Fearless of Love Part 8 "ending"

Iel sudah mulai masuk sekolah, badannya yang mulai melemah perlahan membuat dia memberikan ban kapten basket kepada cakka, walaupun ia tetap selalu datang saat jam latihan. Sudah banyak yang tahu tentang ini, dan kagum dengan sosoknya yang terus tersenyum dan semangat. Bahkan dia menjadi orang yang paling semangat buat ngadain pensi, dia selalu menyuport semua orang untuk semangat.
"Yel udah, kamu pulang aja dulu, muka kamu udah pucat tuh" tawar via khawatir ngelihat iel yang lagi nungguin dia rapat.
"Enggak ah, aku mau nungguin kamu, lagian kali aja nanti aku bisa nyumbangin ide" tolak iel sambil tersenyum.
"Udahlah yel, pensinya juga tinggal lusa, mending lo pulang aja, nanti biar gue sama shila yang nganter dia pulang" kata riko yang enggak tega juga lihat iel.
"Ya gue jangan di usir dong, ini kan pensi terakhir gue, anggep aja ini kontribusi gue yang terakhir buat sekolah ini" semua orang yang ada di ruangan osis langsung terdiam mendengar kata-kata iel, sorot matanya yang semangat malah membuat mereka yang melihat menjadi terenyuh. Via berusaha menahan laju air matanya, ia sudah berjanji dalam hati untuk tidak lagi menangis di depan iel, dia harus kuat buat iel.
"Oke deh, tapi jangan di paksain ya, jadi lo punya usul apa yel ?" tanya shila bijak memecah kesunyian.
"Gue suka deh sama semangat lo shil, gue cuma mau nyaranin.." dan iel pun sibuk menjabarkan segala ide yang ada di otaknya, semua sadar walaupun bukan panitia, tapi iel adalah orang yang paling ingin bikin semua ini sempurna, dan semua bakal sekuat tenaga bikin ini sempurna buat iel.
Lusa, pensi time.
Semua orang sibuk berlalu lalang kesana kemari, apalagi para anak osis dan panitia yang kompakan pake kaos warna biru. Tidak terkecuali, obiet-oik, cakka-agni, dan iel-via yang bakal terlibat mengisi acara. Setelah sambutan sana-sini, mulai dari kepala sekolah sampai riko si ketua osis, pensi pun di buka dan obiet-oik menjadi penyumbang acara pertama setelah acara pokok.
Obiet bermain biola dan oik menyanyikan lagu sempurna versi gita gutawa.
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku
akan slalu memujamu

Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu

Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna..

Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
Lapangan yang di jadikan tempat pensi pun langsung ramai dengan tepuk tangan ketika obiet dan oik mengakhiri duet maut mereka. Lalu giliran cakka dan agni yang ngejam bareng, walaupun cuma main gitar dan enggak nyanyi, tapi permainan mereka yang emang bagus ampun-ampunan bikin lapangan sekali lagi ramai oleh tepukan penonton yang kagum dengan kehebatan duo kompak ini. Riko dan shila yang jadi orang paling sibuk, telanjur mupeng lihat teman-teman mereka yang pada duet, akhirnya riko pun inisiatif buat nyolong waktu biar bisa duet sama shila.
Tiba saatnya kita, saling bicara,
tentang perasaan yang, kian menyiksa,
tentang rindu yang menggebu,
tentang cinta yang tak terungkap.

Sudah terlalu lama, kita berdiam,
tenggelam dalam gelisah, yang tak teredam,
meme-nuhi, mimpi-mimpi, malam kita.

Duhai cinta ku, sayang ku, lepaskanlah,
perasaan mu, rindu mu, s’luruh cinta mu,
dan kini hanya, ada aku, dan diri mu,
sesaat, di keabadian.

Jika sang waktu bisa, kita hentikan,
oh, dan s’gala mimpi-mimpi jadi kenyataan,
meleburkan semua batas,
antara kau dan aku,
kita…

Duhai cinta ku, sayang ku, lepaskanlah,
perasaan mu, rindu mu, s’luruh cinta mu
Sekali lagi semua bertepuk tangan riuh menyaksikan couple-osis mereka yang emang enggak terpisahkan. Dan sekarang giliran duetnya iel sama via, yang emang udah di tunggu banyak orang, lapangan menjadi hening ketika mendengar mereka berdua bernyanyi.
Cinta adalah misteri dalam hidupku
Yang tak pernah ku tahu akhirnya
Namun tak seperti cintaku pada dirimu
Yang harus tergenapi dalam kisah hidupku
Ku ingin slamanya mencintai dirimu
Sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
Ku ingin slamanya ada di sampingmu
Menyayangi dirimu sampai waktu kan memanggilku
Ku berharap abadi dalam hidupku
Mencintamu bahagia untukku
Karena kasihku hanya untuk dirimu
Selamanya kan tetap milikmu
Di relung sukmaku
Ku labuhkan s’luruh cintaku
Di hembus nafasku
Ku abadikan s’luruh kasih dan sayangku
Semua orang begitu mendalami arti lagu ini, ikut terbawa oleh dalamnya penghayatan via dan iel. Bahkan enggak sedikit yang menitikkan air mata. Via sendiri enggak ngerti kenapa iel ngotot buat nyanyiin lagi ini. Walau suaranya sedikit bergetar, tapi dia ingin memberikan semuanya yang terbaik buat iel.
"Kak alvin.." bisik aren yang berdiri di samping alvin.
"Apaan sih bisik-bisik ?" tanya alvin bingung yang ikut tenggelam dalam suasana ini.
"Masa pada sedih gini sih, kasian dong sama kak iel, dia aja semangat banget, berusaha tegar buat kita, eh kitanya malah gini" alvin memikirkan kata-kata aren barusan.
"Terus gue harus ngapain ?"
"Ngapain kek, teriak ngasih semangat atau apalah, gue bantuin" tawar aren, alvin kembali memikirkan kata-kata aren, teriak di tengah suasana sepi kaya gini, sama aja cari malu, tapi memang kayanya dia harus ngelakuin ini.
"WOI, HEBAT BANGET LO BERDUA KEREN !!" teriak alvin heboh sekuat tenaga yang sukses bikin semua penonton nengok ke dia.
"KAK VIA KAK IEL KEREN BANGET !!" teriak aren enggak mau kalah. Obiet-oik, cakka-agni, dan riko-shila yang awalnya terkejut oleh dua mahluk di samping mereka yang tiba-tiba gila, mulai ikutan ngasih semangat ke via dan iel, para siswa yang lain pun enggak mau kalah, bahkan ikutan nyanyi bareng.
"Lo tuh emang selalu bisa ya.." kata alvin sambil ngacak-ngacak rambut aren.
"Kak shila kak riko, kak alvin mau nyanyi abis ini, bisa kan ?" tanya aren tiba-tiba yang bikin alvin kaget setengah mati.
"Nyanyi apa vin ?" tanya riko enggak kalah kagetnya.
"Surprise kak, nyanyi sambil main gitar yang jelas" jawab aren lagi. Shila dan riko cuma pandang-pandangan heran, sementara alvin cuma menatap aren pasrah.
"Bisa kok bisa, ya udah siap-siap aja.." kata shila sambil ngasih tahu ke mcnya.
"Gue nyanyi lagu apa ren ?" tanya alvin bingung, dia tahu mundur juga udah enggak ada gunanya.
"Nyanyi lagu di track 10 yang ada di ipod kakak" jawab aren mantap sambil geret-geret alvin ke belakang panggung.
"Lo yakin gue bisa ?"
"Yakin banget, jangan kecewain gue, oke kak.."
Alvin naik ke atas panggung sambil membawa gitar, semua fansnya langsung heboh sendiri. Begitu menangkap sosok aren yang sedang memberikan senyum semangat untuknya, alvin pun langsung menggenjreng gitarnya.
Hari ini kudendangkan
Lagu yang ingin kunyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang tlah kualami

Ingin kubuka lembar baru
Untuk meneruskan hidupku
Tak mau lagi kesedihan
Selimuti diriku

Semua orang ingin bahagia
Menjalani hidup di dunia ini
Ingin kubukakan jawaban
Misteri dan senang yang sejati

Hari ini kudendangkan
Lagu yang ingin kunyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang tlah kualami

Berlari dan terus bernyanyi
mengikuti irama sang mentari
tertawa dan selalu ceria
berikan ku arti hidup ini
Semua langsung heboh ngelihat alvin yang biasanya kalem, dingin, cuek dan diam tiba-tiba loncat sana sini diatas panggung.
"Gila, enggak nyangka gue alvin bisa gila kaya gitu juga ?" tanya cakka heran sendiri lihat sahabatnya, berbeda dari yang selama ini ia ketahui.
"Tuh orang paling hebat dan tahan banting yang bisa bikin alvin kaya gini" timpal oik sambil nunjuk aren yang enggak kalah heboh buat ngasih semangat ke alvin.
"Kapan deh si alvin bakal nembak aren ?" celetuk agni.
"Ya kita lihat aja nanti, kapan alvin berani buat ngakuin perasaannya" jawab obiet kalem.
"Via.." panggil iel.
"Kenapa yel, mau pulang sekarang ?" tanya via lembut.
"Aku mau ngobrol berdua sama kamu, kita ke halaman belakang ya ?" ajak iel sambil menggandeng via, ia juga melihat teman-temannya sekilas, riko dan shila yang tetap tersenyum meski stress setengah mati, oik dan obiet yang selalu gandengan, seakan-akan emang mereka enggak akan terpisahkan dan saling melengkapi, agni dan cakka yang ikut loncat-loncatan sambil berangkulan yang menegaskan kekompakan mereka, serta alvin yang masih semangat nyanyi di atas panggung dan terus menatap aren dalam-dalam.
'thanks all..'batin iel lirih. Via yang merasa aneh, hanya terus menggenggam erat tangan iel, akhir-akhir ini, dia berubah menjadi sosok yang tegar, dia tahu sekaranglah saatnya dia yang melindungi iel, walaupun mungkin sisa waktu yang ada hanya sekejap.
Iel duduk senderan di pohon, dan via menyenderkan kepalanya ke dada iel. Langit telah berubah gelap, bulan perlahan naik menampakkan kegagahannya. Iel mengusap lembut rambut via, berharap ia masih memiliki banyak waktu untuk melakukan ini, kalo bisa selamanya.
"Yel, udah lama kita duduk disini, kita pulang aja yuk, kamu harus istirahat" kata via di tengah-tengah kesunyian yang mereka ciptakan berdua.
"Emang kamu udah mau pulang ?" Via hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku masih mau disini vi, pengen lihat kembang api dari sini"
"Tapi ini udah malam yel, enggak bagus buat kamu" jelas via sabar.
"Aku mohon vi, aku pengen ngabisin malam ini berdua cuma sama kamu, malam ini" kata iel maksa. Via cuma bisa pasrah lalu kembali terdiam.
"Kamu mau janji ke aku enggak vi ?"
"Janji apa ?"
"Kalo nanti aku harus nyerah dan sampai di garis akhir hidup aku, kamu boleh nangisin aku sebanyak apapun yang kamu mau, tapi cukup hari itu, karena setelah hari itu, kamu harus mengenang aku dengan senyuman kamu" via hanya terdiam mendengar kata-kata iel, mudah baginya untuk mengatakan 'iya' sekarang, tapi tidak akan mudah untuk melalui itu nanti.
"Vi, bilang iya dong.."
"Iya yel, aku janji.." desah via pelan.
"Yang ikhlas dong janjinya. Terus.."
"Aku janji aku bakal ngenang kamu dengan senyumanku, tapi tolong jangan paksa aku buat berjanji terlalu banyak ke kamu, aku takut, takut untuk enggak bisa nepatin itu ke kamu" kata via mantap.
"Aku minta maaf, tapi aku cuma pengen kamu janji satu lagi ke aku" sambung iel.
"Apalagi yel ?"
"Aku enggak mau cinta kamu ke aku berubah jadi perasaan egois, kamu harus nyari pengganti aku nanti, orang yang akan ngegantiin aku buat ngejaga kamu" iel berkata lirih, ia tidak akan pernah rela, satu-satunya perempuan yang ia cintai harus mencintai orang lain, tapi ia lebih tidak rela bila perempuan yang ia cintai terbenam akan kesendiriannya karena dia. Via menegakkan duduknya dan menatap iel.
"Aku enggak bisa bilang sekarang, buat mau nepatin janji itu atau enggak, yang sekarang aku mau cuma berdua sama kamu" kata via sambil memeluk iel dan menyandarkan kepalanya lagi. Iel merasa menyesal, menyesal tidak meminta via dari dulu, menyesal menyia-nyiakan banyak waktu yang harusnya bisa mereka nikmati lebih lama daripada ini.
"Seharusnya aku jujur tentang perasaanku lebih awal dari ini, jadi kita lebih punya banyak waktu buat sama-sama"
"Aku enggak peduli berapa banyak waktu yang kebuang, aku cuma peduli, sesingkat apapun hubungan ini, kita udah ngejalaninya dengan penuh cinta, makasih yel.." lirih via tulus. Iel dapat merasa akhir-akhir ini via berubah menjadi lebih dewasa, iel tahu betapa via berusaha untuk tidak lagi menangis di depannya.
"Kamu takut mati enggak yel ?" tiba-tiba via bertanya.
"Awalnya iya, takut banget. Kamu tahu enggak, arti kata fear di dalam kamus itu takut, tapi ketika kata fear di sambung sama kata less, artinya berubah menjadi tidak lagi mempunyai rasa takut. Dan itu yang terjadi sama aku, ketika aku sendiri, aku ngerasa takut banget, tapi ketika kamu dan semuanya ada di samping aku buat dukung aku, semua rasa takut itu pergi, hilang entah kemana" jelas iel panjang lebar. Via hanya mengangguk-angguk, entah mengapa malam ini terasa panjang, tiba-tiba ia melihat tetesan pekat di rumput, via langsung menatap iel.
"Ayo kita pulang yel !" ujar via panik melihat darah mulai mengalir lagi dari hidung iel.
"Enggak vi enggak, aku mau lihat kembang api" ujar iel yang mulai terlihat lelah sambil berusaha menahan laju darah di hidungnya. Via langsung mengambil tisu yang akhir-akhir ini selalu tersedia di tasnya, dan mengelap darah iel perlahan. Air mata yang telah terbayang, berusaha ia tahan sekuat mungkin.
Ia tahu iel sedang menderita sekarang, pelipisnya yang basah oleh keringat, otot-otot yang menonjol kuat, dekapan tangannya ke via yang semakin kuat. Walaupun iel terus tersenyum, ia tahu iel sedang menahan rasa sakitnya sekarang, dan bukan air matalah yang akan menguatkanya.
"A..aku capek vi...aku pengen..pengen tiduran bentar..nanti bangunin aku ya...kalo kembang apinya nyala.."ujar iel terbata-bata. Via langsung memeluk iel kuat-kuat, sekuat yang ia bisa, berharap setengah dari nafasnya berpindah ke iel, atau kalo perlu seluruhnya. Via terus mendekap iel, mendekap raganya iel dan berharap dapat terus mendekap jiwanya juga.
DUAR !! bunyi kembang api yang menggelegar di langit-langit sekolah mereka, terasa berbanding terbalik, oleh isakan kecil via, isakan yang terlalu memilukan.
"Yel..kembang apinya..udah nyala..kamu lihat kan..ada yang merah..ada yang ijo..bagus yel..bagus.." via mendesah pelan di antara tangisnya.
***
Pemakaman baru saja berakhir. Semua kehilangan, sekolah bahkan memulangkan murid-murid lebih awal untuk bisa ikut memberikan penghormatan terakhir pada iel. Kapten basket mereka yang telah menyumbangkan begitu banyak piala dan penghargaan, teman mereka yang selalu tersenyum dan penuh semangat. Tidak ada yang menyangka, kemarin adalah hari terakhir mereka melihat iel, mendengar suara iel, menikmati senyumnya.Terlalu banyak yang datang, menunjukkan betapa luasnya pergaulan iel.
Riko, obiet, cakka, alvin, shila, oik, agni dan via duduk di depan rumah iel. Berusaha tegar, dan menerima semua dengan ikhlas, walau mereka sadar sahabat terbaik mereka telah lebih dulu pergi ke alam penuh ketenangan. Mamanya iel pingsan berkali-kali, mendapati anak tunggalnya telah tiada. Tapi semua orang lebih khawatir ke via, satu-satunya orang yang bersama iel hingga detik-detik akhir hidupnya. Orang yang ketika di temukan, masih dalam keadaan memeluk erat iel dalam isakan tangisnya. Via tidak lagi menangis, hanya tatapan matanya yang kosong yang menunjukkan betapa rapuhnya ia sekarang.
"Kak.."
"Kenapa ren ?" tanya alvin lirih sambil melihat aren yang berdiri di sampingnya.
"Ini.." aren menyodorkan sebuah cd.
"Ini apa ?"
"Dua hari yang lalu, mbok yati ke rumah aren, dia bilang kak iel pengen ketemu sama aren, pas aren datang kesini, kak iel ajakin aren ngobrol, dan dia ngasih ini, dia bilang kakak-kakak semua harus nonton ini bareng-bareng di kamarnya dia" jelas aren panjang lebar, semua yang ada disitu menoleh mendengar penjelasan aren dengan seksama.
"Ada pesan yang lain ren ?" tanya alvin lagi sambil menerima cd tersebut.
"Enggak, cuma pesan pribadi buat aren. Ya udah, aren mau bantu-bantu dulu ya kak"
Aren pun meninggalkan mereka. Tanpa ada yang berbicara, semua langsung berdiri dan beranjak menuju kamar iel, alvin yang memegang cd itu, sekuat hati untuk menekan tombol play.
Ternyata itu adalah sebuah video rekaman yang entah kapan di buat oleh iel. Video di buka dengan poto-poto ketika mereka semua masih tk, lalu beranjak ke sd, saat-saat mos smp, ada poto waktu iel dan cakka memenangi lomba basket, ada juga poto alvin sedang mencetak gol, lalu beralih ke poto-poto candid hasil keisengan iel, saat-saat mos sma, pesta ulang tahun mereka, saat riko terpilih menjadi ketua osis, dan yang terakhir poto mereka bersembilan yang sedang berangkulan dan tersenyum bahagia. Oik terisak perlahan di bahu obiet, shila yang terus-terusan merangkul via juga melakukan hal yang sama, bahkan agni yang pantang menangis di depan orang, membiarkan butir air matanya jatuh perlahan. Obiet memandang pilu video tersebut, sambil berusaha menguatkan oik. Pandangan nanar riko, orang yang selalu sebangku sama iel. Cakka yang menggenggam erat tangan agni, walau tangannya sendiri juga gemetaran. Hanya via dan alvin, yang berusaha menegarkan diri mereka, walau mereka tahu, lambat laun pertahanan itu akan patah.
"Hai..hai..semua, lagi pada nangisin gue ya ? cup cup cup diapus dong air matanya.." iel menatap mereka dengan senyumannya, masih bersemangat seperti biasa, padahal video ini pasti di bikin belum lama. Mereka yang melihat itu, hanya tersenyum miris, berharap itu semua nyata, bukan hanya gambar yang bergerak.
"Oke, riko lo harus apusin air mata shila, dan obiet ya gue tahu sih tanpa gue suruh lo pasti udah ngapusin air mata oik, ehm..agni, gue enggak tahu lo nangis atau enggak, tapi kalo iya, gue harap cakka bisa ngapusin air mata itu. Buat via, kamu masih nangis ? aku minta maaf ya, enggak bisa apusin air mata kamu, alvin, lo bisa kan apusin air mata via, di apus doang tapi, enggak pakai perasaan" iel mengatakan itu seolah tanpa beban, membuat semua merasa semakin terbenam dalam kesedihan masing-masing.
"Maafin gue ya, kalo masih ada salah-salah sama lo semua. Buat riko, makasih ya udah jadi chairmate gue, ya walaupun lo suka nyontek, tapi gue bangga sama lo, di bawah kepemimpinan lo, osis sekolah kita jadi lebih bagus, jangan lupa jagain shila" riko hanya tersenyum hambar mendengar kata-kata iel.
"Buat obiet, semoga pas pensi nanti, gue bisa lihat dan denger lo main biola buat terakhir kali mungkin. Satu-satunya alat musik yang enggak gue kuasai, tapi gampang banget akrab sama lo. Tetap sabar ngadepin oik ya" obiet hanya mengangguk singkat, berharap iel dapat melihatnya.
"Buat cakka, gue yakin lo bisa bikin tim basket kita lebih bagus lagi, gue percaya sama lo. Tetap kompak sama agni ya, saling melindungi, dan jangan jadi kambuh penyakit playboy lo, agni kan susah di taklukin, iya enggak ?" cakka mendesah pelan sambil tersenyum, senyum yang penuh kesedihan.
"Buat alvin, gue enggak ngerti gimana caranya, bilang makasih sama lo, yang udah selalu ingetin gue ini itu. Gue udah nitipin lo ke aren, oke, santai jangan melototin gue, toh mata lo juga sipit, hehe..tapi emang cuma aren yang bisa nenangin lo kayanya, buruan di resmiin dong, keburu di samber orang nanti si aren" alvin hanya tersenyum pahit, enggak ngerti kenapa temannya masih bisa mikirin hal kaya gini, di ujung-ujung hidupnya.
"Buat oik, jangan lupa ngerem kalo ngomong, buat agni jangan ketularan emosian kaya cakka, buat shila tetap lembut kaya biasa ya. Dan buat via, aku minta maaf, enggak bisa nepatin janji aku untuk selalu ada di samping kamu dan enggak bikin kamu nangis lagi, aku beneran ngerasa bersalah, rasanya aku siap menukar semuanya, untuk tetap bertahan di sisi kamu, tapi ini hidup aku, dan aku harap kamu nerima ini kaya aku nerima ini, biar aku bisa tenang, kamu mau kan ?" suara iel agak bergetar ketika mengatakan ini. Via mengangguk pasrah.
"Semuanya gue nitip via ya, tolong jagain dia, dan biarin dia jatuh cinta lagi, kalo itu hal yang bisa bikin dia bisa bersinar lagi, secerah biasanya. Makasih, buat persahabatan yang indah ini, yang selalu ada kapanpun gue butuh, sampai selemah-lemahnya gue, kalian tetap ada disini, enggak pernah berpaling sedikitpun, gue enggak ngerti lagi, kata-kata apa yang pantas buat gambarin kalian, anugerah paling indah dan istimewa dari Tuhan buat gue, makasih.." lalu video itupun mati. Via menekan tombol replay, hanya itu satu-satunya yang bisa ia lakukan, untuk membuat iel seolah nyata. Sementara alvin memutuskan untuk keluar dari kamar iel, dia belum siap kalo harus lihat itu lagi, bukan sekarang.
"Ren, bisa temenin gue ?" alvin mendekati aren yang sedang membantu membagi-bagikan snack kepada para tamu yang datang. Aren tahu, alvin sedang membutuhkannya, dia pun mengangguk dan mengikuti alvin. Ternyata alvin menuju sebuah bangku di taman belakang rumah iel.
"Iel ngomong apa ke lo ?"
"Kak iel nyuruh aren jagain kakak.." jawab aren sambil tersenyum.
"Dan lo bakal jagain gue ? nemenin gue ?"
"Iya kak, sekuat yang aren bisa" jawab aren mantap.
"Apa lo bisa janji enggak akan ninggalin gue ?" aren dapat melihat air mata yang siap menetes di mata alvin, tapi buru-buru di hapus oleh alvin.
"Enggak ada yang pernah tahu, hidup itu sampai kapan. Tapi gue bakal nemenin kakak, semampu yang gue bisa"
"Mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi gue takut, takut semua keburu terlambat. Gue pikir tadinya perasaan gue ke lo, cuma sebatas kakak ke adek, tapi semakin banyak waktu kita abisin berdua, yang penuh dengan semangat lo buat gue, gue sadar sayang gue ke lo, lebih dari kakak ke adek"
"Kakak lagi nembak gue ?" tanya aren polos. Alvin mengangguk, dia menatap aren dalam, menunggu dengan gelisah jawaban apa yang akan di dengarnya.
"Aren mau jadi pacar kakak, asal..."
"Asal apa ?" tanya alvin penasaran.
"Asal kakak, mau selalu jujur tentang perasaan kakak ke aren, kan aren udah pernah bilang jangan pernah nutupin apapun perasaan yang kakak rasain" alvin memandang aren, lalu ia memeluk aren, dewi penolongnya, orang yang tanpa lelah menyemangatinya.
'gue bukan mau seneng-seneng di atas kesedihan ini, gue cuma takut terlambat dan harus kehilangan sekali lagi, gue harap lo ngerti yel' batin alvin lirih sambil terus memeluk aren.
Tiba-tiba ada cakka, riko, obiet, oik, shila dan agni yang menghampiri mereka. Alvin langsung melepaskan pelukan itu, dan menatap teman-temannya.
"Selamat ya vin, akhirnya lo berani juga ngungkapin ini" kata cakka sambil menepuk-nepuk pundak alvin.
"Thanks ya, gue harap kalian enggak salah tanggap, tentang gue yang malah jadian di saat kaya gini"
"Enggak ada yang salah vin, lo emang lagi butuh aren di sisi lo" kata obiet menimpali sambil tersenyum.
"Lo emang top deh ren, bisa bikin temen gue kaya gini" ujar oik sambil tersenyum, yang di tanggapin oleh senyuman manis juga sama aren.
"Via mana ?" tanya alvin yang baru sadar kalo via enggak ada.
"Dia masih nonton video itu, dia butuh waktu buat sendiri" jawab shila. Teman-temannya sadar, alvin dan via adalah dua orang yang paling berat dengan kepergian ini. Tidak ada yang mudah ketika harus menerima kenyataan, bahwa orang yang kita sayang, pergi selama-lamanya. Dan lebih tidak mudah, ketika hal itu terjadi, dua kali.
"Ada saatnya nanti kita bisa nenangin via, tapi sekarang, kita sendiri aja masih shock kan ?" tanya riko entah kepada siapa.
"Kita bakal ngejalanin ini sama-sama, buat iel, buat via, buat kita" kata agni mantap sambil menyodorkan tangannya, cakka menaruh telapak tangannya di atas agni, di ikuti oleh obiet lalu oik, riko kemudian shila, dan alvin.
"Kamu juga dong ren" ajak alvin sambil menoleh ke aren. Aren tanpa ragu meletakkan tangannya di atas tangan alvin, dan..
"JALANIN INI SAMA-SAMA, BUAT IEL, VIA DAN KITA, YEEY !!" teriak mereka kompak sambil tersenyum, kembali mengikuti alurnya hidup.
-tamat-

Komentar

Postingan Populer