Penantian Panjang (Rify)

kaki kecil itu melangkah pelan menciptakan bunyi hentakan yang berirama, terkadang melompat melewati kumpulan titik air yang menggenang di lobang-lobang atau permukaan jalan. Memang saat semalam, dewa hujan memerintahkan anak buahnya untuk mengguyur kota kembang itu dengan beribu-ribu tetes air bening. membuat jalanan dan aspal menjadi licin dan basah tentunya, bahkan hujan tadi malam juga meninggalkan jejak titik air di ranting dan dedaunan.
Seorang gadis manis terlihat tengah berjalan pelan di sisi trotoar, menyusuri kota bandung dengan setianya. Pandangannya sibuk mengamati bangunan demi bangunan yang berjejer rapi di sudut jalan, mengamati keramian kota bandung yang sudah hampir mirip dengan kota metropolitan, Jakarta. Tak bosan-bosan memandanginya, meskipun sudah 20 tahun gadis itu menetap di kota bandung. Tinggal di sebuah kota yang memiliki keindahan alam tersendiri, kota bandung. Memiliki keindahan alam yang tak ternilai dan memiliki jutaan billion udara sejuk yang menyegarkan.

Gadis itu mengehentikan derap langkahnya. Sejenak melamun, pikirannya melayang jauh ke sudut langit biru yang tinggi. Kedua bola mata coklat yang indah itu terus saja menatap lekat ke arah sebuah bangunan tua yang sepertinya sudah tak berpenghuni lagi. Entah mengapa tatapannya seperti menunjukan sebuah rasa kecewa dan kerinduan yang amat sangat. Namun dengan cepat gadis cantik itu mengalihkan pandangannya berusaha mengontrol detakan jantung yang semakin cepat. Atau mungkin berusaha untuk tidak memutar memori indah itu dan berusaha menahan sebuah tetesan hangat yang sudah hampir keluar dari pelupuk matanya.





Uhh.. gadis itu menghembuskan nafas sebal saat sebuah tetesan bening itu jatuh dan mengalir lembut di pipinya. Membentuk sebuah aliran sungai bening yang terlihat perih. Tapi dengan cepat jemari lentiknya menepis kasar aliran bening itu, ia tak mau terlihat lemah di depan orang lain apalagi di depan orang yang sangat dicintainya. Tapi sayang orang yang dicintainya tak ada disini, dia jauhh ..







*





Di depan sana terlihat sebuah bangunan yang cukup besar dengan tembok yang bercat berwarna-warni. Di sebelahnya terdapat halaman luas dengan rumput hijau yang menyegarkan apalagi di sekililingnya nampak berbagai bunga cantik yang bermekaran. Tempat itu biasa disebut taman bermain, taman bermain yang sangat menyenangkan. Tapi tenang saja, gadis itu berjalan kesini bukan untuk bermain ayunan, jungkat-jungkit atau yang lainnya. Tapi ia lebih senang duduk manis di sebuah bangku berwarna kuning kecoklatan yang sudah menjadi langganannya bersantai.



Yaa.. setiap ada waktu senggang dia pasti berjalan kaki kesini. Melihat anak-anak kecil yang bermain dengan asiknya, melepaskan sebuah tawa bahagia yang terlihat menggemaskan. Wajah polos nan lugu yang selalu menjadi profil anak kecil membuatnya lebih tenang saat kesini. Sesekali tawa renyah ia tampilkan saat melihat tingkah lucu dari salah satu anak kecil yang bermain gembira.



Gadis itu duduk manis sambil menopang dagu, menatap ke depan dengan senyum manisnya. Seorang anak kecil yang memiliki wajah imut dan cantik juga datang mendekat ke arahnya.





‘’halo ka ipy, kemalin ko gak kesini sih ? kan aku kangen sama ka ipy’’ kata anak kecil itu dengan wajah gemas, apalagi lidahnya yang potal membuat ify tersenyum manis melihatnya.



‘’maaf ya agni sayang, kemarin kaka banyak tugas jadinya ga sempet kesini, kaka juga kangen banget sama agni’’ sahut ify –gadis tadi- sambil mengusap lembut puncak kepala agni –anak kecil itu-



‘’iya deh, aku maapin ka ipy’’ kata agni sambil mengangkat jari kelingkinya yang langsung ditautkan ke jari kelingking ify. Mereka berdua sama-sama tersenyum manis.



‘’uhmm.. agni mau ga beli ice cream ? ntar kaka deh yang beliin’’ tawar ify sambil mengerling jahil.



‘’mau deh, tapi aku maunya es klim stlobelly ya ka’’ jawab agni dengan senyum lebarnya.



Ify dan agni, berjalan beriringan layaknya seorang ibu dan anaknya. Sangat serasi, mereka tertawa dan bercanda bersama. Sosok agni yang menggemaskan itu mampu membuat ify sejenak melupakan lelaki yang sudah menorehkan sebuah luka kecewa di hati ify. Memang ini yang selalu ify inginkan, taman bermain ini selalu menjadi obat mala rindu dan rasa kecewanya.







‘’iihh, kaa ipy nakaaaalll’’ agni berteriak kencang saat tangan ify dengan seenaknya mencolekkan sebuah goresan ice cream di pipinya. Ify tertawa senang lalu berlari menjauh sambil menjulurkan lidahnya.



‘’ka ippyyy jaaangan llaalliii, awas ajah nanti aku kejaall, atau ga aku lapolin ke ka lio’’ teriak agni kencang dengan suara nyaringnya. ‘’Ooppss’’ agni berhenti berlari lalu dengan cepat menutup mulutnya.



Ify ? seketika ify mengehentikan hentakan kakinya yang berlari kencang itu. Kini ify malah terdiam mematung dan membisu. Ice cream conello vanilla yang tadi dinggenggam erat kini langsung jatuh ke tanah. Pikirannya kacau, jantungnya berdebar kencang mendengar nama itu, tubuhnya seperti terkena sengata listrik hingga mampu membuatnya bergetar hebat. uhh, sepertinya kejadian yang tak diinginkan akan datang lagi.



Bbrrukk !

Tubuh ify jatuh berlutut seketika, menyentuh tanah dan beribu butir pasir kotor. Kakinya sudah tak mampu menopang tubuhnya yang terasa kaku. Getaran hebat itu membuatnya berkeringat, matanya terasa perih menahan semua tetesan bening yang tak dapat terbendung lagi. Dari kejauhan, dengan tatapan menyesal agni menghampiri tubuh ify yang mematung kini. Tak puas-puasnya agni mendumel dalam hati, menyesali pengucapan katanya yang menyebutkan nama –LIO- atau tepatnya –RIO-.





RIO ? ada apa dengan sebuah nama itu ? ada apa dengan ketiga deretan huruf cantik yang diikat satu itu ? memang itu hanya sebuah nama biasa, namun bagi ify memiliki makna dalam di hatinya. Yaa.. nama itu mampu membuatnya melupakan keperihan dunia dulu yang begitu dashyat dihadapinya. Nama itu mampu membuatnya merasakan getaran-getaran cinta yang sungguh nikmat dan tentunya mampu membuat jantungnya berdebar kencang setiap detik.



Tapi sayang, kini sosok yang memiliki nama RIO itu telah jauh di Negara sebrang sana. Hmm.. setahun yang lalu tepat saat ulang tahun hari jadinya dengan Ify, Rio pamit untuk pergi ke PARIS. Menuntut ilmu dan mengejar cita-cita disana, karena kelak rio akan menjadi pemimpin di perusahaan terbesar di kota Jakarta. rio akan mewarisi berbagai macam bisnis dan perusahaan papanya. Saat itu, dengan berat hati ify melepas kepergian rio dengan sebuah kecupan hangat di bibir merahnya. Sebuah kecupan yang mungkin untuk terakhir kalinya.



Huuhh, ify merasakan dirinya seperti orang bodoh yang setiap detik menanti kepulangan rio. Sudah setahun lamanya, cintanya masih tetap utuh dipersembahkan untuk rio. Hanya rio, rio dan rio. Tak pernah sedikitpun perasaan bosan menyelip di hatinya, ia selalu bertekad untuk selalu menanti kepulangan rio dan akan hidup bahagia lagi bersama rio.



Namun sejak rio hilang secara tiba-tiba, tak memberikan kabar bahkan tak pernah menelpon atau hanya sekedar mengirimkan pesan padanya, ify menganggap rio sudah tak mengingat dirinya lagi. Mungkin sajakan kalau rio mempunyai kekasih baru disana, gadis-gadis yang lebih cantik tentunya daripada ify. Rasa keputus asaan sempat melandanya, menerobos semua pertahan yang sudah berdiri kokoh. Menghantam dan menghancurkan tembok-tembok ketegaran di hatinya. Membuat dirinya merasa bahwa harus mulai menghapus ukiran nama rio dihatinya. Menghapus bayang-banyang rio yang selalu mengganggu benak dan pikirannya.



‘’hmm.. ka ii..iippyy..’’ kata agni dengan suara lirih dan terbata-bata.



‘’….’’ Ify hanya meresponnya dengan sebuah butiran air mata. Tetap diam, tetap mematung, dan tetap membisu. Agni semakin merasa bersalah, lalu dengan kerasnya ia menangis sesenggukan mengeluarkan ucapan maaf dari bibir mungilnya.



Agni memang mengetahui siapa rio dan kemana rio. Ia mengerti jika ify sedih saat ditinggal rio, sangat mengerti meskipun umurnya yang baru menginjak 8 tahun. Karena dulu agni sering bermain bersama rio dan juga ify, menganggap mereka berdua sebagai bunda dan ayah keduanya.



‘’ka..ka.ii..ippyy..maapp..maapin..agni.yaa’’ kata agni di sela-sela tangisnya. Ify langsung tersadar dari semua lamunannya itu, kini kedua bola mata ify menatap tepat di manik mana agni. Memandangnya dengan tatapan sayu lalu dengan cepat mendekap tubuh mungil agni kedalam pelukannya. Membiarkan semua rasa yang tercampur itu tenggelam di tengah kehangatan ini. Membiarkan pelukan ini sebagai pengganti pelukan hangat rio dulu.









*





Detik demi detik sudah berlalu panjang, kini sang mentari mulai merangkak kembali ke peraduannya yang nyaman itu. Langit biru mulai menampakan warna merah oranye, dan perlahan berevolusi menjadi warna kehitaman yang begitu gelap. Satu persatu titik-titik bintang mulai bermunculan dan tergantung indah di atas langit, menemani pemimpin langit yang tengah kesepian karna kesendiriannya. Pangeran kegelapanpun sudah menampakan dirinya ke atas bumi. Mereka –bulan-bintang- mulai mengerahkan tenaganya untuk mengeluarkan siluet cahaya, menerangi malam gelap sekaligus menghiasi langit malam agar terlihat lebih indah.



Disana, di sebuah balkon rumah yang cukup megah dan mewah. Terlihat sosok gadis manis yang tengah asik melamun sembari menopang dagu. tubuhnya yang putih tinggi dibalut dengan sehelai kaos putih roxy tipis dan celana pendek sepaha berwarna kemerahan. Cukup terbuka hingga kulitnya dapat merasakan sentuhan lembut hawa dingin yang cukup menusuk ke tulang. Membuat tubuhnya bergetar dan bibirnya menggigil karna tak sanggup menahan belaian hawa dingin itu.



Namun sepertinya hawa dingin dan tusukan lembut angin dingin yang menerpa tubuhnya tak mampu membangunkan ify dari alam lamunanya. Pikiran dan benaknya masih tersita penuh karna sesuatu hal. Apasih yang membuatnya melamun hingga membuka mulut dan tak sedikitpun mengerdipkan mata ? segitu pentingnya kah ? hmm.. pasti angan-angannya sudah melambung tinggi kini, sangat tinggi karena sekarang sosok RIO yang tengah di pikirkannya. Lagi, Lagi, Lagi dan lagi. Tak pernah henti dan tak pernah bosan meskipun sudah beribu-ribu kali ify menjadi mayat hidup karena membayangkan sosok rio.



Ddrrrtt ddrrtt …

Tapi sebuah getaran keras sedikit menganggu dan menyita lamunanya. Getaran dari BBnya sendiri yang tengah tergeletak pasrah di atas meja. Ternyata sebuah panggilan masuk menghampiri BBnya disaat yang kurang tepat. Deretan nomer berjejer rapi di layar BBnya, tak ada nama ! hanya deretan nomer yang tak dikenal. Dengan malasnya ify menggerakan jemari lentiknya kea rah tombol reject. Lebih baik ia membuang waktunya untuk melamunkan rio, daripada mengangkat telpon dari nomer yang tak jelas pemiliknya.



Uhh, ify berdecak kesal saat getaran itu kembali terdengar keras di daun telinganya. Dengan cepat ify menekan tombol reject lagi, tanpa melihat nomer yang sudah menganggunya berulang kali. Untuk ketiga kalinya ! getaran keras kembali hinggap di telinganya. Ify yang mendengar lagi menjadi kesal sendiri, dumelan kasar terus ia lontarkan untuk mengutuk manusia yang sudah mengganggunya itu. Tapi dengan terpaksa ify menekan tombol answer dan menaruh BBnya tepat di samping telinga kanannya.



‘’haloo’’ kata ify dengan nada jutek bin judes.

‘’halo, hay ify. Ops, ini benar ify kan ?’’ Tanya orang di seberang sana. Suara itu ?! tiba-tiba darah ify berdesir halus dan bergelombang. Detakan jantungnya kembali berpacu cepat, bahkan sangat cepat dan tak terkontrol lagi. Raut wajah kesal dan emosi tadi kini berevolusi menjadi sebuah senyum manis dan tatapan mata tak percaya diiringi rasa kaget yang luar biasa.









Oh, god ! suara ini benar-benar mirip dengan.. dengan Rio ! yaa.. sangat mirip dengan rio. Ini rio, benarkah ? ahh, tapi rasanya tak mungkin. Mana mungkin rio mau menelponnya berulang-ulang kali meskipun sudah di reject. Rio kan sudah melupakannya. Pikiran itu menyelinap di hatinya membuat semburat wajahnya kembali suram dan kecewa.



‘’helo, bener ga ini ify ?’’ tanyanya lagi setelah diacuhkan oleh pikiran ify.

‘’hmm, iya. Ini siapa ya ?’’ agak ragu saat mengucapkan ‘siapa ya’ !

‘’hha ? keterlaluan kamu fy, masa lupa sama aku. aku rio fy, rio’’ katanya diiringi sebuah tawaan kecil. Hha ? tadi dia bilang apa ? siapa namanya ? jangan bilang kalau dia RIO ! JANGAN …. !!!!

‘hmm.. apa aku gak salah denger, coba ulangi’’ suruh ify.

‘’apa ? siapa aku ? aku rio fy, plise donk jangan sok amnesia gitu deh fy’’ katanya diiringi dengan tawa kecil lagi. Haruskah aku merasa senang ? atau marah ? saat mengetahui rio menelponku !

‘’rr..rriioo..rio?’’ kataku lirih

‘’iya fy, aku Mario stevano’’ jawabnya meyakinkan.

‘’aduh, sory banget yah fy. Sory banget, aku ga pernah ngabarin kamu sampe kamu bisa lupa sama aku. uhh, sory ya fy aku terlalu sibuk’’ lanjutnya dnegan nada sedikit lirih dan pelan.

‘’malah aku mengira, kamu udah lupa sama aku’’ jawabku cepat dengan senyum manis di sudut bibir.

‘’gak mungkin dan ga bakal mungkin. Aku ga mungkin lupa sama orang yang selalu mengisi hatiku ini, yang selalu dan selamanya aku cinta dan sayang’’ katanya tegas dan pasti.



Sekali lagi ! aku shock dibuatnya. Dia bilang bahwa dia sellau mencintaiku dan menyayangiku. Bahagia ! hanya itu perasaanku sekarang. Sudah bertahun-tahun lamany menunggu hingga akhirnya baru sekarang bisa mendengar suara lembutnya.





‘’I miss you so fy’’ katanya menganggetkanku.

‘’I miss you too rio’’ jawabku sumringah

‘’sunday, I will come back to indonesia’’ katanya semangan. APA ? dia mau kembali kesini ? terimakasih tuhan, tenyata engaku mendengar doaku selam ini.

‘’really ? itu yang sangat aku tunggu sejak setahun lalu’’ jawabku semangat dengan senyum sumringah

‘’yaps, aku akan kembali untuk ngelamar kamu jadi pedamping hidupku di atas bukit kenangan kita dulu. Disana.. tepat hari minggu’’ aku bisa mendenger bahwa rio mengatakan itu dengan suara lantang dan jelas. Oh tuhan, betapa bahagianya aku saat ini. Dan sebentar lagi aku akan sah menjadi miliknya seutuhnya.





*



Setelah berhari-hari aku menunggu, setelah berpuluh-puluh jam aku menunggu, setelah beribu-ribu detik aku menunggu dan setelah aku menanti akhirnya hari ini tiba juga. Hari ini memang cerah, bahkan sangat cerah. Burung-burung berkicau merdu, sementara sang bunga mengepakan kelopaknya dengan indah aku kira mereka juga ikut menyambut rasa bahagia ku ini. Rasa bahagia yang sudah bergejolak tinggi saat mengetahui hari ini telah tiba. Hari dimana mungkin aku akan menjadi milik rio sepenuhnya, hari dimana rio datang dan berlutut sambil berkata manis di depanku, tak lupa dengan kotak perhiasan yang berisi cincin berlian putih. Oh, god ! hal itu akan terjadi hari ini, yaa.. akan kupastikan itu semua terjadi.



aku berdiri mematung di depan sebuah cermin besar yang memantulkan keelokan tubuh dan wajahku. Aku tak ingin beranjak dari hadapan cermin ini, aku masih ingin memperhatikan lekuk wajahku yang biasa saja –menurutku-. Tubuhku yang tinggi semampai dengan kulit berwarna putih mulus di balut dengan gaun putih berwarna pink soft selutut. Jemari kakiku yang lentik itu dibungkus oleh sepasang high heels cantik berwarna senada. Tak lupa, rambutku yang bermodel keriting gantung ini di selipkan sebuah pita besar berwarna putih.



Apa aku sudah cantik dengan berdandan seperti ini ? memang aku tak mengenakan make-up sedikitpun, paling Cuma polesan bedak tipis saja. Karna seingatku rio tak suka dengan gadis yang suka memakai make-up apalagi yang tebal. ‘’huuhh’’ aku sedikit menghembuskan nafas sebal saat perasaan tak percaya diri itu muncul lagi. Kenapa sih aku jadi seperti ini ? padahal biasanya kalau ketemu rio perasaanku tak sehebat dan tak sedashat dulu, yaa.. meskipun setahun lalu.



‘’sayang, kamu jadi pergi ga ? udah jam 10 nih, ntar kasian loh rionya nunggu’’ teriak mamaku dari lantai bawah.



‘’iya ma, aku jadi pergi kok. Iya aku udah siap nih mau berangkat’’ jawabku tergesa-gesa.



*



Hmm.. kini aku berdiri di sebuah puncak bukit yang tidak terlalu tinggi. Rerumputan hijau yang menjadi alas dan juga dikelilingi oleh berbagai macam pepohonan rindang. Betapa sejuknya udara disini, betapa terangnya sinar mentari hangat yang memancar kearah tubuhku. rasanya sudah lama aku tak pernah kesini lagi, tentu saja setelah kepergian rio aku tak mau mendatangi tempat ini. Terlalu banyak kenangan yang akan menguras habis air mataku.



‘’RIO, I MISS YOUUU’’ teriakku dengan suara nyaring sehingga terdengar gemaan dari setiap sudut bukit ini.



Bola mataku tak bisa berhenti melirik arloji di tangan kiriku, setiap detik selalu aku lalui dengan keresahan. Sudah tak sabar ingin bertemu dengan kekaish tercinta, kekasih tersayang selamanya. Hatiku selalu berdenar kencang, bibirku serasa bergemetar dengan riangnya. Uhh, aku sudah sangat merindukan senyum manis rio, sangat merindukan belaian halus tangannya.



‘’hhooaamm’’ sudah 40 menit aku menunggu disini, namun rio juga tak kunjung datang. Meskipun kecewa aku akan selalu menunggunya. Hmm.. hembusan angin lembut ini membuatku ngantuk. Dengan berjalan pelan aku menuju sebuah pohon rindang yang tinggi menjulang ke langit.



Perlahan aku bersandar pada batangnya yang kokoh, lalu lama-lama rasa kantuk ku makin menjadi-jadi sehingga sekarang aku sudah berada di alam mimpi yang indah ini.







*





‘’hhooaamm’’ aku menguap lebar sambil menusap pelan mataku.



Aku melirik kea rah jam digital di tangan kananku. Oh tuhan, sudah jam 5 sore, berarti aku sudah tertidur selama 7 jam. Dengan cepat aku bangun, dan mengelilingi bukit tersebut. Terus dan terus berharap semoga rio belum datang, aku takut jika dia sudah sampai tapi karna melihatku tertidur dia lalu pergi lagi. Bisa-bisa semua mimpi untuk bertemunya sirna sudah oleh kelalaianku sendiri. aku begitu bodoh ! bagaimana bisa aku tertdidur begitu lama ?



Ddrrtt ddrrtt ..

Suara getaran BB ku sedikit mengacaukan pikiran tentang rio. Dengan tergesa-gesa dan bingung aku lalu mengangkat telfon itu tanpa melihat layar dan mengetahui siapa penelpon itu.



‘’halloo, ify ? ini ify kan ?’’ Tanya orang di sebrang dengan nada bergetar dan sedikit isakan. Siapa dia ? mengapa dia tau aku ?

‘’iya, maaf ini siapa ? ad aperlu apa dengan saya?’’ tanyaku sesopan mungkin

‘’gue Alvin, gue temen deketnya rio. Gue..guee cumaa mau bilang.. kalo..kaloo’’ ucapannya tersendat-sendat dan isakannya semakin keras ku dengar. Sebenarnya ad aapa sih ini ? sedikit demi sedikit aku juga gelisah.

‘’kenapa ? rio ? dimana dia ? dia janji akan bertemu denganku hari ini. Aku ingin berbicara dengan dia’’ jawabku sedikit antusias mendengar nama rio.

‘’uhmm..ehh..riioo..rio, diaa..’’ ahh.. kenapa sih orang ini ? aku menjaid bingung sendiri mendengar perkataannya yang tak jelas.

‘’rio udah meninggal’’ lanjutnya cepat dengan nada bergetar dan langsung diakhiri oleh tangisan kecil. Tapi ? apa ? rio meninggal ?

‘’rio meninggal ? haha, sungguh manis sekali kejutan kali ini. Kalian benar-benar ingin membuat surprise kan untukku ? oh, rio. Dia pacar termanis dalam hidupku’’ jawabku diselingi tawa renyah yang sebenarnya terlihat parau.

‘’tidak fy ! ini serius, ini kenyataan. Pagi tadi pukul 11 dia berangkat menggunakan pesawat ke Indonesia untuk bertemu dengan kamu, tapi ternyata kehendak tuhan berbeda dari semua rencana yang sudah disusun rapi, pesawat mereka mendarat darurat di sebuah hutan dann..dann semuanya meninggal !’’



JEEDDYYAAARRR !!!!

Apa-apaan ini ? apakah ini sebah lelucon belaka ? atau.. atau kenyataan pahit yang harus kutelan ? ahh, pasti mereka ingin membuata kejutan untukku. Rio kan sudah berjanji untuk menemuiku hari ini, bahkan akan menjadikanku miliknya seutuhnya. Alvin benar-benar keterlaluan bercandanya ! yaa.. ini hanya lelucon, hanya lelucon, hanya kejutan belaakkaa !!



Tapi..tapii kalau itu semua kenyataan ? sebuah kenyataan pahit yang mampu mmebuatku merasakan tusukan jarum tajam di setiap pori-pori kulitku. Sebuah kenyataan yang mampu membuat ku ingin tertidur dan terus teritdur dan menganggap semuanya hanya mimpi. Ohh ! rio, cukup sudah semua janji palsu itu terucap ! cukup sudah kau menggoreskan luka di dadaku ini, tak taukah kau bahwa rasa sakitnya terasa menusuk dan sangat perih ! sampai rasanya, tubuhku bagaikan selembar kain tanpa benangnya. Kau membuatku gila rio, aku gila karna cintamu dan semua tentangmu.



‘halo, halo, ify fy ! jangan sedih, ini semua takdir tuhan ! tetaplah tersenyum mesti semuanya terasa sakit’’ ktanya lembut.

‘’kamu bohong vin, rio gak mungkin ninggalin aku ! rio sayang dan cinta sama aku !!!!’’ teriaku dengan keras. Lalu tanpa basa-basi lagi ..



BBrraakkk ..

BB kesayanganku itu terlempar dan terhantam sebuah bongkahan batu. Menjadikannya sebuah benda rusak yang tak berguna lagi. Aku tak mau mendnegar semua penjelasan dan kata-kata yang mmebuatku semakin sakit.



‘’RRRRIIIIIOOOOOOOOO’’ teriaakku dengan rembesan air mata yang mengalir deras tanpa ampun.



Cukup sudah ! cukup dan cukup semuanya ! berakhir sudah kisah penantian ku kini. Yang tersisa hanya seberkas kenangan indah dan pahitnya. Hanya tetesan hangat mewakili perasaan hancur. Hanya goresan luka dan perih yang selalu membekas di hati. Semuanya telah berakhir pengorbananku. Sampai disini aku menanti cinta yang tak kunjung datang, malah sekarang pergi menjauh menemui ajalnya. Rio memang jahat ! sangat jahat, dia pergi dengan mencuri seluruh potongan hati dan cintaku. Membiarkannya tergenggam erat meskipun perlahan hancur terkikis oleh keadaan.



Aku salah mencintainya ! seharusnya dulu aku memintanya untuk mengembalikan cintaku dan melepaskan hatiku dari genggamannya sebelum dia pergi. Tapi terlambat ! semuanya terlambat, hanya ucapan sesal dan tetesan hangat yang terus ada. Oh tuhan ! kini sudah hancur semuanya, tak ada lagi yang perlu aku nantikan. Penantian panjangku selama ini hanya sia-sia, hanya sebuah kejadian membuang waktu dan air mata. Bertahun-tahun sudah aku melakukan penantian panjang untuknya, tapi ternyata apa ? hari ini dan detik ini semuanya bagaikan kepingan berlian putih yang semu. Tak berguna dan tak mungkin terlihat, meskipun meninggalkan seberkas cahaya terang yang berkilauan indah. ternyata aku baru sadar, bahwa aku hanya ditakdirkan sendiri, tanpa seorang pun yang aku cintai !

Komentar

Postingan Populer