last part 2
Setelah
menatap cermin entah untuk yang keberapa kalinya. Akhirnya shilla
keluar juga dari dalam kamarnya. Di ruang tamu, alvin terlihat sedang
ngobrol seru sama kedua orang tua shilla. Shilla tersenyum ke arah
alvin, ketika alvin memandangnya tanpa berkedip.
“Ada
yang salah sama dandanan aku ya vin ?” tanya shilla bingung. Alvin
tetap terdiam. Shilla mendekati alvin, dan melambai-lambaikan tangannya
di depan muka alvin.
“Eh..hah..kamu cantik banget shil” puji alvin tulus.
“Yee dikiran kenapa, kamu juga ganteng banget kok”
“Iya
dong, kapan sih aku jelek ?” canda alvin sambil tersenyum menggoda ke
arah shilla. Kedua orang tua shilla yang ada disitu ikut tertawa melihat
tingkah laku mereka berdua.
“Ma
pa, ini sebenernya ada apa sih ? kok shilla sama alvin suruh dateng ke
acara makan malam enggak jelas gini sih” shilla mengalihkan pandangannya
ke mamanya.
“Udahlah,
kamu nih orang cuma disuruh dateng terus makan aja kok repot sih, udah
sana berangkat” papanyalah yang menjawab pertanyaan shilla.
“Ya udah shil, mau berangkat sekarang ?” tanya alvin sambil menyodorkan tangannya untuk di genggam shilla.
“Aku berangkat ya..” pamit shilla sambil mencium pipi mama dan papanya.
“Berangkat
ya om tante..” sambung alvin, yang memang hubungannya sudah akrab
dengan keluarga shilla. Orang tua shilla hanya tersenyum. Shilla
meletakkan tangannya di atas tangan alvin, dan alvin langsung
menggandengnya menuju mobil.
Sepanjang
jalan, mereka berdua saling berceloteh riang satu sama lain.
Bersenandung kecil, mengikuti lagu-lagu yang di putar di radio. Melempar
pujian dan kata-kata sayang. Membuat siapapun akan cemburu melihatnya.
Jarang berantem dan selalu mesra. Suatu yang paling khas dari hubungan
mereka berdua.
Sambil
tetap bergandengan tangan, alvin dan shilla mengikuti pelayan yang akan
menunjukkan meja yang telah di reservasi untuk mereka. Dari kejauhan
shilla memperhatikan satu pasangan, yang sepertinya amat dia kenal, tapi
sekaligus membuatnya heran, karena ada keganjilan disana. Dan
perasaannya itu terbukti saat pelayan tadi mengantarkan mereka ke meja
tersebut.
“Rio !” pekik shilla kaget.
“Duduk
dulu shil, vin..” ujar rio sambil tersenyum. Alvin dan shilla,
mengikuti intruksi rio. Alvin terus memandang rio penuh tanya dan shilla
terus memandang curiga ke arah gadis manis di samping rio.
“Kenalin
nama gue dea” dea menyodorkan tangannya. Meski bingung, shilla dan
alvin secara bergantian menyambut tangan itu, sambil mengucapkan nama
mereka.
“Kalian ?” tanya shilla langsung yang mulutnya udah gatel dari tadi.
“Oke,
biar gue aja yang jelasin” ujar rio mantap. Ia menatap shilla dan alvin
bergantian, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke dea.
“Gue sama dea di jodohin”
“Are
you sure ?” tanya shilla tanpa bisa menyembunyikan nada kaget di dalam
suaranya. Rio mengangguk. Shilla ganti menatap dea, mencoba mencari
jawaban di matanya, dan dea melakukan hal yang sama seperti rio,
menganggukkan kepalanya.
“Jelasin semua, gue sama shilla bakal dengerin sampai selesai” ucap alvin bijak.
“Ya,
gue sama dea di jodohin, sebenernya enggak ada unsur pemaksaan disini,
ortu gue sama ortunya dea sama-sama ngasih kita kesempatan buat
pendekatan dulu selama tiga bulan ini, dan kita berdua udah sepakat juga
untuk nyoba enjoy jalan ini, enggak mau begitu ambil pusing. Tapi
namanya orang tua, mereka juga usahalah buat bikin kita deket, salah
satunya ini, gue sama dea sering disuruh pergi berdua..” rio mengambil
nafas sebentar, alvin dan shilla hanya diam, mencoba menjadi pendengar
yang baik.
“Ini
bukan makan malem pertama gue sama dea, tapi makan malem pertama kita
kemarin garing banget, makanya gue minta ke nyokap gue, buat bilangin ke
nyokap lo, biar kita bisa semacem double date gitu” lanjut rio lagi.
“Ify
?” satu nama yang sejak tadi berputar-putar di otak shilla, akhirnya
terlontar juga. Shilla sempat melirik ke arah dea, dia takut menyinggung
perasaan dea, tapi ternyata dea tetap tersenyum ke arahnya.
“Tenang
shil, dea udah gue ceritain kok hubungan gue sama ify, toh dia juga
punya kehidupan sendiri kan. Dan gue rasa belum saatnya ify tahu tentang
semua ini, dia lagi liburan disini, biarin dia seneng-seneng dulu”
“Sori ya, tapi kok gue nangkepnya elo berdua itu setuju ya dengan perjodohan ini ?” tanya alvin.
“Setuju
atau enggak setuju buat kita masalah nanti, yang jelas kita berdua udah
sepakat buat jalanin tiga bulan ini, kalo entar tiga bulan ini kita
ternyata cuma cocok jadi temen ya udah, kalo emang rio jodohnya sama
ify, ya gue sih enggak ada masalah” timpal dea yang sejak tadi diam.
Shilla
mengamati dea yang duduknya tepat di hadapannya. Bila mengingat ify,
sahabat karibnya yang ia tahu sangat mencintai rio di balik gengsi
cita-citanya, shilla sesungguhnya merasa tidak rela dengan perjodohan
ini. Tapi saat senyum dea menyapa matanya dan sorot mata teduhnya
terpancar, shilla tidak punya alasan kuat untuk sekedar membenci apalagi
menentang hubungan ini.
“Apa
elo enggak setuju sama hal ini ?” shilla kaget mendengar pertanyaan dea
yang sedari tadi sadar sedang ia amati. Shilla menghela napasnya.
“Ify
sahabat gue, dan sebagai seorang sahabat, gue pasti pengen sahabat gue
bahagia, rio itu sepupu gue, orang yang bisa dibilang paling deket sama
gue setelah alvin, sejujurnya gue enggak tahu mau mosisiin diri gue
dimana dalam kisah ini, tapi buat gue pribadi, gue rasa elo cukup baik
dan asik buat di jadiin temen, masalah gimana ujungnya ini semua, gue
setuju sama elo, let it flow aja..” jelas shilla sambil tersenyum.
“Gue juga enggak akan setuju kok, kalo hubungan ini nyakitin suatu pihak..” balas dea juga sambil tersenyum.
“Jadi
tolong jangan kasih tahu ify dulu ya shil, gue janji secepetnya gue
bakal coba jelasin ini, lagian gue juga butuh kejelasan sama hubungan
kita berdua”
“Gue usahain ya yo..”
“Nah
udah ayo kita makan” timpal alvin mencoba mengalihkan pembicaraan ini.
Shilla, rio dan dea hanya terkekeh melihat alvin yang begitu bersemangat
membuka buku menu.
“Tadi
elo yang paling semangat minta makan, sekarang malah cuma makanan lo
doang yang kesisa setengah gitu” celetuk rio sambil mencibir piring
alvin, alvin hanya membalasnya dengan cengiran.
“Kenyang yo, sumpah deh kalo dipaksain enek jadinya” ujar alvin beralasan.
“Emang
tadi kamu udah makan duluan ?” tanya shilla penuh selidik, alvin tampak
berpikir sejenak, ia tahu pasti pacarnya ini, sangat menjunjung tinggi
masalah gizi dan kesehatan.
“Udah nyemil roti tadi..hehe..” shilla menatap alvin masih dengan pandangan curiga.
“Beneran deh shilla sayang, aku udah kenyang makan roti tadi..” timpal alvin lagi sambil mengusap jari jemari shilla.
“Ehem..ehem..dilarang pamer kemesraan disini ya” sela rio.
“Haha, elo iseng banget sih yo gangguin mereka” sahut dea, yang langsung di beri anggukan setuju oleh shilla dan alvin.
“Abis ya de, mereka itu kalo udah mesra enggak inget tempat deh, berasa dunia milik berdua aja” ujar rio sewot.
“Ah sirik banget sih elo yo, ganggu aja..” balas alvin enggak kalah sewotnya.
“Ya lagian elo berdua, pacaran udah dua tahun, masih lengket kemana-mana”
“Haha, udah-udah. Pulang aja yuk, udah malem nih..” ajak shilla.
“Yuk, gue sama shilla cabut ya yo..” pamit alvin sambil berdiri dan menepuk pundak rio.
“Kita balik ya, kapan-kapan kita harus lebih banyak ngobrol de, see you..” shilla dan dea saling bercipika-cipiki.
Dan
lagi-lagi, kedua tangan shila dan alvin saling menggenggam erat satu
sama lain. Seakan memang mereka tercipta untuk di persatukan, tercipta
untuk tidak saling terpisahkan, tercipta untuk terus melangkah bersama.
“Aku
masih enggak nyangka, kalo rio di jodohin gitu” alvin melirik sambil
tersenyum ke arah shilla, tidak pernah sekalipun ia bosan melihat wajah
cantik shilla, yang selalu menentramkan hatinya.
“Kamu tahu enggak, walaupun terkesan jahat, tapi aku diam-diam bersukur lo”
“Bersukur buat apa ?” tanya shilla bingung.
“Bersukur,
karena bukan kamu atau aku yang di jodohin sama orang tua kita” jawab
alvin sambil tersenyum. Shilla ikut tersenyum mendengarnya.
“Vin..”
“Ya..”
“Kalo
disuruh milih, kamu lebih suka happy ending atau sad ending ?” alvin
mengalihkan perhatiannya ke shilla, sedikit bingung dengan pertanyaan
yang menurutnya aneh tersebut.
“Buat apa sih ?”
“Udah jawab aja, cuma pengen tahu kok”
“Ya jelas happy lah, siapa juga yang ngarepin cerita sedih”
“Oh gitu ya ? nah sekarang ayo kamu ganti tanyain aku”
“Nanya apa ?”
“Ya nanya aku sukanya ending yang gimana” ujar shilla gemes.
“Penting banget ya ?”
“Enggak sih, tapi enggak adil aja, aku nanya masa kamu enggak” cetus shilla asal yang membuat alvin tertawa.
“Haha, oke oke, jadi kamu suka happy atau sad ending ?”
“Sad
ending” jawab shilla mantap. Alvin sedikit memelankan laju mobilnya,
menatap gadisnya itu, tidak bisa menebak kemana alur pembicaraan aneh
ini.
“Kok sad sih ? kamu aneh banget”
“Mungkin
jawaban aku cewek banget sih, tapi menurut aku, sad ending itu lebih
mudah untuk di hayati, udah gitu biasanya suka lebih ngena dan dalem”
alvin cuma geleng-geleng denger penjelasan shilla.
“Kamu kurang tidur ya shil ? kok ngomongnya agak ngelantur gini” sahut alvin.
“Haha,
enggaklah, tapi tenang aja, aku selalu berharap happy ending kok buat
hubungan kita” ujar shilla sambil tersenyum manis ke arah alvin. Alvin
meraih tangan kanan shilla, mengangkatnya dan mengecupnya sambil terus
berkonsentrasi pada stirnya.
“Love you..”
“Me too..” sambung shilla sambil tersenyum bahagia.
***
Alunan
lagu-lagu klasik memenuhi kamar itu. Membuat siapapun yang mendengarnya
akan merasa tenang dan nyaman. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku
untuk satu-satunya orang yang ada di dalam ruangan itu, hatinya gelisah
sekarang, dan lagu-lagi itu sama sekali tidak bisa menyentuh hatinya.
Pandangan
matanya lurus menatap ke arah luar jendela kamarnya. Entah mengapa,
tapi diam-diam hatinya berharap dapat menemukan satu sosok yang
diam-diam begitu ia rindukan. Di balik semua kecuekan yang melekat di
dirinya ia tidak pernah bisa menyembunyikan fakta itu, fakta bahwa ia
juga mencintainya.
Kini
matanya teralih kepada selembar kertas yang baru ia ambil dari dalam
tasnya. Seulas senyum tergambar di bibirnya. Meski telah membacanya
berulang kali, ia tetap menyusuri lagi kata demi kata dari setiap
kalimat yang ada.
Buat Alyssa yang lagi gue kangenin..
Gue
harap elo baik-baik aja disana, gue harap elo sebahagia saat elo ada
disini, dan gue harap elo tahu kalo gue lagi merindukan elo disini..
Oke,
gue tahu elo enggak suka gue gombalin. Tapi enggak tahu kenapa, setiap
gue mau nulis surat buat lo, pasti yang muncul di kepala gue adalah
berjuta-juta kata sayang dan kangen, karena emang kaya gitu adanya..
Kapan sih elo mau balik ?
Gue
udah enggak tahan kalo setiap hari harus disuguhin sama acara
mesra-mesraanya alvin shila yang suka enggak tahu tempat itu, gue juga
udah sedikit bosen kalo harus terus-terusan ngedamaiin agni cakka, dan
jujur gue suka iri kalo lagi bareng iel dan hampir setiap jam ngelihat
dia nelponin via..
Sementara
gue disini, cuma bisa nyurahin semua yang gue rasa lewat surat, sesuai
permintaan lo. Setiap hari gue cuma bisa berharap elo juga lagi kangen
sama gue, elo juga pengen denger suara gue, elo bermimpi tentang gue, ya
gue berharap elo ngelakuin hal yang sama yang gue lakuin disini buat
elo...
Masih
banyak yang pengen gue tulis, walaupun mungkin semua intinya sama, gue
sayang sama lo, kangen sama lo, masih ada disini buat nungguin lo..
Mario
Ify
mendekap surat itu di dadanya, kata-kata biasa yang berarti luar biasa
untuknya itu terekam jelas dalam hatinya. Bila sebegitu kangennya rio
pada dirinya, lantas mengapa saat ini ketika ify sudah berada di
indonesia rio malah tidak bisa menghabiskan waktu bersamanya ? bila rio
begitu mengharapkan kehadiran ify sekarang, mengapa ia malah tidak
menemuinya ? bila rio benar-benar masih menunggunya, mengapa kemarin
saat ify datang ke rumahnya, pelukan rio terasa berbeda ?
Berbagai
pertanyaan merasuki otaknya saat ini. Ify melirik ke arah handphonenya,
ia meraihnya dan menuju inbox smsnya, melihat sms terakhir yang ia
terima dari rio sore tadi.
From : mariorio
Sori fy, entar gue gk bs nemenin lo jln
gue ada urusan, next time, oke ?
see you
gue ada urusan, next time, oke ?
see you
Entah
mengapa hatinya merasa aneh dengan sms itu. Dan sialnya, ify tidak bisa
marah ataupun sedikit ngambek dengan itu semua, ia sadar, sampai saat
ini, ia tidak memiliki rio sepenuhnya, dan begitupun sebaliknya.
‘apa
selama ini gue yang terlalu cuek sama elo ?’ gumam ify sambil berusaha
memejamkan matanya yang sudah terasa berat meski jarum jam di kamarnya
masih terparkir di angka delapan.
***
Sambil
menyerahkan sekaleng minuman dingin yang baru ia beli, iel duduk di
sebelah agni. Agni masih menatapnya penuh tanya sambil membuka kaleng
minuman yang tadi ia terima.
“Jadi
kenapa nih ? kok tiba-tiba elo muncul dan ngasih gue minuman gini ?”
tanya agni yang masih nampak kelelahan karena baru selesai bermain
basket sendirian.
“Kok sendirian ni ?” bukannya menjawab pertanyaan agni, iel malah memberinya pertanyaan lain.
“Cakka ada urusan jadi enggak bisa nemenin gue” ujar agni sambil tersenyum lalu menenggak minumannya.
“Oh, dan lo percaya ?”
“Udahlah, elo kenapa nemuin gue disini ?” tanya agni lagi, iel menyelonjorkan kakinya sambil menghela napasnya.
“Gue bingung sama via”
“Soal ?”
“Katanya
dia gue terlalu over protective, padahal menurut gue biasa aja, gue
cuma pengen perhatian sama dia” agni mengangguk paham, sudah
berkali-kali juga ia mendengar keluhan via soal ini.
“Ehm,
pola pikir cewek sama cowok kan beda yel, mungkin menurut elo biasa
aja, tapi kalo via udah sampai ngomongin ini sama lo, berarti dia kan
udah sampai tahap dimana dia, enggak nyaman sama keadaan ini”
“Enggak nyaman kenapa ? cewek mana coba yang enggak suka dapet perhatian cowoknya”
“Iya
elo bener, gue juga suka iri ngelihat via dapet perhatin segede itu
dari elo, tapi kan ada saatnya juga yel, elo bebasin via sedikit, biarin
dia punya ruang dan waktu saama hidupnya dia, orang yang udah nikah aja
kadang masih perlu privasi untuk masing-masing, gimana yang masih
pacaran”
“Terus gue harus gimana sekarang ?”
“Jalanin
aja ini apa adanya, coba deh sekali-kali elo biarin via ngelakuin
sesuatu sendiri, via udah gede, elo harus percaya sama dia” jelas agni
berusaha meyakinkan iel. Iel tampak berpikir sejenak, sejurus kemudian
ia mengangguk sambil tersenyum.
“Thanks ya ni..”
“Sip, eh tapi tumben lo curhat sama gue ? kenapa enggak sama cakka ? alvin ? rio ? shilla ? atau ify ?”
“Hehe, enggak apa-apa sih, lagi pengen aja..”
“Ya udah sini bayarannya, elo harus nemenin gue main basket” ujar agni sambil melempar bola basketnya ke arah iel.
“Oke..”
sahut iel menyanggupi. Mereka berdua langsung terlibat dalam
pertandingan one on one yang seru di malam hari ini. Tanpa mereka berdua
sadari, ada seseorang yang sedang mengamati mereka.
***
Burung-burung
bercicit riang menyambut hari yang luar biasa cerah dan cenderung
panas. Setelah menghabiskan sarapannya, dan berpamitan kepada kedua
orang tuanya, via langsung menyamber tasnya tepat ketika klakson mobil
iel berbunyi nyaring di depan rumah.
“Pagi yel..” sapa via yang hanya di balas senyum oleh iel.
“Semalem kamu kemana ?” tanya via sambil mengutak-atik radio mobil iel, mencari frekuensi radio yang ia mau.
“Cuma cari angin doang, kenapa ?”
“Enggak apa-apa sih, tumben aja enggak ke rumah”
“Kan sesuai maunya kamu” timpal iel.
“Oh..” sahut via datar.
‘kok
cuma oh doang sih vi ? bilang kek kamu kangen aku enggak ke rumah kamu’
batin iel sambil sesekali melirik ke arah via yang sudah ikut
bersenandung ceria mengikuti lagu yang di putar.
Karena
posisi kelas mereka yang berbeda, via dan iel pun berpisah di ujung
koridor. Kelas iel ke kanan dan via hanya tinggal lurus ke depan
sedikit. Iel tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah via kemudian
langsung berbelok begitu saja.
‘kok
cuma ngelambaiin tangan doang sih ? biasanya juga kamu bilang apa kek
gitu atau pesen apa gitu ke aku’ gerutu via dalam hati sambil berjalan
gontai menuju kelasnya.
Sesampainya
di kelas, via langsung menghampiri agni yang wajahnya sedang ia
benamkan di tangannya di atas meja, sementara shilla mengelus-elus
pundaknya.
“Kenapa shil ? lo kenapa ni ?” tanya via langsung. Agni tidak bergeming sama sekali, ia tetap menyembunyikan wajahnya.
“Lihat
aja di lapangan basket outdoor vi..” ujar shilla. Via langsug bergegas
menaruh tasnya dan keluar kelas, dari beranda kelasnya ia melongok ke
bawah, ke arah lapangan yang shilla maksud tadi. Sesungguhnya ia tidak
terkejut melihat pemandangan yang ia lihat, hanya saja ia paham sekarang
apa yang sedang terjadi saat ini.
“Sabar
ya ag, entar gue bilangin ke iel deh biar dia sama yang lain ngomong ke
cakka” hibur via sambil menarik kursi ke samping agni dan melakukan hal
yang sama dengan shilla dengan tangan kirinya, sementara tangan
kanannya langsung merogoh handphonenya, mengetik sebuah sms.
To : gabriel♥
Yel, kamu sama yg lain turun deh ke lap outdoorcakka lg asik tuh sm anak kls satu di bwh
kasian agni L
******************************************************************************
Hiruk
pikuk keramaian yang terjadi di kantin siang ini, berlangsung seperti
jam-jam istirahat biasanya. Yang berbeda hanyalah, di meja paling ujung,
tempat dimana rio dkk biasa duduk dan kumpul, kini kehilangan dua orang
personilnya, cakka dan agni.
“Oke,
jadi ceritain ke kita apa yang tadi pagi udah terjadi” ujar shilla
membuka pembicaraan, sambil menatap alvin, rio dan iel secara
bergantian. Iel menghela napas, alvin dan rio saling melempar pandang.
“Ada apaan sih ?” tanya via tidak mengerti, apalagi melihat kelakuan iel.
“Kamu
sama yang lain tadi pagi ngapain sama cakka ?” shilla menatap alvin,
dia tahu pasti, alvin tidak akan mengacuhkan pertanyaanya.
“Jadi tadi pagi itu..”
_Flashback_
Iel
langsung mengajak rio dan alvin untuk turun ke bawah, melakukan apa
yang di minta via dalam smsnya. Sama seperti via, iel, rio dan alvin
tidak terkejut sama sekali dengan apa yang mereka lihat, tapi mereka
jelas tahu, bahwa tidak seharusnya cakka mengulangi hal seperti ini
lagi.
Di
pinggir lapangan basket, cakka nampak sedang asik melahap sarapan
paginya, bersama seorang perempuan yang mereka duga masih kelas satu.
Cakka bersikap tidak menggubris kehadiran mereka di sana, dia terus saja
asik bersenda gurau dengan perempuan tersebut.
“Gue
pinjem cakkanya dulu dong, lo bisa balik ke kelas kan ?” tanya rio
sopan tapi matanya menatap tajam ke arah cakka. Anak itu nampak kecewa,
tapi ia menurut. Sambil tersenyum manis ia melambaikan tangannya ke
cakka.
“Ada
apaan sih ? kalian mau sarapan juga” ujar cakka enteng sambil menunjuk
kotak bekal berisi nasi goreng yang sengaja di tinggal oleh anak tadi.
Rio dan iel kompak mencibir cakka dan alvin menatap cakka lirih, ia
memilih untuk duduk di samping cakka.
“Belom ada seminggu lo baikan sama agni cak” cakka melengos mendengar kata-kata alvin.
“Kalo
lo udah enggak sayang sama dia, mending elo perjelas hubungan elo
berdua sama dia, ngapain coba lo terus-terusan nyakitin dia kaya gini ?”
sambung alvin lagi.
“Udahlah
kalian apaan sih, cuma gara-gara gue makan makanan yang di kasih sama
orang lain aja, kenapa kalian yang sewot ? gue kan cuma enggak mau dia
yang udah capek-capek bawain ini buat gue, jadi mubazir” jelas cakka
enteng.
“Lo mikir dong perasaan agni !” sahut iel. Cakka mendelik ke arah iel, ia berdiri di depan iel.
“Oh
mikir ya ? terus kemarin elo mikir enggak waktu asik main basket
malem-malem berdua sama agni ?” tanya cakka dengan senyum sinis. Iel
mencelos, rio dan alvin saling berpandangan, tidak mengerti apa yang
terjadi.
“Lo jealous sama gue ? gue sahabat lo cak” terang iel berusaha membela diri.
“Iya-iya
lo bener, lo emang sahabat gue, tapi bukan berarti lo enggak bisa
ngekhianatin gue kan ?” iel sudah tampak geram dengan kelakuan cakka
yang terkesan memojokkan dirinya. Rio yang menyadari itu, bertindak
cepat dengan memisahkan keduanya, membuat jarak di antara mereka berdua.
“Jelasin ke gue sama alvin, ada apa yang sebenernya ?” tanya rio sambil melihat ke arah iel dan cakka bergantian.
“Minta penjelasan sama dia !” sahut cakka sambil menunjuk iel.
“Eits, santai, enggak usah pake tunjuk-tunjuk !” timpal iel enggak mau kalah sambil menampik telunjuk cakka.
“Udah
woi, elo berdua kenapa jadi mau ribut gini sih ?” tanya alvin tidak
mengerti, ia menggeser posisinya, berdiri di samping cakka, bersiap bila
terjadi sesuatu yang buruk.
“Gue
enggak peduli, lo yang mulai duluan, jangan salahin gue, kalo gue juga
ngelakuin hal yang sama ke via !” ancam cakka sambil berlalu begitu
saja.
“Jangan berani macem-macem lo sama via !” teriak iel sambil berniat mengejar cakka, tapi keburu di tahan rio dan alvin.
_Flashbackend_
“Gitu
ceritanya..” ujar alvin. Shilla mengangguk-anggukan kepalanya mengerti,
rio hanya diam sambil memakan somay pesanannya, sementara via menatap
iel dalam-dalam, yang lebih memilih menyibukan dirinya dengan memainkan
sedotan es jeruknya.
“Jadi
emang kamu ngapain sama agni ?” tanya via akhirnya. Shilla, alvin dan
rio juga kompak menatap iel, semenjak tadi rio dan alvin belum berhasil
membujuk iel untuk bercerita.
“Enggak ngapa-ngapain, aku cuma nemenin dia main basket doang kok” jawab iel. Tapi via masih terus memandangnya.
“Serius
cuma main basket doang ?” tanya via lagi, kali ini nadanya terdengar
lebih curiga dari sebelumnya. Shilla, alvin dan rio mulai menangkap
hawa-hawa tidak enak di sekitar mereka.
“Kenapa
sih ? kamu enggak percaya sama aku ? aku tuh cuma main basket doang,
enggak lebih. Mulai sekarang kamu yang harus agak jaga jarak dulu sama
cakka, dia bisa aja serius sama omongannya”
“Emang kamu pikir aku bakalan kena gombalannya cakka apa ?”
“Ya
kan aku cuma ngingetin doang. Pokoknya mulai sekarang, kamu harus
jauh-jauh dulu dari cakka, terus juga jangan sampai dia punya celah buat
deketin kamu, yang jelas sekarang kemanapun kamu aku harus ikut, awas
aja sampai kamu ketemuan sama dia” jelas iel panjang.
“Kok kamu jadi ngatur-ngatur aku lagi sih ?” tanya via mulai sewot.
“Ya kan aku pacar kamu” balas iel yang terang sekali dalam penekanan kata pacar.
“Terus kalo kamu pacar aku kamu berhak gitu ngelarang aku ?”
“Udahlah vi, kok malah jadi ribut gini sih” sela shilla berusaha mengalihkan pembicaraan yang suhunya semakin meningkat.
“Diem
shil ! gue tuh enggak suka kalo misalnya iel udah mulai ngatur-ngatur
gue ! elo sama alvin yang udah dua tahun aja, enggak pernah segininya
kan ?!” shilla dan alvin hanya bisa menghela napas mendengar nama mereka
mulai di bawa-bawa.
“Alvin ya alvin, kalo aku ya kaya gini, aku ngatur kamu karena aku sayang sama kamu karena aku perhatian sama kamu !”
“Tapi
aku enggak suka sama cara kamu yang over yel !” nada suara via dan iel
mulai meninggi. Murid-murid yang ada di deket mereka mulai bisa
mendengar perdebatan ini. Bila tidak ingat status mereka sebagai
sahabat, ingin rasanya shilla, alvin dan rio mengungsi ke meja lain.
“Enggak usah teriak-teriak vi !” ujar iel yang sepertinya tidak sadar dengan kondisinya sendiri.
“Biarin
! biar semua orang tahu kalo aku enggak suka kamu yang terlalu over !!”
raung via sambil berdiri dan meninggalkan kantin. Shilla ikut berdiri,
sambil mengamati punggung via yang berlari menjauh. Tapi kemudian ia
duduk lagi, bersahabat sekian lama, membuat shilla mengerti tentang
kebiasaan via, yang lebih suka menyendiri dulu saat ada masalah.
“Sial
! gue ke kelas !” iel juga langsung meninggalkan mereka bertiga. Rio
menatap alvin dan shilla sekilas, kemudian dia juga berdiri.
“Lho, kenapa yo ?” tanya alvin bingung, mengingat rio yang semenjak tadi memilih diam.
“Gue
capek kalo abis di suguhin adegan berantem terus abis itu gue harus
lihat dua orang mesra-mesraan” sindir rio yang membuat shilla dan alvin
tertawa.
“Haha..baru
mau gue usir lo” goda alvin, yang membuat rio mendelik ke arahnya, tapi
kemudian ia hanya tersenyum dan meninggalkan alvin dan shilla.
“Rio !” panggil shilla yang membuat langkahnya terhenti dan berbalik.
“Entar gue mau ke rumah ify, mau nitip salam enggak ?”
“Salam kangen dari gue” ujar rio sambil tersenyum, shilla mengacungkan jempolnya.
“Oh
ya, jangan sampai kelepasan soal dea !” sambung rio lagi, dan kemudian
benar-benar meninggalkan kantin. Shilla hanya tersenyum tipis mendengar
katalimat terakhir rio, dia sendiri masih bingung ingin berdiri di pihak
mana.
“Semua
pasti ada saatnya kok shil, bakal ada waktu dan cara yang indah buat
nunjukkin semua itu” shilla melirik ke arah alvin, laki-laki ganteng di
depannya itu, seperti bisa membaca pikirannya.
“Haha, alvinnya shilla emang hebat” puji shilla.
“Iya
dong, kan alvinnya shilla..” celetuk alvin sambil menaik turunkan
alisnya, yang membuat shilla terkekeh, dan membuat orang di sekitar
mereka iri berat melihat pasangan ini. tidak perlu waktu lama, hawa
panas yang tadi ada di sekitar mereka kini langsung berganti dengan hawa
sejuk seiring lontaran kata-kata sayang dan pujian dari bibir alvin dan
shilla.
***
Seperti
yang telah di rencanakan, sepulang sekolah ini, shilla, via dan ify
akan berkunjung ke rumah ify, melepas kangen sekaligus menagih setumpuk
oleh-oleh. Ify langsung menyambut mereka, dari raut wajahnya, terlihat
ia begitu suntuk harus menghabiskan masa liburannya hanya dengan begong
di rumah.
“Akhirnya
elo semua dateng juga, gue udah garing banget nih di rumah, sendirian”
celetuk ify, setelah menggiring mereka semua memasuki kamarnya.
“Lagian
elo, liburannya enggak pas sama waktu liburan kita” ujar shilla sambil
mengamati setumpuk majalah fashion yang di bawa ify. Ify hanya
cengengesan aja, tapi kemudian ia mengalihkan perhatiannya ke arah via
dan agni yang tampak tidak bersemangat.
“Enggak ada yang mau oleh-oleh dari gue nih ?” tanya ify yang cukup sukses membuat shilla, via dan agni menatapnya antusias.
“Mau bangetlah” jawab shilla, via dan agni kompak.
“Hmm,
oleh-oleh aja lo semua cepet banget” cibir ify sambil membuka kopernya.
Lalu ia menenteng tiga buah tas plastik berukuran sedang, dan
memberikannya satu-satu ke arah temen-temennya itu.
Dengan gerakan cepat dan tanpa basa-basi, shilla, via dan agni langsung membukanya. Terdapat sebuah kaos bertuliskan ‘I ♥ DC’ dan sebotol sedang hand body beraroma vanily di dalamnya.
“Yeah fy, kaos kaya gini sih, banyak banget di itc” keluh shilla sambil merentangkan kaosnya.
“Bukannya
makasih ya lo, udah bagus-bagus gue kasih juga. Lo pikir disana gue
ngapain ? mahal-mahal bos, mana cukup uang saku gue” sahut ify senewen,
shilla hanya tersenyum melihatnya.
“Gue suka aroma hand bodynya fy..” komen via yang di setujui dengan anggukan oleh agni.
“Iya
dong, itu aroma hand body kesukaan gue, makanya gue beliin buat elo
semua, lagian waktu itu promonya buy one get one free, jadi kalo gue
beli dua kan, gue dapet empat, iya enggak ?”
“Jadi ini barang bonusan nih ?” tanya agni sambil mendelik yang membuat ify terkekeh.
“Haha, yang pentingkan niat gue ag, iya dong ?”
“Iya
deh, apapun, yang lebih penting kan elonya sekarang ada disini. Thanks
ya fi..” ujar shilla sambil memeluk ify, yang diikuti oleh yang lainnya.
“Eh
ya fy, sepupu gue dapet apaan ? buat dia paling istimewa dong” goda
shilla setelah mereka melepaskan pelukannya. Pipi ify bersemu merah.
“Cie..langsung merah pipinya” goda via jahil.
“Ehem..ehem..kapan
nih mau di resmiin ?” tanya agni manas-manasin, tapi pertanyaan agni
itu malah membuat shilla jadi terbayang-bayang dea.
“Tapi
jangan di ketawain ya, gue mau ngasih ini buat dia..” ify mengeluarkan
sebuah syal berwarna biru laut dari dalam kopernya, mereka bertiga
memandangi itu bingung, lagi-lagi sebuah barang yang dapat di temukan
dengan mudah di indonesia.
“Gue bikin syal ini sendiri, gue rajut pake kedua tangan gue sendiri” terang ify bangga.
“Emang elo bisa ngerajut ?” tanya agni heran.
“Bisalah,
ini buktinya. Awalnya sih emang gue enggak bisa sama sekali, tapi pas
bulan februari dan mau valentine day, semua temen gue pada sibuk
ngerajut buat cowoknya gitu, akhirnya daripada gue ngerasa di kacangin
sama mereka ya udah deh, gue minta di ajarin aja, dan ini hasilnya,
spesial buat rio” ify menjelaskan penuh semangat dan sorot mata bahagia.
Entah kenapa malah membuat perasaan shilla semakin dilema tidak
menentu.
“Terus kapan elo mau ngasih itu ke rio ?” tanya via.
“Belom tahu sih, nunggu waktu yang tepat aja”
“Kapan ? setahu gue udah banyak waktu yang tepat yang udah elo sia-siain gitu aja” sambung agni.
“Biarin
Tuhan sama takdir aja yang berkerja di hubungan gue sama rio” jawab ify
diplomatis. Agni dan via hanya tersenyum mendengar itu.
“Shil
kok diem aja ? biasanya elo semangat kalo lagi ngebahas gue sama sepupu
lo itu” shilla yang memang dari tadi hanya menyimak pembicaraan ify,
via dan agni, hanya melempar senyum ke arah ify.
“Hehe..eh tadi rio nitip salam kangen buat elo..” kini ganti ify yang tersenyum mendengar kata-kata shilla.
“Cieee..” goda via dan agni.
“Fy, sebenernya perasaan lo gimana sih sama rio ?” tanya shilla penasaran.
“Gimana apanya ?”
“Ya gimana ? lo suka kan sama dia ? lo sayang kan ?” ify hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Terus kenapa elo terkesan cuek sama dia ?” ify menatap shilla sesaat, dia menghela nafasnya sejenak.
“Gue
cuma enggak mau, kalo dia sampai milikin hati gue, terus dia bisa
mainin hati gue sesuka yang dia mau, gue enggak mau takluk di bawah
kekuasaan laki-laki, sekarang kan udah jaman emansipasi, gue enggak mau
jadi lemah cuma gara-gara dia..” tanpa ify sadar dengan ucapannya, ada
dua orang di situ yang begitu tertohok dengan kata-kata ify.
“Intinya,
elo gengsi sama perasaan lo sendiri ?” ify hanya menaikkan kedua
bahunya untuk menjawab pertanyaan shilla. Shilla hanya bisa tersenyum
sambil diam-diam membatin ‘gengsi lo bisa nyakitin rio atau mungkin hati
lo sendiri fy’
***
Meski
gemuruh petir telah menyambar-nyambar dengan ganasnya, dua orang
laki-laki itu masih tetap saja berlari tanpa memperdulikan awan yang
mulai menggelap. Mereka saling berebut bola dan memasukkannya ke dalam
ring.
“Lo masih sayang enggak sih sama agni ?” tanya alvin sambil berlari mendribel bolanya.
“Bukan
urusan lo !” cakka merebut bola dari alvin, mendribelnya sebentar
kemudian tanpa ragu memasukkannya ke dalam ring. Alvin berdiam sebentar
di tengah lapangan, dia mengamati cakka sesaat.
“Gue
udahan..” ucap alvin sambil berjalan ke pinggir lapangan. Untuk
beberapa saat, cakka masih terus bermain sendirian. Setelah merasa
cukup, iapun menyusul alvin dan duduk di sampingnya.
“Gue
enggak tahu perasaan gue ke agni sebenernya kaya apa” ujar cakka pelan,
memecah kebisuan yang sempat mengelilingi mereka untuk beberapa menit
tadi.
“Kenapa elo bisa bilang enggak tahu ?” tanya alvin bingung.
“Dia terlalu baik vin..”
“Terus ?”
“Inget waktu pertama kali elo ngenalin dia ke gue dulu ?” alvin mengangguk.
_Flashback_
Suara
gemuruh para suporter memenuhi gor olahraga ini. Pertandingan basket
putri antar smp baru saja berakhir dengan sangat seru. Alvin, cakka, rio
dan iel yang sedang menunggu giliran pertandingan mereka, tidak
ketinggalan untuk menyaksikan tontonan seru ini.
“Gila, itu yang nomer 7 keren banget mainnya” ujar cakka antusias.
“Agni ?” tanya alvin.
“Lo kenal ?” alvin hanya tersenyum, kemudian ia mengajak temen-temennya untuk turun ke lapangan.
“Agni !” panggil alvin lumayan kencang karena suara riuh di sekitar mereka. Agni melihat alvin dan langsung berlari ke arahnya.
“Hei vin, lama enggak ketemu” alvin hanya tersenyum.
“Eh
kenalin ag, ini temen-temen gue cakka, gabriel, sama rio” terang alvin
sambil menunjuk temannya satu persatu, sambil tersenyum agni menjabat
tangan mereka.
“Dia ini agni, anak temennya bokap gue..hehe..” jelas alvin mengakhiri rasa penasaran temen-temennya.
“Kapan-kapan lagi ya ngobrolnya, gue mau ke tim gue dulu, bye..” pamit agni sambil berlari ke arah timnya.
“Vin,
dia beda ya dari cewek kebanyakan, main basketnya bagus, anaknya cuek
kaya tomboi, tapi senyumnya manis dan tetep cewek banget” ujar cakka
yang matanya terus mengarah ke agni.
“Kayanya radar playboy lo mulai beraksi nih” goda iel.
“ Tenang sob, entar kita ketemu kok di sma, setahu gue dia juga bakal masuk sma yang sama kaya kita”
“Hajar cak..” ucap rio menyemangati, cakka hanya memberikan cengirannya saja.
_Flashbackend_
“Waktu
itu, dia langsung terasa spesial di mata gue. Bahkan saat kita ketemu
lagi di sekolah, gue langsung ngerasa tertarik sama dia. Sampai akhirnya
pas kelas dua, gue berhasil dapetin dia, lo masih inget kan waktu
awal-awal itu, gue bener-bener serius sama dia..” lagi-lagi alvin
mengangguk, ia rasa ia cukup menjadikan dirinya menjadi pendengar yang
baik sekarang ini.
“Tapi
akhir-akhir ini, saat dia udah terlalu sayang dan pasrah banget sama
hubungan kita, gue jadi ngerasa enggak ada tantangan vin” cakka
menengadahkan kepalanya, merasakan rintik-rintik kecil hujan yang mulai
turun perlahan.
“Gue
sayang sama dia, toh gue jealous kan lihat dia sama iel, tapi sikapnya
yang terlalu pemaaf kaya gitu, malah bikin gue enggak ngerti, apa yang
dia mau, apa yang lagi kita jalanin sekarang”
“Sejujurnya
gue enggak ngerti sama jalan pikiran lo cak, gue harap sih elo tetep
pertahanin hubungan ini, kalo kata lo, hubungan ini udah enggak ada
tantangannya, mungkin saat ini saatnya elo nantang diri lo sendiri,
kemana lo mau bawa hubungan ini, jangan sakitin agni, jangan bikin gue
nyesel ngenalin dia ke lo..” alvin menepuk-nepuk pundak cakka.
Cakka
hanya tersenyum tipis “main lagi yuk..” ajaknya sambil kembali
mendribel bolanya, alvin mengikuti. Mereka mulai main kembali, meski
hujan telah turun dengan derasnya saat ini.
***
Sambil
menyesap secangkir coklat panas yang telah di buatkan untuknya, rio
memandangi tetes air hujan yang terbingkai indah di pintu rumah ify.
Niat awalnya adalah ingin mengajak ify jalan, tapi apa mau di kata, alam
berkata lain.
“Ngapain elo ngelihatin hujan yo ?” tanya ify heran, tapi kepalanya juga ikut menoleh ke arah pintu ruang tamunya.
“Sebel aja, pas gue mau ngajakin jalan, malah hujan” gerutu rio.
“Haha,
tenang yo, gue masih ada disini sampai tiga bulan ke depan” ujar ify
sambil tersenyum, senyum yang selalu berhasil membuat darah rio
berdesir-desir.
“Ya, tetep aja gue sebel, ngapain sih pake hujan segala..”
“Emang kemarin lo kemana yo ?” rio diam untuk berpikir, mencoba mencari alasan yang tidak akan membuatnya terjebak sendiri.
“Oh itu, kemarin gue ikut orang tua gue, ada pembukaan pameran gitu deh” ucap rio seasal mungkin.
“Gue
kira lo enggak mau jalan sama gue..hehe..” hati rio mencelos, gadis
yang telah lama ia harapkan kehadirannya itu, ada di depannya sekarang.
“Enggak
mungkinlah, kan gue udah kangen banget sama lo, janji deh entar gue
khususin satu hari buat nemenin lo jalan-jalan, kemanapun”
“Haha, gue pegang janji lo..”
“Eh iya fy, di surat terakhir lo, lo bilang mau main piano kan ? kok malah balik kesini ?”
“Iya
acaranya di majuin gitu yo, dadakan bangetlah, untung gue tetep bisa
maininnya dengan sempurna.hehe..ada kok videonya, kapan-kapan gue
lihatin deh ke elo” seperti biasa, ify selalu menggebu-gebu saat
menceritakan tentang kegiatannya.
“Yakin bangetlah gue kalo lo pasti bakal bagus mainnya” puji rio yang cukup membuat ify tersenyum.
“Drrtt..drrtt...drrtt..” rio merogoh handphonenya, dan membaca sms yang ia terima. Ia sedikit menghela napasnya sebentar.
“Fy, gue harus balik, enggak tahu nih nyokap gue bilang ada urusan” ujar rio yang langsung menghabiskan sisa coklat panasnya.
“Oh iya-iya, salam ya buat keluarga lo..”
“Sip,
gue juga, thanks buat coklatnya, bye..” pamit rio dari ambang pintu,
kemudian sedikit berlari kecil menerobos hujan menuju mobilnya, dan
langsung memacu mobilnya meninggalkan rumah ify.
“Dia berubah, enggak ada gombalan seperti biasanya” gumam ify sambil menutup pintu rumahnya.
Rio
memandang mobil jaguar hitam yang terparkir di depan rumahnya, ia
sangat familiar dengan mobil tersebut. Dan benar saja tebakannya, mobil
itu milik keluarga dea. Kedua orang tua dea dan dea tentunya, sedang
berbincang hangat di ruang tamunya ketika rio masuk.
“Nah
akhirnya kamu pulang juga, sini duduk..” ujar mamanya sambil
menyuruhnya duduk, rio tersenyum ramah ke arah kedua orang tua dea, dan
sedikit bingung dengan pandangan aneh yang dea berikan untuknya, seolah
ingin memberi tahukan sesuatu.
“Kenapa
ma ?” tanya rio basa-basi, mamanya hanya tersenyum, tapi senyum itu
malah terasa membuatnya sedikit merasa sesak. Ia memandang dea sekali
lagi, dan tatapannya masih tetap sama, entah kenapa rasa aneh langsung
menjalar masuk ke dalam hati rio.
Komentar
Posting Komentar