Love&Different (short Story) copas



*
Aku mencintaimu secara diam-diam.. Dan merasakan sakit secara diam-diam pula..
*
Detail tawa renyah itu menghantui hariku. Wajah cantik dengan pipi tembam dan hidung mancung itu melekat kuat di pikiranku. Aku mengerti, sejujurnya rasa yang menyelinap secara diam-diam itu adalah sebuah perasaan terlarang yang hadir.
Sebuah perasaan terlarang yang tak pantas untuk dirasakan. Aku tahu, ia dan aku sangat berbeda. Dari segi umur kita bahkan berbeda. Ia seorang gadis sembilan belas tahun dan aku seorang pemuda dua puluh lima tahun. Berbeda bukan?
Bahkan kita memiliki keyakinan yang berbeda. Ya, untuk ini aku tidak bisa lagi mengelak. Sebuah keyakinan yang berbeda, dan kita menyakini hal yang berbeda pula. Semua yang aku rasakan sangat jelas terlarang.
Tapi rasanya, menggemaskan sekali jika aku melihat pipi tembam itu. Benar-benar tak tahan ingin menjawil pipi itu.Apalagi ketika mendengar suara sapaan itu setiap pagi. Rasanya aku benar-benar tak bisa menahan perasaanku untuknya.
Tapi aku sadar, dinding pembatas perbedaan antara aku dan dia begitu kokoh hingga aku tak bisa menghancurkannya. Benar-benar sebuah cinta yang sulit untuk di menangkan. Aku bahkan hanya mencintai sosok itu secara diam-diam.
Aku tak ingin sebuah kebersamaan yang melekat antara aku dan dia akan hancur jika aku mengucapkan rasa itu. Aku tak ingin ia menjauhiku.Aku hanya ingin ia ada di sampingku untuk menghabiskan waktuku disini.
Rasanya benar-benar tak ada lagi hrapan untuk aku dan dia agar bisa bersama-sama. Perbedaan, dan satu lagi hal yang membuat kita tak bisa bersama penyakit yang bersarang di tubuhku selama tiga tahun terakhir ini.
Aku selalu bertahan menahan sakit yang suka datang tiba-tiba itu. Karena sebuah semangat dari gaadis itu, gadis istimewa yang begitu lucu namun konyol dimataku. Rasanya hembusan nafasku begitu berarti ketika ia ada di dekatku.
Ia tak pernah tahu akan riwayat penyakitku. Aku sengaja tak memberi tahu karena aku yakin, ia pasti akan menjauh begitu saja ketika mengetahui hal ini. Siapa sih yang mau berpacaran dengan pemuda penyakitan? Orang bodoh pun tidak akan mau.
Aku benar-benar merasa tak layak untuk terus bertahan hidup. Dengan dinding pembatas perbedaan antara aku dan dia, itu sudah cukup menyiksa. Di tambah penyakit yang menderaku, semuany benar-benar menghimpitku.
Mencintai secara diam-diam itu menyenangkan, tapi bisa berujung luka.
*
“Kak Rio” sapanya di kantor pada pagi hari. Aku tersenyum.
“Hai Shill, sudah sarapan?” Tanyaku. SHilla mengangguk riang.
Aku tersenyum, Shilla pun tersenyum. Menggemaskan sekali ketika melihat ia dengan senyum yang merekah itu. Ia memang gadis yang mempunyai aura yang berbeda.Shilla langsung bergegas pergi ke lobby sedangkan aku berdiri disini mematung, memperhatikan langkahnya yang kian menjauh.
Kakak begitu bodoh Shilla. Kakak bahkan menyimpan perasaan kakak secara diam-diam.Kakak memang pengecut Shilla, kakak tak bisa mengungkapkan perasaan kakak. Apa kakak salah telah mencintaimu Shilla?
Kakak bahkan tak bisa mengartikan setiap arti kata misterius yang keluar dari bibirmu. Shilla, kakak bukanlah lelaki yang begitu bisa di harapkan. Kakak hanya menikmati sisa-sisa hidup kakak dan bertahan karena senyummu.
Kakak selalu percaya, bahwa kakak akan selalu ada di dekatmu dengan cara apapun. Tuhan memang baik Shilla, ia mampu membuatku bertahan hanya dengan melihat senyummu.Kakak yakin, Tuhan pasti bahagia melihat kita selalu dekat seperti ini.
Tuhan begitu menyayangi kita Shilla.Bahkan ketika kita meyakini hal yang benar-benar berbeda. Ketika kita menyebut-Nya dengan cara yang berbeda, Tuhan tak pernah marah. Aku yakin Shilla,karena Tuhan menciptakan kita berbeda, dunia itu menjadi lebih indah.
Ketika aku marah kepada Tuhan tentang semua ini, Tuhan membuatku tersadar bahwa aku beruntung. Aku beruntung mengenalmu Shilla. Aku beruntung bisa melihat senyummu setiap hari. Dan aku percaya bahwa Tuhan memang baik padaku.
Cinta memang buta kan Shilla? Cinta menerjang apapun yang menghalanginya bahkan perbedaan keyakinan sekalipun. Tapi aku tak ingin buta karena cinta Shilla, aku tak ingin menyakiti perasaan Tuhan ku dan Tuhan mu hanya karena cinta. Tidak, aku tak ingin Shilla.
Karena aku sadar, perasaanku untukmu adalah sebuah perasaan yang salah. Perasaan yang tak pantas untuk hadir. Shilla, kakak sadar hembusan nafas kakak mungkin tidak akan panjang lagi. Tapi kakak yakin, setiap hembus nafas kakak menjadi berarti karena ada kamu disampingku.
Tuhan tak pernah salah. Takdir pun tak pernah salah. Yang salah adalah perasaan ini, perasaan salah yang selalu menutut untuk di menangkan.
*
Saat kata cinta ku ucapkan..
Apakah ada satu penolakan?
Entahlah.. Aku tak tahu..
*
“Kakak bercanda!” Ucap Shilla ketika aku mulai memberanikan diri mengungkapkan perasaan itu. Perasaan yang salah itu.
“Untuk apa kakak bercanda?” Sahutku meyakinkan. Shilla terdiam gadis itu menghela napas panjang.
“Kakak, kita berbeda. Aku takut Tuhanku marah, aku takut ketika kita meyakini kepercayaan yang berbeda kita terjatuh kedalam jurang itu kak. Aku bahkan takpernah menyangka kakak akan mencintaiku, yang aku tahu hanya satu. Kakak adalah kakak, dan aku adalah aku. Tidak lebih” Jawab Shilla. Aku tersenyum kecut.
“Apa karena kita berbeda, kita tak bisa bersama?” Tanyaku. Shilla menatapku lalu kedua tangannya memegang pipiku yang kini bersemu.
“Kita bisa bersama kak, tapi mungkin tidak untuk cinta. Aku hanya menyayangi kakak sebatas seorang adik kandung menyayangi kakak. Kakak sudah aku anggap kakak kandung..” Kata Shilla.
“Kakak, ingin memeluk Shilla. Boleh?”
Shilla mengangguk. Lalu aku memeluknya erat, ku hembuskan wangi aroma mint ku.Walau sakit yang ku rasa,tapi cukup terobati ketika aku memeluk Shilla. Aku harap Tuhan akan tersenyum menyaksikan ini, aku harap seperti itu.
Karena aku tahu, mungkin ini terakhir kali aku melihat Shilla. Mungkin Tuhan akan segera memanggilku kembali. Mungkin Tuhan takkan membiarkan aku berlama-lama hidup disini. Tuhan, jaga Shilla baik-baik jangan biarkan air mata jatuh di pipinya.
*
Aku berusaha melawan waktu..
Berusaha menahan sakit ketika cinta diam-diam itu meretak tak pasti..
Aku selalu berdoa, dan aku yakin.. Tuhan pasti mendengar doaku.
Tuhan pasti mendengar doaku tentang gadis itu,dan cinta itu..
Tuhan pasti mengerti, dan Tuhan pasti ikut bahagia mendengar ceritaku..
 Ketika aku mengerti tentang keadaan itu..
Tuhan memberiku sebuah jawaban..
Ketika perbedaan menghancurkan segalanya.. Ketika itu pula Tuhan membuat rencana lain di balik takdirnya yang memilukan.
*
Hening, ku tatap ruangan memilukan ini. Disini, waktuku akan berakhir. Disini pula Tuhan akan membawa ku kedalam kehidupan yang abadi. Dan disana aku akan menunggu Shilla, tak peduli berapa lama aku akan menunggu.
Suster Ria membuka pintu. Aku tersenyum walau kaku. Tapi senyumku terhenti ketika seorang gadis yang berjalan di belakang suster Ria. Hatiku berjerit memilukan. Shilla, gadis itu datang, orang yang ku tunggu telah datang.
“Kakak, kenapa kakak ga pernah cerita tentang penyakit kakak?!”
“Ma..af..” Ucapku terbata-bata karena penyakit itu sudah mulai melumpuhkanku.
Shilla menggenggam tanganku. Lalu ia mencium punggung tanganku. Aku merasakan sebuah kehangatan darinya. Walau sesaat, walau di penghujung waktuku. Tapi aku bersyukur, karena Shilla hadir di saat waktu akan berakhir.
“Kakak, harus bertahan ya? Ada Shilla disini..”
Aku ingin berbicara, tapi tak bisa. Aku hanya menatap Shilla dengan tatapan sendu. Dengar aku Shilla! Andai kau bisa mendengar suara yang ada di hatiku. Aku tak ingin ada kisah ini, aku bahkan ingin terus bertahan melawan waktu, tapi Shilla ,Tuhan membuat rencana lain yang tak pernah terpikirkan olehku.
Bagaimana aku harus menyikapi ini?Bagaimana aku harus menyeka air matamu? Untuk berbicara saja aku tak bisa. Kakak mencintaimu Shilla, walau jarak perbedaan menghalangi kita. Andai Shilla bisa mengerti semua arti tatapanku.
“Ka..ka..sa..yang..Shi-lla”
Shilla terus terisak.Lalu aku mengelus puncak kepala Shilla.Seiring mengaburnya pandanganku, ketika itu pula aku kalah dalam bertahan melawan waktu. Yang aku dengar hanya isak lirih itu.Dan yang tersisa di kisah ini hanya perasaan itu, perasaan salah yang hadir d waktu yang salah. Aku mendengar suara terkahir Shilla untukku, walau samar, suara yang mengiringiku pergi menuju kehidupan abadi.
“Kak Riooooooooooo!”
*
Ketika waktuku berakhir, apakah kau akan melihatku untuk terakhir kali?
Shilla, Tuhan memang baik kepadaku.. Kakak masih di beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan itu di hari-hari terakhir kakak.
Kakak bukan pengecutkan Shilla?Kakak berani mengungkapkan perasaan itu. Perasaan yang salah untuk di menangkan.
Kakak sadar, bahwa kita berbeda. Kita tak pantas untuk bersama. Kakak bahkan tak bisa untuk menjadi pendampingmu. Kakak adalah seorang pemuda bodoh yang begitu buta oleh cinta Shilla.
Maaf Shilla, karena kakak telah mencintaimu.. Maaf..
Kakak akan pergi, pergi ketempat dimana nanti kakak akan menunggumu.. Tempat yang tak ada lagi dinding pembatas perbedaan. Tempat yang abadi, bahkan untuk cinta yang berbeda keyakinan sekalipun.
Kakak mencintaimu Shilla. Tapi kakak sadar, semua ini adalah perasaan yang salah.
Bahagia ketika kakak pergi..
Dariku yang mencintaimu.
_Mario Stevano Aditya Haling_
Shilla POV.
Kakak, maafkan aku. Aku benar-benar salah telah menampik perasaan tulusmu itu. Aku sadar kak, bahwa aku benar-benar mencintaimu. Aku bodoh kak, aku baru menyadari perasaanku bahkan setelah kau pergi.
Perasaan itu tak pernah salah kak, aku dan hatiku lah yang salah. Aku yang selalu menganggap perbedaan di antara kita adalah sebuah benteng kokoh untuk membatasi perasaan kita yang mustahil untuk bersama.
Kakak, aku  benar-benar bukanlah gadis yang baik. Ketika aku mengharapkan kau ada,tapi aku malah menampik perasaanmu. Kakak, aku baru sadar kau pemuda yang baik. Kau baik tapi tetap konyol di mataku.
Cinta memang buta kak.. Bahkan aku tak pernah peduli dengan semua tentangmu. Tak peduli dengan tarian goyang duyumu yang bodoh itu, tak peduli dengan gingsulmu, tak peduli dengan hidup pesekmu itu, dan tak peduli dengan kanker otak stadium akhir mu itu.
Tapi kak, cinta itu selalu datang di waktu yang salah..Ya, seperti cintaku padamu yang hadir justru disaat kau pergi.. Kak, janji kepadaku, kau akan menungguku sampai nanti aku kembali ke pangkuan Tuhan. Kita akan bersama disana karena disana tak ada dinding pembatas perbedaan antara kita.
Kak,cinta dan perbedaan itu bagaikan air dan minyak.. Mereka tak bisa bersatu, mereka terhalangi. Tapi kak, cinta dan surga itu menjadi perpaduan yang pas bukan? Sesuatu yang indah di tempatkan di tempat yang indah pula..
Tunggu aku kak, tunggu aku.. Dimana kita akan bersama tanpa ada perbedaan yang menghalangi kita..
_THE END_

Komentar

Postingan Populer