Last "INTRO"

Selalu ada akhir dari setiap kisah. Selalu ada ujung dari setiap jalan. Selalu ada perpisahan dari setiap pertemuan. Selalu ada kata-kata terakhir dari setiap pembicaraan.
Dan itulah yang ada dalam cerita ini. Tentang sebuah fase kehidupan manusia. Fase yang mungkin paling ingin di hindari. Tapi sesuatu yang paling nyata meski kadang kita tampik.
Apakah benar harus selalu ada air mata yang tumpah untuk melepas seseorang yang kamu sayang ?
Apakah benar setiap penyesalan akan selalu datang terlambat ?
Apakah benar perpisahan selalu menyimpan luka ?
Apakah benar pertemuan terakhir selalu menyesakkan ?
Kisah ini masih tentang kehidupan anak remaja, tentang persahabatan dan tentu saja tentang cinta.
Prolog :
Aku menatap wajah putihnya, melihat butiran keringat yang menetes deras dari pelipisnya. Meski bibirnya tersenyum, tapi rahangnya mengeras menahan sakit. Aku hanya dapat menggenggam tangannya. Tidak ada lagi air mata mengalir, meski dadaku sesak bukan main melihatnya seperti ini. Demi apapun aku rela menukar tempatku dengannya bila Tuhan mau mengijinkan itu.
***
Masih ku ingat kecupan terakhirnya di pipiku. Dan kini semua itu lenyap karena kebodohanku. Ku raba pundakku, tempatnya biasa bersandar. Aku rindu aroma tubuhnya. Tuhan mengapa aku bodoh sekali. Bisakah aku meminta kesempatan kedua untukku, ehm bukan, bisakah aku meminta satu kesempatan lagi, kali ini saja, aku hanya ingin mengucapkan maafku untuknya.
***
Dalam pantulan cermin di hadapanku ini, aku melihat sosok yang berbeda. Wajahnya tampak sama dengan wajahku, tapi ia terlihat terlalu lemah, atau aku memang selemah itu ? Bukan aku tidak ingin memilikinya, percayalah aku sangat mencintainya. Aku memiliki cita-cita dan dia memiliki kehidupan. Mengapa aku harus bertemu dengannya yang ber-ego sama keras seperti aku. Bolehkah aku sedikit berharap, semoga di kehidupan mendatang, kita bisa benar-benar bersama.
***
Seumur hidupku, di mulai dari detik ini. Aku yakin, aku akan terbenam dalam rasa bersalah. Saat ini, otakku hanya di penuhi oleh beribu kalimat yang di mulai dengan kata seandainya. Aku paham, menyesalinya tidak akan membuat semua berjalan seperti yang aku mau. Tapi aku berani sumpah, ini bukan keinginanku. Aku akan selalu mengingat senyumnya dan berharap masih dapat menemuinya nanti.
***
Sekumpulan remaja yang harus menjalani takdir mereka masing-masing. Melalui kerasnya hidup dan cobaan yang menghadang. Apa yang akan mereka lakukan, saat hidup mulai menuntun mereka, menuju sebuah akhir. Dan bagaimana bila akhir itu adalah sebuah harga mati yang tidak dapat lagi di tawar.

Komentar

Postingan Populer