KEADILAN ITU PASTI ADA -Cerpen RiFy-

ini juga sekuelnya.....

            Haii.. gue alyssa, tapi biasa dipanggil ify. Nggak nyambung? Tau tuh. Padahal kakak gue namanya nyambung banget lho. Curang kan ortu gue?

            Oh ya, yang belum tahu gue, gue itu sohibnya shilla di jakarta. Di luar, gue emang kelihatan ceria banget, kayak nggak ada masalah sama sekali. Padahal, masalah gue ini lebih sulit dari masalah shilla. Malah menurut gue, shilla itu nggak punya masalah sama sekali.

            Apa masalah gue? Di dunia ini nggak ada yang adil. Termasuk hidup gue.

            Waktu kecil, gue terlahir cacat. Gue buta. Dan itu dia sisi nggak adilnya. Bonyok gue nggak bisa terima kalo gue buta. Alhasil, gue dititipin sama opa gue tersayang.

            Setelah umur gue menginjak 12 tahun, gue diberi tahu pihak rumah sakit kalo ada orang yang mendonorkan kornea matanya. Gue sama opa disuruh dateng buat tes kecocokan. Dan hasilnya, COCOK.

            Gue seneng banget waktu gue bisa ngelihat dunia ini pertama kali. Bayangin aja, 12 tahun gue nggak bisa lihat apa-apa. 12 tahun gue dicampakkan bonyok gue. Dan 12 tahun gue dapetin kasih sayang opa yang nggak akan mati itu.

            Setelah gue bisa lihat, bonyok gue dateng ke rumah opa. Mereka pengen ngajak gue pulang dan tinggal sama mereka. My answer? Gue tolak mentah-mentah tanpa tawaran banding. Seenaknya aja mereka. Waktu gue cacat, mereka buang gue. Pas gue udah normal, diambil lagi. Emangnya gue barang?

            Selain itu, alesan gue adalah opa. Gue nggak mau ninggalin opa sendirian. Nggak akan. I love you, opaa…

            Gue juga paling nggak suka kalo dibanding-bandingin sama kak dea. Gue tahu dia cantik, nggak cacat, nggak malu-maluin, pinter. Nggak kayak gue yang jalan aja mesti dibantu.

            Tapi untung gue udah sembuh. Setidaknya gue bisa ngerasain jadi normal.

            Sampai akhirnya gue SMA dan ketemu rio. Wakil ketua osis SMA gue. He’s my first love. Tanpa gue sangka, setelah hampir satu semester, dia nembak gue dan sekarang gue sama rio masih pacaran.

            Pas gue lagi jalan sama rio, gue nggak sengaja ketemu kak dea. Dia ngeliatin gue sinisss banget. Gue pengen cepet-cepet kabur dari situ, tapi nggak bisa. Kak dea malah semakin dekat. Dan o’ow.. siapa yang dia samperin? Rio! Bukan adiknya yang cacat ini.

# # #

            Ify sedang telpon-telponan dengan rio. Biasalah, orang pacaran kan kangen terus…

            “fy, malming jalan yuk!” ajak rio.

            “emm… aku ijin opa dulu ya..besok aku kasih tahu deh.” Jawab ify.
            “yo, nyanyiin aku lagu dong!!” pinta ify.

            “lagu apa?”

            “terserah kamu!”

            “oke, aku nyanyi ya…

Telah lama sendiri
Dalam langkah sepi
Tak pernah ku kira
Bahwa akhirnya
Tiada dirimu disisiku…

Meski waktu datang
Dan berlalu
Sampai kau tiada bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanyalah kau
Yang ada di relungku
Hanyalah dirimu
Mampu membuatku
Jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah
Kau tak akan terganti…


Tak pernah ku duga
Bahwa akhirnya
Tergugat janjiku
Dan janjimu……

Dst.. dst…

            “gimana, fy? Keren kan?” tanya rio.

            “keren banget!!! I’m your big fans, riooo!!!” teriak ify histeris.

            “gue nggak mau loe jadi my big fans. Gue maunya loe jadi cewek terakhir di hati gue.”

            “gombal!!”

            “beneran! Swear deh!” -,-V

            “iya, I believe you, mario stevano aditya…”

            “thank you, alyssaku.”

            “emm.. yo, aku ngantuk nih. Udah jam 10 malem. Aku bobo dulu ya…”

            “iya, nite, ifyku… have a nice dream. I love you.”

            “love you, too.”

* * *

            Saat yang ditunggu-tunggu ify pun tiba. Ia akan nge-date sama rio malam ini. Ify memakai terusan*semacam dress*berwarna putih selutut dan bolero hitam agar terlihat simple. Tak lupa rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai dan sepatu flat shoesnya.

            Cantik! Kesan pertama yang akan diucapkan saat melihat ify sekarang.

            Tak lama rio menjemputnya. Ia menggunakan polo shirt berwarna putih dan celana jeans hitam ketat, serta sepatu kets putih membuatnya sangat cocok dengan ify.

            Akhirnya, mereka pergi jalan-jalan.

* * *

            “rio,, aku laperrr…” keluh ify sesaat setelah mereka keluar dari bioskop.

            Rio pun mengajak ify makan di Cara café, tempat favorit ify juga shilla, sahabatnya.

            “kamu mau pesen apa, fy?” tanya rio ke ify.

            “emm… Frrrozen hot chocolate aja. Soalnya dingin.”

            “oke. Frrrozen hot chocolate dua.” Kata rio ke pelayan café tersebut.

            Mereka mengobrol dengan ria. Sesekali terdengar suara tawa yang keluar dari mulut mereka.

            Tanpa mereka sadari, seseorang telah memperhatikan mereka sedari tadi. Tiba-tiba muncul dalam benak orang itu untuk menghampiri rio dan ify.

            “hy.. em loe rio kan?” tanya orang itu tiba-tiba ke rio.

            Rio dan ify menoleh ke sumber suara dan alangkah terkejutnya ify saat melihat orang itu. ‘kak dea?’ batin ify.

            “eh, iya. Loe siapa?” Tanya rio ke orang itu yang tak lain adalah ify’s sister.

            “ihhh.. rio, jahat banget sih. Masa loe nggak inget sama gue? Gue dea, temen SMP loe!”

            Alis rio berkerut. “dea? Perasaan nggak ada tuh, temen gue yang namanya dea.”

            “oh rio… it’s okey lah kalo loe lupa. Udah lama juga.”

            Ify menundukkan kepalanya. ‘kak dea temennya rio?’ batin ify tak percaya.

            “ohh… maybe!” jawab rio sekenanya. “eh, gabung aja yuk!” ajak rio tanpa ragu.

            thanks.” Dea langsung memposisikan duduk di salah satu kursi.

            “emmm…. Cewek ini…” kata dea pelan.

            “ini ify, cewek gue. Fy, ini dea, emm.. temen SMP gue.” Kata rio sambil memperkenalkan ify dan dea.

            “hy... gue dea.” Dea mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Senyum palsu!!

            “ify..” ify menjabat tangan dea dengan senyum terpaksa dibibirnya.

# # #

            Semenjak gue sama rio ketemu kak dea di cara café waktu itu, hubungan rio dan kak dea makin deket. Gue takut kalo rio… ah, itu nggak mungkin! Rio itu sayang sama loe, fy!!!

            Tapi nggak menutup kemungkinan kalau benih-benih cinta di antara mereka itu ada kan? Mungkin aja kak dea suka sama rio.

            Dan dugaan gue bener. Seminggu setelah pertemuan tak terduga itu, kak dea dateng ke rumah opa. Dan coba tebak apa yang dia lakukan di rumah opa waktu itu. Dia minta gue putus sama rio dan ngebiarin kak dea pacaran sama rio!!!

            Sumpah!! Hati gue hancur banget. Gue nggak mungkin putus sama rio. Tapi gue juga nggak mau egois. Walau pun kak dea nggak pernah ngasih kasih sayang ke gue, tapi gue sayang sama dia.

            Dan setelah gue pikir-pikir, gue bakal ngerelain rio buat kak dea. Mungkin rio bukan jodoh gue.

# # #

            “yo, aku mau bicara sama kamu.” Pinta ify saat rio mereka sedang berjalan di koridor sekolah.

            “ngomong aja…”

            “tapi nggak di sini.” Potong ify. “aku tunggu kamu jam 7 di tempat biasa.”

            “okey, nanti aku jemput kamu.”

            “kamu nggak denger aku tadi bilang apa? Aku tunggu kamu. Berarti aku mau ke sana sendiri.” Ucap ify ketus sambil meninggalkan rio yang masih bingung dengan sikap ify.

            ‘ify kenapa sih?’ keluh rio dalam hati.

* * *

            Sudah 10 menit dari waktu yang ify tentukan untuk bertemu dengan rio, tapi sampai saat ini ia masih belum datang. Rio sampai ngantuk menunggunya. Tapi nggak mungkin kan ia tidur di situ? Nggak mungkin juga ninggalin ify yang nanti kebingungan mencarinya kalau ia pulang?

            ‘mungkin macet.’ Rio mencoba ber-positif thingking.

            Tak lama ify pun datang.

            “maaf telat.” Ujar ify.

            “nggak papa kok. Kamu mau pesen apa?” tanya rio.

            “air putih aja.” Jawab ify ketus.

            Rio memesankan air putih untuk ify. Tak lama pesanan pun datang. Selama beberapa detik mereka hanya berdiam-diaman.

            “yo..” ify memecah keheningan.

            “ya?”

            “emm… aku pengen hubungan kita sampai sini aja.” Ucap ify pelan.

            Rio yang sedang meminum capuchino-nya langsung tersedak. “apa?”

            “aku mau kita putus.” Tegas ify.

            “tapi kenapa, fy? Kamu udah nggak sayang sama aku lagi?” Tanya rio sambil memegang jemari ify. Namun, langsung dihempaskannya tangan rio.

            “nggak perlu aku kasih alesan kan?” kata ify. “aku harus pulang.” Ify beranjak dari duduknya.

            Rio segera mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan di meja café, dan segera mengejar ify yang sudah berjalan keluar café.

            “ify tunggu!” teriak rio sambil menahan lengan ify.

            “apa lagi sih, yo?” ify menepis tangan rio.

            “fy, kamu yakin sama keputusan kamu?”

            “yakin.”

            “please, fy, jangan putusin aku!”

            “maaf, yo, tapi kita emang harus putus.” Ify meninggalkan rio yang masih berdiri sambil menatap punggung ify yang semakin menjauh.

# # #

            Sejak gue sama rio putus, gue nggak pernah ngobrol lagi sama dia. Bahkan, dia selalu membuang muka setiap kali kita ketemu.

            Semua murid di sekolah juga sudah tahu kalo aku dan rio udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, tapi mereka nggak tahu alesannya. Shilla, sahabatku, dia juga nggak tahu alasan aku putus sama rio. Begitu juga rio.

            Yang tahu masalah ini hanya aku, kak dea, dan agni, tetanggaku sekaligus sahabatku dari kecil.

            Kak dea dan rio juga semakin dekat. Setidaknya, pengorbanan gue nggak sia-sia.

            Suatu hari, musibah menimpa opa. Ia meninggal karena penyakit jantungnya yang sudah parah. Gue sedih banget. Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi sekarang. Opa… kenapa opa ninggalin ify…

            Untuk sementara ini, gue tinggal di rumah agni.

            Udah tiga hari gue tinggal di rumah agni. Gue jadi nggak enak sama agni. Gue udah terlalu ngerepotin dia dan keluarganya. Gue putusin buat nelpon nyokap gue. Gue bilang, gue mau tinggal sama nyokap. Nyokap gue seneng banget. Gue heran, kenapa dulu bonyok gue nggak mau ngerawat gue?

* * *

            Seminggu ini gue Cuma berdiam diri di rumah. Habis, mau kemana coba? Sekolah lagi libur akhir semestre juga. Ya udah, gue Cuma di rumah.

            Ternyata bonyok gue perhatian sama gue. Begitu gue sampe di rumah, mereka langsung nyuruh gue istirahat. Terus pas gue bangun, gue dikasih baju-baju baru sama bokap.

            Dan kak dea. Dia nggak suka sama kepindahan gue. Tapi yang penting mama sama papa ngebolehin gue tingla di sini kan?

* * *

            Pas kak dea lagi hangout sama temen-temennya. Gue putusin buat nonton film di kamar sama ijah, pembantu di rumah gue yang umurnya masih muda. Kenapa harus nunggu kak dea pergi? Soalnya dia nggak suka gue nganggep rumah ini sebagai rumah gue. Siapa loe?

            Tapi pas lagi asik-asiknya, tiba-tiba ada tamu di rumah gue. Gue putusin buat bukain pintu. Dan tamu itu…

# # #

            “ijah.. gue mau hangout bareng temen-temen gue. Bilang sama mama gue mau nginep di rumah temen gue. Ngerti loe?” kata dea.

            “ngerti, non.”

            “bagus deh..” dea meninggalkan ijah.

            Tiba-tiba suara ify mengagetkan ijah.

            “jahh…” panggil ify.

            “iya, non. Eh, fy.” Ify hanya tersenyum melihat tingkah ijah. Ia memang melarang ijah memanggilnya nona. Yah.. minimal kalo Cuma ada ify.

            “nonton film di kamar gue yuk!” ajak ify.

            “eh, boleh-boleh. Ijah ambil cemilan dulu ya…”

            “siip… gue tunggu di kamar ya, jah.”

* * *

            Satu jam berlalu…

            Ify masih sibuk menonton film di kamarnya ditemani setoples keripik singkong sama orange juice bikinan ijah.

TOK TOKK TOKKK….

            Seseorang telah mengetuk pintu rumah ify. Ify yang merasa terganggu, menyuruh ijah membukanya.

            “jah, bukain dong pintunya. Lagi seru nih!” pinta ify. Namun, tak ada tanggapan dari ijah.
            “ijah! ijahhhh……!!!!!” masih tak ada tanggapan. Ify menoleh ke arah ijah yang tiduran di kasur ify.
            “ciahh… pantesan dari tadi dipanggil nggak nyaut-nyaut, ternyata udah terbang ke negeri dongeng.”

            Ify beranjak dari tempatnya lalu berjalan menuju ruang tamu. Nggak enak juga sih sama tamunya.

            Begitu pintu ruang tamu dibuja ify…

CKREKKK….

            “rio?” gumam ify.

            “ify?” mata rio terbelalak mendapati ify berada di rumah dea. “kamu ngapain di sini?” tanya rio ke ify yang masih terpaku dengan kedatangan rio.

            “eh, emmm… bukan urusan kamu!”

            “loh? Itu urusan aku, soalnya alesan kamu putusin aku karena….”

            “karena apa?” potong ify cepat. “karena aku kenal kak dea gitu?”

            “kamu kenal dea, fy?”

            “kalo iya kenapa? Nggak ada urusannya juga sama kamu!”

            “non ify, eh mbak, eh ify, ada siapa?” ijah yang mendengar suara rebut dari bawah, langsung terbangun dari negeri dongeng.

            “eh, ijah, nggak kok. Emmm… ini ada temennya kak dea. Aku udah bilang kak dea lagi pergi, eh dia nggak percaya.” Jawab ify BOHONG.

            “loh? Ini kan mas rio, mantannya mbak ify, eh non ify, eh ify itu kan?” bisik ijah ke ify. “kok nyariinnya non dea?” Tanya ijah heran.

            “fy, tolong jelasin apa hubungan kamu sama dea!” pinta rio.

            “kamu nggak perlu tahu!” jawab ify ketus.

            “fy, aku harus tahu…”

            “terserah kamu lah.” Ify melangkahkan kakinya ke dalam rumah.

            “emm… mas rio ya?” Tanya ijah ke rio.

# # #

            Setelah kedatangan rio waktu itu, rio jadi jarang ke rumah. Dia jadi jarang jalan sama kak dea. Gue nggak tahu kenapa.

            Nggak terasa liburan akhir semester udah habisss. Dan ini saatnya buat gue ngehadepin rio. Tahu kan maksud ku? Pasti rio bakal ngintrogasi aku di sekolah. Jujur, aku belum siap ngejawab pertanyaan itu.

            Oke… ify, yang penting kamu harus berani. Cayoo!!!

            Dan hal itu bener-bener terjadi. Begitu bel istirahat pertama berbunyi, dia langsung datang ke kelas ku…

# # #

            “selamat pagi anak-anak.” Pamit bu dyah.

            “pagi buuu.”

            Sesaat kemudian kelas ify sudah kosong.

            “kantin yuk, fy!” ajak shilla.

            “emm.. nggak deh. Gue lagi nggak mood.” Tolak ify.

            “kamu kenapa, fy?” Tanya shilla hati-hati.

            “shil, gue boleh curhat nggak?”

            “boleh dong, curhat aja..”

            “shil, sebenernya alesan gue putus sama rio itu….” Ify menjelaskan semuanya. Dari mulai permintaan dea, sampai saat rio datang ke rumahnya.

            “ya ampun… tega banget kakak kamu!” komentar shilla.

            “iya, shil. Gue…”

            “jadi bener, fy?” tanya rio yang ternyata sudah ada di hadapan ify dan shilla. Tanpa disuruh, shilla langsung meninggalkan rio dan ify.

            “emm.. bener apa?”

            “fy, please… jujur sama aku, kamu adiknya dea kan?” Tanya rio.

            “kamu.. tau dari mana?”

            “kemarin ijah cerita sama aku. Semuanya. Nggak ada yang dia potong. Dan dari situ aku tahu kalo kamu masih sayang sama aku.”

            “siapa bilang? Jangan GR deh!”

            “fy, ayolah…”

            “yo, aku…”

            “please, fy….” Pinta rio dengan wajah memelas.

            “iya, aku masih sayang sama kamu. Aku ngelakuin itu buat kak dea. Puas kamu!”

            “berarti kamu mau kan kita balik lagi?”

            “maaf yo, tapi…”

            “fy, kemarin sabtu aku udah bicara sama dea. Dia udah jelasin semuanya. Dia juga minta maaf sama aku sama kamu. Dia waktu itu nggak ada niat buat hubungan kita hancur. Dia Cuma pengen buat kamu jealous. Dia juga bukan temen SMP ku kok. Kamu mau kan sekarang?”

            “aku…”

            “please, fy…” mohon rio sambil menggenggam tangan ify.

            “heuh… iya, aku mau…”

            “makasih, fy.” Rio langsung memeluk ify.

PROK… PROK.. PROKK….

            Tepuk tangan murid-murid membuat rio cepat-cepat melepas pelukannya. Pipi rio dan ify memerah menahan malu.

            “ify, rio, PBnya mana?” tagih shilla.

            “PB apaan, shil?” Tanya Gabriel heran.

            “pajak balikan…..”

            “shillaaaa….!!!!! Dasar tukang pajak loe!!!” bentak ify. Rio hanya tertawa melihatnya.

* * *

            Ternyata hidup ini nggak sepenuhnya nggak adil kok. Gue emang terbuang waktu kecil. Udah cacat, nggak diakui.

            Tapi, hidup ini adil kok. Setelah gue merasakan sakittttt banget di hati gue, gue dapet hadiah yang indah.

            Gue dikasih opa yang sayang banget sama gue. Gue dikasih sahabat yang selalu ada saat gue butuh dia kayak shilla dan agni. Gue juga dapetin seorang Mario Stevano yang cinta sama gue dan sayang sama gue.

            Mungkin gue juga harus berterima kasih sama bonyok gue karena udah ngebuang gue. Coba aja mereka nggak ngebuang gue, mungkin gue nggak bisa tinggal sama opa. Gue nggak mungkin ketemu agni. Kemungkinan gue ketemu shilla dan rio juga kecil karena gue yakin, mama sama papa pasti nyekolahin gue di sekolah kak dea.

            Dan yang terakhir…

            Gue Cuma mau sampein sama loe semua yang ngerasa hidup loe nggak adil, bahwa keadilan itu pasti ada, dan loe adalah salah satu orang yang beruntung buat ngedapetinnya!

* * THE END * *

Komentar

Postingan Populer