet, oik sini deh.."
"Apaan yel, tumben datang pagi ?" tanya obiet bingung ngelihat temannya udah ada di kelas.
"Enggak penting itu sih. Gini, nanti di kelas lo duduk berdua ya, biar cakka duduk sama agni"
jelas iel kemudian.
"Lho kenapa ?" tanya oik bingung, sementara obiet yang udah tahu biasa aja.
"Cakka suka sama agni ik, kemarin dia minta tolong sama kita-kita buat bantuin dia. Kamu mau kan ?" kata obiet.
"Serius
? Wah, emang mereka cocok sih, cocok banget. Iyalah gue mau bantuin,
pasti gue bantu, nanti gue bilangin juga deh ke via sama shila. Eh tapi
gimana caranya ? agni pasti enggak bakal ngijinin gue pindah gitu aja ?"
cerocos oik.
"Ya ampun ik, makanya ngomong satu-satu.."
"Hehe, kebiasaan yel.." jawab oik asal.
"Kan
nanti jam pertama, matematika pak hamim, lo agak bikin rame aja, terus
nanti lo bilang kalo lo mau pindah ke tempatnya obiet" iel menjelaskan
rencananya.
"Oke deh, gitu doang sih gampang.." kata oik menyetujui.
_Flashbackend_
"Agni, lo enggak suka duduk sama gue ya ?" tanya cakka, setelah hampir sejam mereka cuma diem-dieman.
"Aduh cak, jangan ajak ngobrol gue sekarang dong, lagi konsen nih.." jawab agni ketus.
'hah, susah banget ya, narik perhatian nih cewek satu' batin cakka bingung.
Pulang sekolah, lapangan basket.
Cakka
sibuk mendribel bola, tapi matanya enggak lepas ngeliatin agni yang
lagi ngobrol sama kak sion. Karena banyaknya orang, cakka enggak bisa
denger apa yang lagi di bicarain sama mereka berdua.
"Weits, calm boy.." iel menepuk-nepuk pundak cakka.
"Mereka lagi ngapain ya yel ?"
"Ye
lo pikir kuping gue setajem itu apa. Nanti aja kita tanya ke agninya"
jawab iel sambil berusaha ngademin cakka. Enggak berapa lama kemudian,
agni pun ngampirin mereka.
"Abis ngapain ni sama kak sion ?" tanya iel mendahului cakka yang udah siap-siap buka mulut.
"Itu,
dia ngajakin gue pulang bareng nanti sekalian jalan. Kan dia pengen
nyari gitar, terus dia nanya gue tahu enggak tempat yang bagus buat
mesen gitar" agni mengambil bola yang nganggur dan mulai mendribel juga.
Sementara itu cakka malah menghentikan dribelnya, dan berusaha menahan
rasa emosinya.
"Terus lo mau ?" tanya iel lagi.
"Ya
iyalah, lagian gue juga nyaman aja kalo ngobrol sama kak sion. Emang
kenapa sih, lo penasaran banget ?" tanya agni sambil terus mendribel
bola.
"Enggak apa-apa kok.."
"Lo enggak boleh pergi sama dia" kata cakka pelan memotong kata-kata iel.
"Apaan cak ?" tanya agni yang kurang denger sambil menghentikan dribelnya.
"LO
ENGGAK BOLEH PERGI SAMA DIA !!" suara cakka menggelegar keras di
seluruh lapangan, sampai-sampai semua orang noleh ke arah mereka.
"Eh..eh, enggak ada apa-apa kok, pada lanjutin aja main basketnya.." kata iel berusaha mengalihkan penonton.
"APA HAK LO NGELARANG GUE ?" sahut agni enggak kalah kerasnya.
"Ya ampun lo berdua enggak usah pake otot dong, enggak enak dilihat yang lain" kata iel berusaha menengahi.
"DIEM
LO YEL !!" teriak mereka kompak. Iel cuma bisa pasrah melihat dua
sahabatnya ini.'mampus gue, mana obiet si mister tenang udah pulang
lagi, alvin, ah dia sih enggak bisa ngeredain emosi, nambah emosi malah
kalo cueknya ke luar, oh iya riko, gue sms riko aja' batin iel yang lagi
dalam keadaan terjepit, dia pun langsung mengeluarkan bbnya dan mengsms
riko. 'SOS, LAP.BASKET, BNTU GUE !'
"Lo kan tahu kalo kak sion playboy ni, lo mau di sakitin dia ?!" kata cakka yang udah mulai ngontrol emosinya.
"Eh ngaca dong, lo sendiri, rekor lo sama kak sion juga paling cuma beda tipis !"
"Justru karena itu, gue enggak pengen lo diapa-apain sama kak sion !"
"Apa
urusannya sama lo ?! Lo peduli sama gue ? Buat apa, gue kan bukan model
cewek yang masuk daftar lo, lagian kita cuma sahabat cak, SAHABAT !!"
agni lagi-lagi menaikkan volume suaranya.
"LO
MAU TAHU KENAPA ? GUE SUKA SAMA LO AGNI !" entah dapat dorongan
darimana tiba-tiba pengakuan dari hati itu keluar begitu saja. agni
langsung shock denger pengakuan cakka, iel yang dari tadi udah kaya
nonton debat pun enggak kalah shock sama agni, lapangan yang tadinya
ramai langsung hening seketika, sementara riko dan shilla tentunya, yang
baru dateng, beneran bingung sama keadaan disana.
"Yel, ini pada kenapa ?" tanya riko.
"Cie..agni..di
tembak cakka, ciee..ternyata cakka ganti tipe jadi yang tomboi,
cieee.." lapangan lansung ramai lagi, ada yang cie-cie, ada yang
siul-siul enggak jelas, ada yang teriak-teriak histeris, ada juga yang
sibuk poto-poto.
Muka
agni memerah, belum pernah dia ngerasa malu kaya gini. Tiba-tiba
matanya panas, tanpa peduli koor anak-anak yang semakin keras dia pun
segera mengambil tasnya dan berlari keluar lapangan, shilla yang masih
bingung, mutusin buat ngejar agni. Cakka sendiri masih heran sama apa
yang dia lakuin barusan.
"Woi,
diem lo semua, tinggalin kita bertiga, lapangan gue tutup sementara,
atas nama osis !!" kata riko, berusaha menenangkan keadaan. Untungnya
dia ketua osis yang berwibawa, jadi semua murid yang ada disitu,
nurut-nurut aja.
"Jadi ada apaan nih ?" tanya riko sekali lagi.
"Tadi
agni diajakin kak sion pulang bareng terus sekalian jalan, si cakka
ngelarang, terus mereka adu mulut, dan tiba-tiba si cakka bilang kalo
dia suka sama agni" jelas iel kemudian, sementara cakka cuma tersenyum
pahit, mengutuk kebodohannya sendiri.
"Wah, repot yaa.."kata riko sambil garuk-garuk kepala.
"Ya itu sih gue juga tahu ko, gimana dong nih ? Eh, mana agni ?" tanya iel sambil celingukan.
di toilet cewek.
"Agni, lo kenapa ?" tanya shila lembut sambil memeluk agni.
Agni berusaha menghapus butir-butir air mata yang telanjur menetes dan tersenyum kecil.
"Hah, selalu gara-gara cakka, emang cuma cakka yang bisa bikin agni yang kuat jadi gini ?" ucap shilla sambil tersenyum.
"Dia bilang suka sama gue shil" desah agni pelan.
"Bagus dong ni, emang perasaan itu udah hilang ?"
"Enggak
tahu shil, sekarang gue mulai nyaman sama title cuma sebagai sahabatnya
dia doang, gue mulai ngerasa enjoy ngejalanin ini, bukannya lo yang
nyaranin gue buat kaya gini" jelas agni.
"Jadi udah enggak suka ?"
"Enggak
tahu shil, serius. Gue juga bingung, gue sadar akhir-akhir ini dia
tambah perhatian sama gue, tapi kenapa harus sekarang, disaat gue udah
mulai terbiasa sama semuanya" kata agni lagi.
"Lo
masih inget nasihat gue dulu kan ?" agni mengangguk sekilas mendengar
pertanyaan shilla, kata-kata shilla saat itulah yang biki agni lebih
baik sekarang.
_Flashback_
Shilla
kaget waktu ngelihat agni berdiri di depan pintu rumahnya, masih
menggunakan seragam basketnya, rambutnya yang acak-acakan enggak karuan,
dan masih ada sisa air mata yang dapat terlihat jelas oleh shila.
"Agni, lo kenapa ?" tanya shilla panik sambil mengajak agni masuk ke dalam rumahnya.
Dan lagi-lagi, agni melakukan hal yang bikin shilla kaget, tiba-tiba ia memeluk shilla, dan menangis.
"Ya
ampun agni, lo kenapa ? siapa yang bikin lo kaya gini ?" tanya shilla
lagi, sambil mengusap air mata agni, dan mengajak agni ke kamarnya.
Setelah sampai di kamar shilla, agni cuma duduk diem, tapi shilla tetap
sabar nunggu cerita dari agni.
"Cakka.." kata agni kemudian, memecah keheningan di antara mereka.
"Cakka ? kenapa ?"tanya shilla sabar.
"Dia yang bikin gue kaya gini, cuma dia.."kata agni lagi, yang tambah bikin shilla bingung dan enggak ngerti pembicaraan agni.
"Emang cakka ngapain lo ? Kalo lo belum siap cerita sama gue, enggak apa-apa kok, gue tungguin sampai lo siap"
"Gue
sengaja datang kesini, mau cerita sama lo, kalo ke rumah via, nanti
kita malah nangis berdua, kalo ke rumah oik, nanti gue di ceramahin
panjang lebar" kata agni pelan.
"Ya udah, jadi ada masalah apa lo sama cakka ?"
"Lo
tahu kan shil, dari dulu gue deket banget sama cakka, kita sama-sama
suka basket, sama-sama suka main gitar juga..." shilla hanya mengangguk
pelan sambil tersenyum.
"Dan
gue enggak tahu sejak kapan, sampai akhirnya gue sadar, gue mulai
terbiasa sama hadirnya dia di samping gue, selain jadi partner dan
sahabat" shilla tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya akan pengakuan
agni.
"Kenapa
? heran ya. Gue juga, gue baru sadar, semenjak kita masuk smp, mulai
tambah banyak anak cewek yang cari perhatian ke cakka, dan cakka mulai
menikmati itu. Dia mulai sering pergi sama cewek-cewek itu dan
terus-terusan ngebatalin janjinya buat main basket dan ngejam bareng
gue"jelas agni panjang lebar.
"Iel kan juga suka main basket sama gitar ag ?" tanya shilla.
"Beda
shil rasanya. Kalo gue lagi berdua sama cakka, dia selalu sukses bikin
gue salting sekaligus nyaman, dua sensasi yang enggak bisa gue dapetin
dari siapapun. Dan tanpa sadar juga, perasaan gue ini berkembang shil"
Shilla sekali lagi tersenyum melihat agni, menyadari sahabatnya yang tomboi ini, mulai dewasa.
"Gue
kehilangan dia beberapa hari ini. sampai tadi gue inget, kalo hari ini
jadwal kita biasa main basket,ya udah gue pengen nyamperin dia ke
lapangan. Tapi, pas gue sampai sana, gue malah ngelihat dia lagi nembak
dita" shilla cepat-cepat ngambilin tisu karena melihat bayangan air yang
siap menetes dari mata agni.
"Dan
gue baru sadar kalo gue lemah shil, gue enggak cantik dan menarik, gue
bukan tipenya cakka, harusnya gue sadarin itu dari awal"
"Lo
tahu enggak, gue selalu kagum sama lo. Lo itu cewek terhebat yang gue
tahu, disamping nyokap gue tentunya. Kemampuan lo main basket jauh di
atas rata-rata, dalam urusan gitar juga.." kata shilla mulai memberikan
pendapatnya.
"Tapi bukan cewek kaya gue yang cakka suka shil"
"Lo
enggak boleh ngerubah diri lo cuma buat cinta, kita masih kelas tiga
SMP, lagian lo yang sekarang, udah keren banget" hibur shilla.
"Gue bego ya banget ya shil, kaya gini cuma gara-gara cowok kaya cakka" kata agni sambil tersenyum kecut.
"Bukan
bego agni. Ini tuh normal, cuma karena selama ini, kita selalu ngelihat
agni yang kuat, agni yang enggak cengeng, agni yang tomboy, kita jadi
agak lupa kalo lo tetep cewek yang kalo lagi jatuh cinta tetep mellow"
jelas shilla sambil tersenyum kecil dan di balas dengan senyum juga oleh
agni.
"Jadi gue harus gimana shil ? Gue enggak pengen jadi aneh sama cakka ?"
"Be
yourself sayang. Lo enggak bisa lagi pura-pura tegar, sok kuat tapi
dalemnya kaya gini, jadi begitu keluar, udah langsung kaya gini. Lo
harus tunjukkin ke cakka, apa yang lo punya, lo harus pd di depan cakka,
percaya kalo lo bisa ngelakuin apapun yang belum tentu bisa di lakuin
sama cewek-cewek lain yang ngejar-ngejar cakka" jelas shilla
menggebu-gebu.
"Lo yakin gue bisa ngelakuin itu ?"
"Iya dong, tapi yang lebih penting lo harus lebih yakin daripada gue"
"Thanks ya shil.."
"Haha, basa-basi banget, udah tugas gue juga. Lain kali kalo ada apa-apa cerita sama gue, jangan di pendam"
"Iya..iyaa..Shil, jangan pernah cerita kalo gue suka sama cakka, dan kalo gue nangis" kata agni malu-malu.
"Haha, baru gue suruh jangan sok tegar, eh nangis aja minta dirahasiain, enggak janji ya" kata shilla sambil tertawa jahil.
_Flashbackend_
"Kalo masih inget, kenapa enggak lo jalanin ?" tanya shila dengan nada sok galak.
"Maksudnya ?" tanya agni bingung.
"Kenapa lo enggak pernah cerita lagi sama gue, berarti kan lo udah mulai sok tegar lagi ?"
"Haha,
enggak shil. Gue baik-baik aja, sumpah deh. Gue udah nyaman sama hidup
gue yang sekarang, lagian lo nya juga lagi sibuk sama riko terus.." kata
agni sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.
"Udah mulai ketawa, udah enggak sedih lagi nih ?" tanya shilla jahil.
"Gue enggak sedih tahu, cuma shock aja denger kata-katanya cakka, malu !" kata agni dengan muka yang memerah.
"Itu namanya romantis ni, di tembak di tempat umum.." goda shilla lagi.
"Ah,
enggak tahu deh. Udah yuk ah keluar, betah amat kita di kamar mandi"
agni mengalihkan pembicaraan sambil menarik shilla keluar.
" Agni.."
"Eh, kak sion.." sapa agni pada sion yang memanggilnya.
"Ehem..ehem.."
"Eh, hai shil.."
"Nah gitu dong kak, disapa juga gue.."
"Hehe, kan tadi belum sempet shil. Agni, udah kan latihan basketnya, bisa pergi sekarang ?"
"Bisa kak..bisa..daaa shillaa.."
"Agninya gue pinjem dulu ya shil" kata sion sambil berjalan berdua bersama agni.
Shilla cuma bisa tersenyum, dan memutuskan untuk kembali ke lapangan basket.
"Lho, kok jadi sepi ko ?" tanya shilla yang bingung ngelihat riko, iel dan cakka duduk melingker di tengah-tengah lapangan.
"Aku bubarin anak-anak shil, abis tadi keadaan crowded banget" jawab riko sambil menyuruh shilla duduk di sampingnya.
"Agni
gimana shil ?" tanya cakka pelan. Yang sukses bikin riko dan iel lega,
gimana enggak dari tadi cakka belum ngomong apa-apa sama sekali.
"Baik-baik aja kok, dia cuma malu aja, di tembak di tengah lapangan kaya gini" terang shilla sambil tersenyum.
"Dia marah sama gue ?" tanya cakka lagi.
"Enggak
ngerti deh cak, tapi saran gue, mending lo ngobrol berdua deh sama
agni, biar semua lebih jelas, lagian sebenernya selama ini, agni sadar
kok lo merhatiin dia terus"
"Emang sekarang agni dimana ?" tanya iel.
"Udah
pergi tadi sama kak sion" mendengar jawaban shilla, cakka langsung
berdiri dan mengambil tasnya, yang diikuti oleh iel, riko dan shilla.
"Mau ngapain cak ?" tanya riko panik.
"Nyusul agni, gue tahu tempat dia biasa mesen gitar"
"Tapi cak.."
"Tenang
yel, pala gue udah adem, gue enggak akan bikin keributan di depan umum.
Thanks ya semua" kata cakka memotong kata-kata iel sambil berlalu
pergi. Iel pun mengambil tasnya juga.
"Lho, mau ikut cakka yel ?"
"Enggak
shil, tapi enggak mau jadi kambing congek aja, hehe.." jawab iel asal
seperti biasa, yang hanya ditanggapin oleh senyuman oleh shilla dan
riko.
Toko gitar.
Cakka
mengamati agni dan sion dari kejauhan. Dia berusaha mungkin menahan
emosi dan egonya. Penasaran dengan apa yang sedang agni dan sion
omongin, cakka pun mendekatkan posisinya.
"Agni.."
"Iya kak, kenapa ?"
"Gue boleh nanya sesuatu enggak ?" tanya sion sambil ngelihatin agni, tapi agninya malah ngeliatin gitar.
"Nanya tinggal nanya kak, enggak usah ijin dulu.."
"Gue..umm...gue suka sama lo, pengen lo jadi cewek gue"
GUBRAAK
!! agni yang lagi megang-megang gitar, langsung jatuhin tuh gitar
gara-gara kaget denger kata-kata sion, untung aja itu gitar enggak
kenapa-kenapa.
'Ya ampun laris banget ya gue, hari ini sampe di tembak dua cowok' batin agni heran.
"Agni, kenapa ?" tanya sion yang bingung.
"Hehe, enggak apa-apa kak, cuma kaget aja.."
"Jadi jawaban kamu ?"
"Maaf kak, enggak bisa, gue nyaman sama kakak cuma sebatas teman aja"
"Ya udah enggak apa-apa, yang penting kita tetap teman kan ?"
"Iya dong kak"
"Cakka ya ag ?"
"Hah ? Apanya ?"
"Iya, lo suka kan sama cakka ?"
"Emang kelihatan banget ya kak ?" tanya agni bingung.
"Haha, enggak tahu deh, cuma insting gue yang udah peka sama cinta ini, bilang gitu" jawab sion sambil tertawa.
"Beuh, ya udah yuk ah kak, udah keburu sore.."
Sementara
itu cakka yang dari tadi dengerin, masih shock terpaku di tempatnya,
shock karena dengar sion yang tiba-tiba nembak agni, dan sempat lega
karena jawaban agni, lalu shock lagi, mendengar pengakuan agni. 'jadi
selama ini, guenya yang enggak sadar ya'.
Melihat agni dan sion keluar dari toko, cakka pun kembali mengikuti mereka, dan tiba-tiba...
"Agni awaaass !!"
Komentar
Posting Komentar