Fearless of Love Part 8 "ending"
Iel
sudah mulai masuk sekolah, badannya yang mulai melemah perlahan membuat
dia memberikan ban kapten basket kepada cakka, walaupun ia tetap selalu
datang saat jam latihan. Sudah banyak yang tahu tentang ini, dan kagum
dengan sosoknya yang terus tersenyum dan semangat. Bahkan dia menjadi
orang yang paling semangat buat ngadain pensi, dia selalu menyuport
semua orang untuk semangat.
"Yel udah, kamu pulang aja dulu, muka kamu udah pucat tuh" tawar via khawatir ngelihat iel yang lagi nungguin dia rapat.
"Enggak ah, aku mau nungguin kamu, lagian kali aja nanti aku bisa nyumbangin ide" tolak iel sambil tersenyum.
"Udahlah
yel, pensinya juga tinggal lusa, mending lo pulang aja, nanti biar gue
sama shila yang nganter dia pulang" kata riko yang enggak tega juga
lihat iel.
"Ya
gue jangan di usir dong, ini kan pensi terakhir gue, anggep aja ini
kontribusi gue yang terakhir buat sekolah ini" semua orang yang ada di
ruangan osis langsung terdiam mendengar kata-kata iel, sorot matanya
yang semangat malah membuat mereka yang melihat menjadi terenyuh. Via
berusaha menahan laju air matanya, ia sudah berjanji dalam hati untuk
tidak lagi menangis di depan iel, dia harus kuat buat iel.
"Oke deh, tapi jangan di paksain ya, jadi lo punya usul apa yel ?" tanya shila bijak memecah kesunyian.
"Gue
suka deh sama semangat lo shil, gue cuma mau nyaranin.." dan iel pun
sibuk menjabarkan segala ide yang ada di otaknya, semua sadar walaupun
bukan panitia, tapi iel adalah orang yang paling ingin bikin semua ini
sempurna, dan semua bakal sekuat tenaga bikin ini sempurna buat iel.
Lusa, pensi time.
Semua
orang sibuk berlalu lalang kesana kemari, apalagi para anak osis dan
panitia yang kompakan pake kaos warna biru. Tidak terkecuali, obiet-oik,
cakka-agni, dan iel-via yang bakal terlibat mengisi acara. Setelah
sambutan sana-sini, mulai dari kepala sekolah sampai riko si ketua osis,
pensi pun di buka dan obiet-oik menjadi penyumbang acara pertama
setelah acara pokok.
Obiet bermain biola dan oik menyanyikan lagu sempurna versi gita gutawa.
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku
akan slalu memujamu
Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna..
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku
akan slalu memujamu
Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna..
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
Lapangan
yang di jadikan tempat pensi pun langsung ramai dengan tepuk tangan
ketika obiet dan oik mengakhiri duet maut mereka. Lalu giliran cakka dan
agni yang ngejam bareng, walaupun cuma main gitar dan enggak nyanyi,
tapi permainan mereka yang emang bagus ampun-ampunan bikin lapangan
sekali lagi ramai oleh tepukan penonton yang kagum dengan kehebatan duo
kompak ini. Riko dan shila yang jadi orang paling sibuk, telanjur mupeng
lihat teman-teman mereka yang pada duet, akhirnya riko pun inisiatif
buat nyolong waktu biar bisa duet sama shila.
Tiba saatnya kita, saling bicara,
tentang perasaan yang, kian menyiksa,
tentang rindu yang menggebu,
tentang cinta yang tak terungkap.
Sudah terlalu lama, kita berdiam,
tenggelam dalam gelisah, yang tak teredam,
meme-nuhi, mimpi-mimpi, malam kita.
Duhai cinta ku, sayang ku, lepaskanlah,
perasaan mu, rindu mu, s’luruh cinta mu,
dan kini hanya, ada aku, dan diri mu,
sesaat, di keabadian.
Jika sang waktu bisa, kita hentikan,
oh, dan s’gala mimpi-mimpi jadi kenyataan,
meleburkan semua batas,
antara kau dan aku,
kita…
Duhai cinta ku, sayang ku, lepaskanlah,
perasaan mu, rindu mu, s’luruh cinta mu
tentang perasaan yang, kian menyiksa,
tentang rindu yang menggebu,
tentang cinta yang tak terungkap.
Sudah terlalu lama, kita berdiam,
tenggelam dalam gelisah, yang tak teredam,
meme-nuhi, mimpi-mimpi, malam kita.
Duhai cinta ku, sayang ku, lepaskanlah,
perasaan mu, rindu mu, s’luruh cinta mu,
dan kini hanya, ada aku, dan diri mu,
sesaat, di keabadian.
Jika sang waktu bisa, kita hentikan,
oh, dan s’gala mimpi-mimpi jadi kenyataan,
meleburkan semua batas,
antara kau dan aku,
kita…
Duhai cinta ku, sayang ku, lepaskanlah,
perasaan mu, rindu mu, s’luruh cinta mu
Sekali
lagi semua bertepuk tangan riuh menyaksikan couple-osis mereka yang
emang enggak terpisahkan. Dan sekarang giliran duetnya iel sama via,
yang emang udah di tunggu banyak orang, lapangan menjadi hening ketika
mendengar mereka berdua bernyanyi.
Cinta adalah misteri dalam hidupku
Yang tak pernah ku tahu akhirnya
Namun tak seperti cintaku pada dirimu
Yang harus tergenapi dalam kisah hidupku
Yang tak pernah ku tahu akhirnya
Namun tak seperti cintaku pada dirimu
Yang harus tergenapi dalam kisah hidupku
Ku ingin slamanya mencintai dirimu
Sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
Ku ingin slamanya ada di sampingmu
Menyayangi dirimu sampai waktu kan memanggilku
Sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
Ku ingin slamanya ada di sampingmu
Menyayangi dirimu sampai waktu kan memanggilku
Ku berharap abadi dalam hidupku
Mencintamu bahagia untukku
Karena kasihku hanya untuk dirimu
Selamanya kan tetap milikmu
Mencintamu bahagia untukku
Karena kasihku hanya untuk dirimu
Selamanya kan tetap milikmu
Di relung sukmaku
Ku labuhkan s’luruh cintaku
Di hembus nafasku
Ku abadikan s’luruh kasih dan sayangku
Ku labuhkan s’luruh cintaku
Di hembus nafasku
Ku abadikan s’luruh kasih dan sayangku
Semua
orang begitu mendalami arti lagu ini, ikut terbawa oleh dalamnya
penghayatan via dan iel. Bahkan enggak sedikit yang menitikkan air mata.
Via sendiri enggak ngerti kenapa iel ngotot buat nyanyiin lagi ini.
Walau suaranya sedikit bergetar, tapi dia ingin memberikan semuanya yang
terbaik buat iel.
"Kak alvin.." bisik aren yang berdiri di samping alvin.
"Apaan sih bisik-bisik ?" tanya alvin bingung yang ikut tenggelam dalam suasana ini.
"Masa
pada sedih gini sih, kasian dong sama kak iel, dia aja semangat banget,
berusaha tegar buat kita, eh kitanya malah gini" alvin memikirkan
kata-kata aren barusan.
"Terus gue harus ngapain ?"
"Ngapain
kek, teriak ngasih semangat atau apalah, gue bantuin" tawar aren, alvin
kembali memikirkan kata-kata aren, teriak di tengah suasana sepi kaya
gini, sama aja cari malu, tapi memang kayanya dia harus ngelakuin ini.
"WOI, HEBAT BANGET LO BERDUA KEREN !!" teriak alvin heboh sekuat tenaga yang sukses bikin semua penonton nengok ke dia.
"KAK
VIA KAK IEL KEREN BANGET !!" teriak aren enggak mau kalah. Obiet-oik,
cakka-agni, dan riko-shila yang awalnya terkejut oleh dua mahluk di
samping mereka yang tiba-tiba gila, mulai ikutan ngasih semangat ke via
dan iel, para siswa yang lain pun enggak mau kalah, bahkan ikutan nyanyi
bareng.
"Lo tuh emang selalu bisa ya.." kata alvin sambil ngacak-ngacak rambut aren.
"Kak shila kak riko, kak alvin mau nyanyi abis ini, bisa kan ?" tanya aren tiba-tiba yang bikin alvin kaget setengah mati.
"Nyanyi apa vin ?" tanya riko enggak kalah kagetnya.
"Surprise
kak, nyanyi sambil main gitar yang jelas" jawab aren lagi. Shila dan
riko cuma pandang-pandangan heran, sementara alvin cuma menatap aren
pasrah.
"Bisa kok bisa, ya udah siap-siap aja.." kata shila sambil ngasih tahu ke mcnya.
"Gue nyanyi lagu apa ren ?" tanya alvin bingung, dia tahu mundur juga udah enggak ada gunanya.
"Nyanyi lagu di track 10 yang ada di ipod kakak" jawab aren mantap sambil geret-geret alvin ke belakang panggung.
"Lo yakin gue bisa ?"
"Yakin banget, jangan kecewain gue, oke kak.."
Alvin
naik ke atas panggung sambil membawa gitar, semua fansnya langsung
heboh sendiri. Begitu menangkap sosok aren yang sedang memberikan senyum
semangat untuknya, alvin pun langsung menggenjreng gitarnya.
Hari ini kudendangkan
Lagu yang ingin kunyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang tlah kualami
Ingin kubuka lembar baru
Untuk meneruskan hidupku
Tak mau lagi kesedihan
Selimuti diriku
Semua orang ingin bahagia
Menjalani hidup di dunia ini
Ingin kubukakan jawaban
Misteri dan senang yang sejati
Hari ini kudendangkan
Lagu yang ingin kunyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang tlah kualami
Berlari dan terus bernyanyi
mengikuti irama sang mentari
tertawa dan selalu ceria
berikan ku arti hidup ini
Lagu yang ingin kunyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang tlah kualami
Ingin kubuka lembar baru
Untuk meneruskan hidupku
Tak mau lagi kesedihan
Selimuti diriku
Semua orang ingin bahagia
Menjalani hidup di dunia ini
Ingin kubukakan jawaban
Misteri dan senang yang sejati
Hari ini kudendangkan
Lagu yang ingin kunyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang tlah kualami
Berlari dan terus bernyanyi
mengikuti irama sang mentari
tertawa dan selalu ceria
berikan ku arti hidup ini
Semua langsung heboh ngelihat alvin yang biasanya kalem, dingin, cuek dan diam tiba-tiba loncat sana sini diatas panggung.
"Gila,
enggak nyangka gue alvin bisa gila kaya gitu juga ?" tanya cakka heran
sendiri lihat sahabatnya, berbeda dari yang selama ini ia ketahui.
"Tuh
orang paling hebat dan tahan banting yang bisa bikin alvin kaya gini"
timpal oik sambil nunjuk aren yang enggak kalah heboh buat ngasih
semangat ke alvin.
"Kapan deh si alvin bakal nembak aren ?" celetuk agni.
"Kapan deh si alvin bakal nembak aren ?" celetuk agni.
"Ya kita lihat aja nanti, kapan alvin berani buat ngakuin perasaannya" jawab obiet kalem.
"Via.." panggil iel.
"Kenapa yel, mau pulang sekarang ?" tanya via lembut.
"Aku
mau ngobrol berdua sama kamu, kita ke halaman belakang ya ?" ajak iel
sambil menggandeng via, ia juga melihat teman-temannya sekilas, riko dan
shila yang tetap tersenyum meski stress setengah mati, oik dan obiet
yang selalu gandengan, seakan-akan emang mereka enggak akan terpisahkan
dan saling melengkapi, agni dan cakka yang ikut loncat-loncatan sambil
berangkulan yang menegaskan kekompakan mereka, serta alvin yang masih
semangat nyanyi di atas panggung dan terus menatap aren dalam-dalam.
'thanks
all..'batin iel lirih. Via yang merasa aneh, hanya terus menggenggam
erat tangan iel, akhir-akhir ini, dia berubah menjadi sosok yang tegar,
dia tahu sekaranglah saatnya dia yang melindungi iel, walaupun mungkin
sisa waktu yang ada hanya sekejap.
Iel
duduk senderan di pohon, dan via menyenderkan kepalanya ke dada iel.
Langit telah berubah gelap, bulan perlahan naik menampakkan
kegagahannya. Iel mengusap lembut rambut via, berharap ia masih memiliki
banyak waktu untuk melakukan ini, kalo bisa selamanya.
"Yel,
udah lama kita duduk disini, kita pulang aja yuk, kamu harus istirahat"
kata via di tengah-tengah kesunyian yang mereka ciptakan berdua.
"Emang kamu udah mau pulang ?" Via hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku masih mau disini vi, pengen lihat kembang api dari sini"
"Tapi ini udah malam yel, enggak bagus buat kamu" jelas via sabar.
"Aku
mohon vi, aku pengen ngabisin malam ini berdua cuma sama kamu, malam
ini" kata iel maksa. Via cuma bisa pasrah lalu kembali terdiam.
"Kamu mau janji ke aku enggak vi ?"
"Janji apa ?"
"Kalo
nanti aku harus nyerah dan sampai di garis akhir hidup aku, kamu boleh
nangisin aku sebanyak apapun yang kamu mau, tapi cukup hari itu, karena
setelah hari itu, kamu harus mengenang aku dengan senyuman kamu" via
hanya terdiam mendengar kata-kata iel, mudah baginya untuk mengatakan
'iya' sekarang, tapi tidak akan mudah untuk melalui itu nanti.
"Vi, bilang iya dong.."
"Iya yel, aku janji.." desah via pelan.
"Yang ikhlas dong janjinya. Terus.."
"Aku
janji aku bakal ngenang kamu dengan senyumanku, tapi tolong jangan
paksa aku buat berjanji terlalu banyak ke kamu, aku takut, takut untuk
enggak bisa nepatin itu ke kamu" kata via mantap.
"Aku minta maaf, tapi aku cuma pengen kamu janji satu lagi ke aku" sambung iel.
"Apalagi yel ?"
"Aku
enggak mau cinta kamu ke aku berubah jadi perasaan egois, kamu harus
nyari pengganti aku nanti, orang yang akan ngegantiin aku buat ngejaga
kamu" iel berkata lirih, ia tidak akan pernah rela, satu-satunya
perempuan yang ia cintai harus mencintai orang lain, tapi ia lebih tidak
rela bila perempuan yang ia cintai terbenam akan kesendiriannya karena
dia. Via menegakkan duduknya dan menatap iel.
"Aku
enggak bisa bilang sekarang, buat mau nepatin janji itu atau enggak,
yang sekarang aku mau cuma berdua sama kamu" kata via sambil memeluk iel
dan menyandarkan kepalanya lagi. Iel merasa menyesal, menyesal tidak
meminta via dari dulu, menyesal menyia-nyiakan banyak waktu yang
harusnya bisa mereka nikmati lebih lama daripada ini.
"Seharusnya aku jujur tentang perasaanku lebih awal dari ini, jadi kita lebih punya banyak waktu buat sama-sama"
"Aku
enggak peduli berapa banyak waktu yang kebuang, aku cuma peduli,
sesingkat apapun hubungan ini, kita udah ngejalaninya dengan penuh
cinta, makasih yel.." lirih via tulus. Iel dapat merasa akhir-akhir ini
via berubah menjadi lebih dewasa, iel tahu betapa via berusaha untuk
tidak lagi menangis di depannya.
"Kamu takut mati enggak yel ?" tiba-tiba via bertanya.
"Awalnya
iya, takut banget. Kamu tahu enggak, arti kata fear di dalam kamus itu
takut, tapi ketika kata fear di sambung sama kata less, artinya berubah
menjadi tidak lagi mempunyai rasa takut. Dan itu yang terjadi sama aku,
ketika aku sendiri, aku ngerasa takut banget, tapi ketika kamu dan
semuanya ada di samping aku buat dukung aku, semua rasa takut itu pergi,
hilang entah kemana" jelas iel panjang lebar. Via hanya
mengangguk-angguk, entah mengapa malam ini terasa panjang, tiba-tiba ia
melihat tetesan pekat di rumput, via langsung menatap iel.
"Ayo kita pulang yel !" ujar via panik melihat darah mulai mengalir lagi dari hidung iel.
"Enggak
vi enggak, aku mau lihat kembang api" ujar iel yang mulai terlihat
lelah sambil berusaha menahan laju darah di hidungnya. Via langsung
mengambil tisu yang akhir-akhir ini selalu tersedia di tasnya, dan
mengelap darah iel perlahan. Air mata yang telah terbayang, berusaha ia
tahan sekuat mungkin.
Ia
tahu iel sedang menderita sekarang, pelipisnya yang basah oleh
keringat, otot-otot yang menonjol kuat, dekapan tangannya ke via yang
semakin kuat. Walaupun iel terus tersenyum, ia tahu iel sedang menahan
rasa sakitnya sekarang, dan bukan air matalah yang akan menguatkanya.
"A..aku
capek vi...aku pengen..pengen tiduran bentar..nanti bangunin aku
ya...kalo kembang apinya nyala.."ujar iel terbata-bata. Via langsung
memeluk iel kuat-kuat, sekuat yang ia bisa, berharap setengah dari
nafasnya berpindah ke iel, atau kalo perlu seluruhnya. Via terus
mendekap iel, mendekap raganya iel dan berharap dapat terus mendekap
jiwanya juga.
DUAR
!! bunyi kembang api yang menggelegar di langit-langit sekolah mereka,
terasa berbanding terbalik, oleh isakan kecil via, isakan yang terlalu
memilukan.
"Yel..kembang
apinya..udah nyala..kamu lihat kan..ada yang merah..ada yang ijo..bagus
yel..bagus.." via mendesah pelan di antara tangisnya.
***
Pemakaman
baru saja berakhir. Semua kehilangan, sekolah bahkan memulangkan
murid-murid lebih awal untuk bisa ikut memberikan penghormatan terakhir
pada iel. Kapten basket mereka yang telah menyumbangkan begitu banyak
piala dan penghargaan, teman mereka yang selalu tersenyum dan penuh
semangat. Tidak ada yang menyangka, kemarin adalah hari terakhir mereka
melihat iel, mendengar suara iel, menikmati senyumnya.Terlalu banyak
yang datang, menunjukkan betapa luasnya pergaulan iel.
Riko,
obiet, cakka, alvin, shila, oik, agni dan via duduk di depan rumah iel.
Berusaha tegar, dan menerima semua dengan ikhlas, walau mereka sadar
sahabat terbaik mereka telah lebih dulu pergi ke alam penuh ketenangan.
Mamanya iel pingsan berkali-kali, mendapati anak tunggalnya telah tiada.
Tapi semua orang lebih khawatir ke via, satu-satunya orang yang bersama
iel hingga detik-detik akhir hidupnya. Orang yang ketika di temukan,
masih dalam keadaan memeluk erat iel dalam isakan tangisnya. Via tidak
lagi menangis, hanya tatapan matanya yang kosong yang menunjukkan betapa
rapuhnya ia sekarang.
"Kak.."
"Kenapa ren ?" tanya alvin lirih sambil melihat aren yang berdiri di sampingnya.
"Ini.." aren menyodorkan sebuah cd.
"Ini apa ?"
"Dua
hari yang lalu, mbok yati ke rumah aren, dia bilang kak iel pengen
ketemu sama aren, pas aren datang kesini, kak iel ajakin aren ngobrol,
dan dia ngasih ini, dia bilang kakak-kakak semua harus nonton ini
bareng-bareng di kamarnya dia" jelas aren panjang lebar, semua yang ada
disitu menoleh mendengar penjelasan aren dengan seksama.
"Ada pesan yang lain ren ?" tanya alvin lagi sambil menerima cd tersebut.
"Enggak, cuma pesan pribadi buat aren. Ya udah, aren mau bantu-bantu dulu ya kak"
Aren
pun meninggalkan mereka. Tanpa ada yang berbicara, semua langsung
berdiri dan beranjak menuju kamar iel, alvin yang memegang cd itu,
sekuat hati untuk menekan tombol play.
Ternyata
itu adalah sebuah video rekaman yang entah kapan di buat oleh iel.
Video di buka dengan poto-poto ketika mereka semua masih tk, lalu
beranjak ke sd, saat-saat mos smp, ada poto waktu iel dan cakka
memenangi lomba basket, ada juga poto alvin sedang mencetak gol, lalu
beralih ke poto-poto candid hasil keisengan iel, saat-saat mos sma,
pesta ulang tahun mereka, saat riko terpilih menjadi ketua osis, dan
yang terakhir poto mereka bersembilan yang sedang berangkulan dan
tersenyum bahagia. Oik terisak perlahan di bahu obiet, shila yang
terus-terusan merangkul via juga melakukan hal yang sama, bahkan agni
yang pantang menangis di depan orang, membiarkan butir air matanya jatuh
perlahan. Obiet memandang pilu video tersebut, sambil berusaha
menguatkan oik. Pandangan nanar riko, orang yang selalu sebangku sama
iel. Cakka yang menggenggam erat tangan agni, walau tangannya sendiri
juga gemetaran. Hanya via dan alvin, yang berusaha menegarkan diri
mereka, walau mereka tahu, lambat laun pertahanan itu akan patah.
"Hai..hai..semua,
lagi pada nangisin gue ya ? cup cup cup diapus dong air matanya.." iel
menatap mereka dengan senyumannya, masih bersemangat seperti biasa,
padahal video ini pasti di bikin belum lama. Mereka yang melihat itu,
hanya tersenyum miris, berharap itu semua nyata, bukan hanya gambar yang
bergerak.
"Oke,
riko lo harus apusin air mata shila, dan obiet ya gue tahu sih tanpa
gue suruh lo pasti udah ngapusin air mata oik, ehm..agni, gue enggak
tahu lo nangis atau enggak, tapi kalo iya, gue harap cakka bisa ngapusin
air mata itu. Buat via, kamu masih nangis ? aku minta maaf ya, enggak
bisa apusin air mata kamu, alvin, lo bisa kan apusin air mata via, di
apus doang tapi, enggak pakai perasaan" iel mengatakan itu seolah tanpa
beban, membuat semua merasa semakin terbenam dalam kesedihan
masing-masing.
"Maafin
gue ya, kalo masih ada salah-salah sama lo semua. Buat riko, makasih ya
udah jadi chairmate gue, ya walaupun lo suka nyontek, tapi gue bangga
sama lo, di bawah kepemimpinan lo, osis sekolah kita jadi lebih bagus,
jangan lupa jagain shila" riko hanya tersenyum hambar mendengar
kata-kata iel.
"Buat
obiet, semoga pas pensi nanti, gue bisa lihat dan denger lo main biola
buat terakhir kali mungkin. Satu-satunya alat musik yang enggak gue
kuasai, tapi gampang banget akrab sama lo. Tetap sabar ngadepin oik ya"
obiet hanya mengangguk singkat, berharap iel dapat melihatnya.
"Buat
cakka, gue yakin lo bisa bikin tim basket kita lebih bagus lagi, gue
percaya sama lo. Tetap kompak sama agni ya, saling melindungi, dan
jangan jadi kambuh penyakit playboy lo, agni kan susah di taklukin, iya
enggak ?" cakka mendesah pelan sambil tersenyum, senyum yang penuh
kesedihan.
"Buat
alvin, gue enggak ngerti gimana caranya, bilang makasih sama lo, yang
udah selalu ingetin gue ini itu. Gue udah nitipin lo ke aren, oke,
santai jangan melototin gue, toh mata lo juga sipit, hehe..tapi emang
cuma aren yang bisa nenangin lo kayanya, buruan di resmiin dong, keburu
di samber orang nanti si aren" alvin hanya tersenyum pahit, enggak
ngerti kenapa temannya masih bisa mikirin hal kaya gini, di ujung-ujung
hidupnya.
"Buat
oik, jangan lupa ngerem kalo ngomong, buat agni jangan ketularan
emosian kaya cakka, buat shila tetap lembut kaya biasa ya. Dan buat via,
aku minta maaf, enggak bisa nepatin janji aku untuk selalu ada di
samping kamu dan enggak bikin kamu nangis lagi, aku beneran ngerasa
bersalah, rasanya aku siap menukar semuanya, untuk tetap bertahan di
sisi kamu, tapi ini hidup aku, dan aku harap kamu nerima ini kaya aku
nerima ini, biar aku bisa tenang, kamu mau kan ?" suara iel agak
bergetar ketika mengatakan ini. Via mengangguk pasrah.
"Semuanya
gue nitip via ya, tolong jagain dia, dan biarin dia jatuh cinta lagi,
kalo itu hal yang bisa bikin dia bisa bersinar lagi, secerah biasanya.
Makasih, buat persahabatan yang indah ini, yang selalu ada kapanpun gue
butuh, sampai selemah-lemahnya gue, kalian tetap ada disini, enggak
pernah berpaling sedikitpun, gue enggak ngerti lagi, kata-kata apa yang
pantas buat gambarin kalian, anugerah paling indah dan istimewa dari
Tuhan buat gue, makasih.." lalu video itupun mati. Via menekan tombol
replay, hanya itu satu-satunya yang bisa ia lakukan, untuk membuat iel
seolah nyata. Sementara alvin memutuskan untuk keluar dari kamar iel,
dia belum siap kalo harus lihat itu lagi, bukan sekarang.
"Ren,
bisa temenin gue ?" alvin mendekati aren yang sedang membantu
membagi-bagikan snack kepada para tamu yang datang. Aren tahu, alvin
sedang membutuhkannya, dia pun mengangguk dan mengikuti alvin. Ternyata
alvin menuju sebuah bangku di taman belakang rumah iel.
"Iel ngomong apa ke lo ?"
"Kak iel nyuruh aren jagain kakak.." jawab aren sambil tersenyum.
"Dan lo bakal jagain gue ? nemenin gue ?"
"Iya kak, sekuat yang aren bisa" jawab aren mantap.
"Apa
lo bisa janji enggak akan ninggalin gue ?" aren dapat melihat air mata
yang siap menetes di mata alvin, tapi buru-buru di hapus oleh alvin.
"Enggak ada yang pernah tahu, hidup itu sampai kapan. Tapi gue bakal nemenin kakak, semampu yang gue bisa"
"Mungkin
ini bukan saat yang tepat, tapi gue takut, takut semua keburu
terlambat. Gue pikir tadinya perasaan gue ke lo, cuma sebatas kakak ke
adek, tapi semakin banyak waktu kita abisin berdua, yang penuh dengan
semangat lo buat gue, gue sadar sayang gue ke lo, lebih dari kakak ke
adek"
"Kakak
lagi nembak gue ?" tanya aren polos. Alvin mengangguk, dia menatap aren
dalam, menunggu dengan gelisah jawaban apa yang akan di dengarnya.
"Aren mau jadi pacar kakak, asal..."
"Asal apa ?" tanya alvin penasaran.
"Asal
kakak, mau selalu jujur tentang perasaan kakak ke aren, kan aren udah
pernah bilang jangan pernah nutupin apapun perasaan yang kakak rasain"
alvin memandang aren, lalu ia memeluk aren, dewi penolongnya, orang yang
tanpa lelah menyemangatinya.
'gue
bukan mau seneng-seneng di atas kesedihan ini, gue cuma takut terlambat
dan harus kehilangan sekali lagi, gue harap lo ngerti yel' batin alvin
lirih sambil terus memeluk aren.
Tiba-tiba
ada cakka, riko, obiet, oik, shila dan agni yang menghampiri mereka.
Alvin langsung melepaskan pelukan itu, dan menatap teman-temannya.
"Selamat ya vin, akhirnya lo berani juga ngungkapin ini" kata cakka sambil menepuk-nepuk pundak alvin.
"Thanks ya, gue harap kalian enggak salah tanggap, tentang gue yang malah jadian di saat kaya gini"
"Enggak ada yang salah vin, lo emang lagi butuh aren di sisi lo" kata obiet menimpali sambil tersenyum.
"Lo
emang top deh ren, bisa bikin temen gue kaya gini" ujar oik sambil
tersenyum, yang di tanggapin oleh senyuman manis juga sama aren.
"Via mana ?" tanya alvin yang baru sadar kalo via enggak ada.
"Dia
masih nonton video itu, dia butuh waktu buat sendiri" jawab shila.
Teman-temannya sadar, alvin dan via adalah dua orang yang paling berat
dengan kepergian ini. Tidak ada yang mudah ketika harus menerima
kenyataan, bahwa orang yang kita sayang, pergi selama-lamanya. Dan lebih
tidak mudah, ketika hal itu terjadi, dua kali.
"Ada saatnya nanti kita bisa nenangin via, tapi sekarang, kita sendiri aja masih shock kan ?" tanya riko entah kepada siapa.
"Kita
bakal ngejalanin ini sama-sama, buat iel, buat via, buat kita" kata
agni mantap sambil menyodorkan tangannya, cakka menaruh telapak
tangannya di atas agni, di ikuti oleh obiet lalu oik, riko kemudian
shila, dan alvin.
"Kamu juga dong ren" ajak alvin sambil menoleh ke aren. Aren tanpa ragu meletakkan tangannya di atas tangan alvin, dan..
"JALANIN INI SAMA-SAMA, BUAT IEL, VIA DAN KITA, YEEY !!" teriak mereka kompak sambil tersenyum, kembali mengikuti alurnya hidup.
-tamat-
Komentar
Posting Komentar