Takkan terganti

“RIOOO!! Gue sukaa sama eloo!!” teriak seorang gadis dengan semangat berkobar (?). orang yang dipanggil RIO itu hanya melengos pasrah, lalu dengan gerakan cepat menghindar dari serangan gadis itu.

Introduce (?) : Rio, Mario Stevano. Seorang cowo cakep, manis, kulit yang berwarna kecoklatan, bermata indah ini adalah ‘pangeran sekolah’ di SMA Idola. Ify, Alyssa Saufika, gadis yang cantik, manis, penurut, berkulit putih bersih adalah gadis ‘penggemar’ Rio. Dia suka mengejar-ngejar Rio, yang membuat Rio sendiri menjadi ilfeel melihatnya-,-
Ify sudah suka dengan Rio semenjak ia kelas X dulu, sekarang ia sudah kelas XII. Rio juga kelas XII. Tapi mereka berdua tidak sekelas.

“RIO! Jangan pergi!!”  Ify mengejar Rio.

“IFY! Pliss deh jauh-jauuhhh.” Kata Rio bergidik.

“gue sukaa sama lo, gue gakmauu jauh dari lo..” kata Ify mengedipkan sebelah matanya pada Rio. Rio bergidik ngeri.

“apasih lo? Hiiiiiiiiiii..” Rio langsung masuk ke kelasnyaa.

“ishh, Rio mah selalu gituu. Gue masuk kelas juga ah” gumam Ify seraya melangkahkan kakinya ke kelasnya.
***
TET TEEEEEEEEEEETT
Bel istirahat SMA Idola sudah berbunyiii,. Seluruh siswa dengan semangat berlari menuju kantin._.
“Vi, ke kantin yukk?” ajak Ify pada Sivia, sobat karibnya.
“yukkk. Semangat banget lo? Ohh iyaa gue lupaaa kan elo mau ketemu Rio kan?” cibir Sivia. Ify nyengir.
“heheee, tau aja lo. Yukkk ahh.” Mereka berdua segera ke kantin

-Kantin-

“ngapain lo clingak-clinguk Fy?” Tanya Sivia heran.

“ituu.. si Rio mana ya? Biasanya juga udah ke  kantinn..”gumam Ify. Sivia menoyor Ify gemas.

“Rio mulu yang lo pikirin. Mending makan duluuuu.” cibir Sivia. Kini mereka sudah duduk di bangku pojok kantin.

Ify meringis, sambil nyengir “ elo jugaaa, makanan mulu yang dipikirin!” kini, giliran Ify yang mencibir Sivia.

“bodo!.” Mereka berdua pun memesan makanan dan minuman masing-masing, lalu menikmatinya.
***
“Yo, lo kaga ke kantin?” Tanya Gabriel, sahabat Rio.
“males Yel.” Jawab Rio singkat, sambil menaruh kepalanya di atas meja, dengan kedua tangan sebagai tumpuannya.
“males ketemu Ify?” ejek Gabriel.
“tuh tauu.” Jawab Rio masih dengan posisi yang sama.
“lo gak laper apa?” Tanya Gabriel.
“iya sihh, etapi gue males ah keluar.” Rio tetep kekeuh pada keputusannya.
“heuh, yaudahh, gue tinggal sendiri yaa? Hati-hati ajaa lo di kelas sendirian.. hiiiiiiiiiiiiiiiii” Gabriel langsung ngacir keluar kelas. Rio yang mendengarnya, spontan bangkit dan menyusul Gabriel.
“WOY YEL TUNGGUIIIIIIINN!!” teriak Rio.
***
“wahh Fy, pujaan hari lo masuk tuhh.” Goda Sivia.

“hehheee,” ify Cuma nyengir dan senyum-senyum sendiri.

“panggil aja gih.” Usul Sivia.

“RIO! Siniii..” panggil Ify melambai-lambaikan tangannya. Rio menoleh, lalu melengos.

“kita disana aja yah Yo? Ga ada tempat lagiii..” bujuk Gabriel,

“yahh jangan disana lahh Yel..” pinta Rio melas.

“terus kita lesehan disini?” Tanya Gabriel.
“yaudahh deh, terpaksa mauu nih guee.” Seru Rio ngga ikhlas. Gabriel tersenyum puas, lalu melangkah menuju meja IfySivia. Rio mengikuti. Dia sudah was-was sendiri, melihat Ify yang udah senyum-senyum sendiri-,-

“heyy kita gabung boleh kan?”  Tanya Gabriel.
“iyaa boleh, gabung ajaa.” Kata Sivia tersenyum. Gabriel duduk di hadapan Sivia.
Rio? Hh,, gak tau karna nasib atauu emang takdir, ia duduk berhadapan dengan IFY.
“lo mau pesen apa Yo?” Tanya Gabriel
“terserah lo aja deh.” Serah Rio. Gabriel pun memesan makanan dan minuman untuknya dan Rio. Tak lama, pesanan pun datang.
“Rio, rio, mau gue suapin nggak?” Tanya Ify dengan nada dimanis-maniskan-_-v
“heh? Gak usah, ntar rasanya malah asin lagii.” Tolak Rio cuek.
“ngga kok, aku kan maniiiss..” balas Ify pe-de.
“yeahh!” respon Rio, masih melahap baksonya.
“ihh kok responnya Cuma gitu doang sih?” protes Ify.
“terus gimanaaa?” Tanya Rio mencoba bersabar.
“apa kek gituuuu.. ginii aja dehh “Ifyy, kamu manis, kamu cantikk, kamu mau nggak jadi pacar akuu?”” kata Ify semangat.
“itu sih elo yang ngarep!” toyor Rio
“harapan kan bisa aja jadi kenyataan.” Celetuk Gabriel. Rio melotot pada Gabriel.
“hehehee..” Gabriel Cuma nyengir sambil memamerkan jari telunjuk dan kelingkingnya bersamaan.
“bener Yel! Setuju guee.. Harapan bisa jadi kenyataan..” sambung Sivia
“heheee, tuh Yo, mereka aja udah doain,. Tembak gue dong.” Pinta Ify manja.
“Ogah!” tolak Rio mentah-mentah.
“yaaahhhh.. dramanyaa kurang seruu kayanyaaa..” kata Gabriel polos. Sivia tertawa.
“bener Yel. Coba ajaaa yang cowonya nembak cewenyaa, terus ngasih bunga gituuu. Kan kaya drama-drama gituuuu.” Tambah Sivia yang masih tertawa. Gabriel ikut tertawa, lalu bertos-ria dengan Sivia.

Ify senyum-senyum sendiri, sedangkan RIO? Sudah melengos paraaahh-,,-

TET TEEEET TEEEEEEEEEEETT!!
Bunyi bel masuk sudah berkumandang. Mereka semua berhamburan ke kelass masing-masing.

“beib Rio, gue ke kelas dulu yah. Byeeeee!!” kata Ify manja, lalu segera beranjak, karna tangannya ditarik oleh Sivia.
Rio bergidik ngeri, Gabriel sudah tertawa ngakak.

“hahhaaa, itu gebetan lo kelakuannya aneh banget Yo.” Ujar Gabriel masih tertawa.

“dia bukan gebetan gueee, gue kalii yang gebetannya diaa.” Ralat Rio tak terima.

“haaalaah, paling juga elo naksir sama Ify? Ya kan? Iyakannn?” goda Gabriel,. Rio mendengus.

“kagak aneh-aneh dah lu yel. Yuk ke kelas..” kata Rio ketus, lalu berjalan duluan. Gabriel hanya geleng-geleng kepala, lalu mengikuti Rio,,.
***
Pulang Sekolah!!
Yeay! Pulang sekolah! Saat yang ditunggu—tunggu kalau sedang sekolah..Ify sudah keluar duluan..
“mana nih mama? Katanya udah di depan?”  gumam Ify bertanya-tanya,. Tak lama, mobil Alphard berhenti di depannya.

“Ify! Ayoo sayang..” panggil mama Gina dari dalam mobil. Ify langsung masuk, dan duduk di belakang, bersama mamanya.

“tumben mamah jemput Ify..” kata Ify heran.

“jadi mamah gak boleh nih jemput anaknya sendiri di sekolah?” Tanya mama Gina.

“hehee, boleh lah maaa..” kata Ify senang. Mama Gina tersenyum, lalu membelai rambut anak perempuannya ini “semoga senyum itu terus terukir di wajah kamu, nak” ujar Mama gina dalam hati.
****

-Malam Harii-
@Rumah Rio.
“hmmmm, besokk gue mau nyatain perasaan gue sama Shilla. Gue gugup banget sumpah deh..” Rio bergumam sendirian di balkon kamarnya.

“apa dia mau nerima gue? Hh.. optimis aja dehh.” Lanjut Rio yakin.
Rencananya, esok pagi ia mau menyatakan perasaannya pada seorang gadis bernama Ashilla Zahrantiara, atau biasa dipanggil Shilla. Ia sudah lama memendam perasaannya.
Shilla, gadis yang mempunyai wajah cantik, bola mata yang indah, dan senyum yang menawan, terlebih bagi Rio. Ia juga kelas XII, sama dengan Rio. Tapi mereka tidak sekelas.
Kemudian, Rio masuk ke dalam kamarnya, dan beranjak tidur, karna hari mulai larut.
***
-Keesokan Harinya di SMA Idola-
Ify yang pagi ini baru datang terheran-heran melihat siswa-siswi sedang berkumpul di lapangan..
Apa mungkin ada artis dateng? Ah masa sih? Gak mungkin ajaa. Pikir Ify bingung.

“ada apaan sih Yel?” Tanya Ify pada Gabriel disana. Disebelahnya ada Sivia dengan wajah cemas.

“lo kenapa Vi? Cemas amat muka lo?” Tanya Ify pada Sivia. Heran.

“ennggg.. ituu…..”

“Rio baru aja nembak Shilla, dan diterima.” Ucapan Sivia dipotong oleh Gabriel. Sivia menginjak kaki Gabriel keras.

“awww.. napa sih lo?” Sivia mengisyaratkan Gabriel untuk diam. Gabriel mengerti.

“Apa ini? Apa aku ngga salah denger? Ini semua nyata? Atau Cuma mimpi?” batin Ify masih tak menyangka.
Ia terdiam. Kakinya merasa sullit untuk digerakkan. Mulutnya terkunci rapat serapat-rapatnyaa.
Dunia serasa berhenti berputar,..

“Fy….” Panggil Sivia  hati-hati.

“lo sih Yel, jadi gini kan?” omel Sivia pada Gabriel. Gabriel Cuma nyengir, dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal :o

“nyengir lo…” cibir Sivia. Gabriel mendengus.

“Fy…… lo.. lo ngga papa kan??” Tanya Sivia pelan.

“Vi, ini Cuma mimpi kan? Bilang sama gue Vi, kalo ini semua Cuma mimpii…” kata Ify mengguncangkan badan Sivia.
Sivia terdiam, tak tau harus menjawab apa.

TAP! Langkah dua orang membuat Ify, Sivia dan Gabriel menoleh ke sumber suara.

DEG!
Pemandangan yang amat menyesakkan bagi Ify. Rio dan Shilla berada di hadapan mereka, dengan tangan yang saling bertautan, dan senyum bahagia merekah di wajah mereka berdua.
Mereka semua diam, tidak bereaksi apa-apa. Rio mengerutkan dahinya bingung.

“lo semua kenapa diem?” Tanya  Rio bingung.

“Selamat yah Yo?” Tanya Ify sambil mengulurkan tangannya. Sivia dan Gabriel menatap Ify tak percaya. Rio menyambut nya dengan senyum,, begitu juga Shilla.

“iyaa, makasih..” kata Shilla dan Rio.

Ify hanya tersenyum menanggapinya. Bukan senyum bahagiaa, tapi senyum kepedihan.
Tapi, senyum itu tampak tulus di wajahnya yang sedikit pucat.
Bagaimana tidak? Orang yang ia sayang, dan bahkan ia cintai jatuh ke pelukan gadis lain. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Pasrah, menerima kenyataan saat ini.
“Tuhaann, apa aku bisa menjalani semua inii.. aku cinta diaa.. aku sayang diaa. Tapi.. tapi kenapa semua menjadi begini? Apa pengorbanan ku selama ini sia-sia?” batin Ify lirih.

“apa aku tidak bisa mendapatkan cinta sejati? Apa aku tidak bisa memiliki hati Rio? Kapan aku bisa mendapatkan kebahagiaan ku itu ya Allahh.. apa takdir tidak mempersatukan aku dengan Rio??” batin Ify lagi.

“argghh..” Ify mengerang pelan, memegangi kepalanya yang terasa sakit.. Sivia yang disebelahnya langsung khawatir.

“Fy, lo kenapa? Lo ngga papa kan?” Tanya Sivia panic.

“ngga, ngga kokk Via. Gue ke kelas duluan.” Kata Ify langsung berbalik. Namun, baru selangkah ia berjalan, ia sudah ambruk. Jatuh tak sadarkan diri. Ia pingsan. Untung saja, Sivia langsung sigap menahan tubuhnya.

“Yel, bantuin guee cepet. Bawa Ify ke UKS!” suruh Sivia. Gabriel mengangguk, lalu membopong Ify menuju UKS. Sivia mengikuti, tanpa sadar meninggalkan Rio dan Shilla yang masih berdiri tegak disana.

“kamu ngga ikut Yo?” Tanya Shilla lembut.

“ngga, kan udah adaa mereka.. ngapain juga repot-repot.” Kata Rio enteng. Lalu mereka berdua berjalan menuju kantin.
***
Gabriel dan Sivia hampir sampai di UKS.
“Viaa, Ify mimisan!” teriak Gabriel. Sivia bertambah panic.

“ayoo, cepet Yel. Gue takut terjadi apa-apa sama Ify..” tanpa sadaar, Sivia mengeluarkan air matanya,. Ya, ia menangis.

-UKS-
“bu Uccie, tolong ify yah? Dia pingsan.” Kata Gabriel cepat pada pengurus UKS. Bu Uccie mengangguk. Gabriel menurukan Ify ke matras yang tersedia di UKS.

“kalian boleh keluar duluu.” Kata Bu Uccie. Gabriel dan Sivia mengangguk berat, lalu keluar dari UKS.
Bu Uccie pun menutup pintu UKS, dan segera memeriksa keadaan Ify.
***
“Yel, temen lo itu udah gak punya hati apa yah?” Tanya Sivia sinis.
“maksud lo?” sivia menunjuk pojok kantin. Tampaklah Rio dan Shilla yang sedang bercanda-canda disana.

“liat tuh mereka. Gak tau apa ada temen sakit masa gak kesini sih? Ckckck!” Sivia berdecak kesal.

“ngga ngerti juga gue Vi. Selama ini Rio ngga pernah cerita kalo dia suka sama Shilla, gue juga baru tau tadi dia yang bilang.” Kata Gabriel.

“gue.. gue ngga tau gimana Ify setelah ini.” Lirih Sivia menunduk,. Air matanya mulai keluar lagi. Ya, bagaimanapun juga, Ify adalah sahabatnya yang paling baik. Sahabat yang lebih dari segala-galanya.
Gabriel yang merasa iba pun mendekati Sivia, dan merangkul cewe yang sedang rapuh itu.

“sabar, semoga Ify bisa nerima Vi..” kata Gabriel mengusap-ngusap pundak Sivia.

“tapi lo tau kan Yel? Ify itu suka sama Rio..” kata Sivia.

“iyaa gue tauu.” Jawab Gabriel.

“dia udah cinta mati sama Rio. Dia pernah rela-relain ngga makan seharian Cuma untuk ngumpulin foto-fotonya Rio. Tapi gue heran Rio.. dia tega banget sama Ify.” Isak Sivia. Gabriel mengarahkan Sivia ke hadapannya. ditatapnya bola mata gadis cantik didepannya ini.

“denger Vi. Kita akan buat Ify ngga sedih. Kita usaha buat Ify semangat. Kita harus berusaha supaya Ify bisa ngelupain Rio.!” Ujar Gabriel mantap. Sivia membalas tatapan Gabriel.

“lo… yakin?” Tanya Sivia ragu. Gabriel mengangguk mantap.

“di dunia ini ngga ada yang ngga mungkin Via.” Ujar Gabriel mantap.

“oke, gue juga akan coba.” Jawab Sivia mantap, lalu menyeka air matanya. Gabriel tersenyum puas.

“makasih, lo udah nenangin gue.” Kata Sivia pelan.

“no prob.” Jawab Gabriel.

KLEK!
Pintu UKS terbuka, Sivia dan Gabriel langsung menghampiri Bu Uccie.

“Bu? Apa Ify sudah sadar?” Tanya Sivia khawatir.

“dia belum sadar. Sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit. Mimisannya tidak mau berhenti..” ucap Bu Uccie.

“ha? Kok bisa bu?” Tanya Sivia kaget.

“Ibu juga kurang tauu, mungkin Ify punya penyakit..” gumam Bu Uccie.

“yel, panggil ambulance sekarang.” Perintah Sivia. Gabriel mengangguk, lalu segera menelepon ambulance.

Ya Allah, semoga ify ngga papaa..” doa Sivia dalam hatinyaa.

Tak lama kemudian, ambulance datang.  Ify segera di bawa ke rumah sakit. Sivia juga ikut, dengan ambulance itu. Sedangkan Gabriel, ke ruang kepsek untuk member tahu kejadian ini.
***
“Yo, si Ify kenapa ya? Kok sampai di bawa ke rumah sakit sih?” Tanya Shilla sedikit heran.

“halahh, paling juga kecapekan..” jawab Rio santai. Tapi, entah mengapa ia merasakan khawatir pada Ify.

“masa kecapekan sampe dibawa ke rumah sakit?” Tanya Shilla lagi. Rio tertegun. Hatinya berontak ingin melihat keadaan Ify sekarang.

“mending kita Tanya si Iel aja..” kata Rio seraya bangkit. Shilla mengangguk, dan mengikuti Rio.
***
“Yel, si Ify kenapa?” Tanya Rio pada Gabriel yang baru saja keluar dari ruang kepsek.

Gabriel melirik Rio sinis. ”penting yah buat orang ga punya perasaan kayak lo?”

Rio terlonjak. “ maksud lo apaa? Gue nanya baik-baik sama lo!” kata Rio tajam.

“hahaa baik? IYA! Setelah lo ancurin perasaan orang yang jelas-jelas SAYANG dan CINTA sama lo? IYA kan?” bentak Gabriel. Rio tertegun., hatinya terasa seperti teriris.

“kenapa?? Lo gak bisa jawab pertanyaan gue?” sinis Gabriel.

“Ify.. kenapa dia Yel??” Tanya Rio pelan.

“dia mimisan, dan langsung di bawa ke rumah sakit.” Jawab Gabriel dingin dan langsung meninggalkan Shilla dan Rio.

“Yo.., kita jenguk Ify?” Tanya shilla pelan.

“gak usah. Gak penting  buat gue.. kita disini aja..” jawab Rio dingin. Shilla Cuma mengangguk.


“sorry, gue ngebentak elo Yo. Lo udah keterlaluan..” gumam gabriel dari kejauhan, lalu segera memacu motornya ke Rumah Sakit.
***
@RS. Mitra Jaya

IFY segera di bawa petugas rumah sakit Mitra Jaya ke ruang UGD. Mimisannya tak kunjung henti. Baju seragamnya bahkan hampir seluruhnya berwarna merah karena terkena darah. Sivia terus menangis, dan menggenggam erat tangan Ify.

“Fy, lo yang kuat ya? Gue sayang sama lo.” Isak Sivia. Sampailah mereka di ruang UGD.
Karena tidak diperbolehkan masuk, Sivia terpaksa menunggu diluar. Dokter pun segera menangani ify.

TAP TAP. Langkah seseorang membuat Sivia  mengalihkan pandangannya.
“Iel..”

“gimana Ify, Vi??” Tanya Gabriel, lalu duduk di samping Sivia.

“dia di UGD, lagi ditangani sama dokter..” kata Sivia lirih.
Gabriel mengusap punggung Sivia, menenangkan gadis itu.
“lo tenang Via, kita berdoa ajaa, supaya ify ga apa-apa..” Sivia mengangguk.

“terus? Si Rio gimana yel?” Tanya Sivia.

Gabriel menghela nafas, lalu menjawab dengan nafas tertahan “dia gak peduli Vi,. Dia keterlaluan.. hatinya udah berubah jadi batu.”

“hhh….” Sivia hanya menghela nafas panjang.. lalu keduanya sama-sama terdiam. Dalam keheningan
***

@Rumah Rio
Rio sedang termenung di kamarnya. Pikirannya sekarang tertuju pada gadis itu. Gadis ceria yang selalu mengejar-ngejarnya. Ify. Ya Alyssa Saufika.

“kenapa gue khawatir yah sama dia? Hmmm..dia sakit apa sih?” pertanyaan itu seketika terlintas di benak Rio.

“hah, udahlah, mending gua tidur aja..” gumam Rio, lalu tertidur di kasurnya.
***

 2 jam kemudian, dokter yang menangani Ify keluar.

“dok,gimana keadaan Ify?” Tanya Sivia langsung. Gabriel mengikuti.
Dokter lakilaki paruh baya itu menghela napas panjang,, “ kalian siapa Ify?” Tanya dokter itu. Sebut saja Dokter  Anwar.

“kita temannya..” jawab gabriell cepat.

“boleh saya bertemu keluarganya?” Tanya dokter Anwar.

“sebentar lagi mamanya dateng..” ucap Sivia.

“kita boleh liat?” Tanya Sivia.

“sementara ini tidak boleh, karna Ify harus istirahat.” Jawab dokter Anwar.

“Dokter, gimana keadaan anak saya?” Tanya mama Gina yang baru datang. Raut wajahnya menggambarkan kekhawatiran yang mendalam.

“mari ikut saya Bu..” mama gina mengikuti Dokter Anwar ke ruangannya. Sivia dan Gabriel tetep disana.

“kira-kira Ify kenapa yah Yel? Kok kayanya serius gitu?” Tanya sivia. Gabriel hanya mengangkat bahunya, pertanda Ia tidak tau apa-apa.
***


-Ruang Dokter Anwar-

“dok, gimana keadaan Ify?” Tanya mama Gina khawatir.
Dokter Anwar balik bertanya.
“……………. apa Ify punya penyakit kanker Otak?” Tanya dokter Anwar hati-hati.

Mama gina terperanjat, lalu mengangguk pelan.

“iyaa, stadium 2.” Jawab mama Gina lirih.

“saya sudah duga. Dan sekarang, kanker otak itu semakin parah. Sekarang sudah stadium 4.” Kata Dokter Anwar dengan raut wajah yang tak enak.

Mama gina menatap dokter anwar tak percaya “dok? Stadium 4 itu….. stadium akhir kan?” Tanya mama Gina hati-hati.

“iya, itu puncak dari kanker otak.” Jawab dokter anwar.

Mama gina mulai menangis, tak menyangka anak gadis satu-satunya mendapatkan penyakit yang sudah separah itu.

“apa.. apa itu masih bisa disembuhkan dok?”

“disembuhkan? Mmm itu berat, karna menurut hitungan medis, kehidupan Ify hanya tinggal 20 %.”  Jawab dokter anwar. Mama gina semakin terisak/.

“dok, tolong, lakukan yang terbaik buat anak saya. Saya mohon..” dokter anwar mengangguk ragu.

“baik, kami akan melakukan sebisa kami..” ujar dokter anwar.

“terima kasih, dok. Saya permisi…” dokter Anwar mengangguk. Mama gina pun keluar dari sana.
***
mama gina kembali ke depan ruang UGD dengan mata sembab.
“tante, ada apa? Ify ga apa-apa kan?” Tanya Sivia langsung.

Mama gina duduk disebelah Sivia, lalu menjawab “kamuu mau tau yang sebenernya?”
Sivia mengangguk yakin.

“Ify.. ify mengidap kanker otak.. stadium 4.”

Sivia menutup mulutnya tidak percaya. Gabriel juga kaget.

“tante… tante gak bohong kan?” Tanya Sivia memastikan. Mama gina menggeleng..

“kenapa.. kenapa bisa seperti ini?” lirih Sivia masih tak menyangka. Gabriel merangkul Sivia..

“dulu, waktu Ify berumur 3 tahun,  dia sudah divonis dokter mengidap kanker otakk stadium 1. Tante tidak member tau pada siapapun, kecuali keluarga tante.. Dan….. Ify juga tidak tau soal ini” jelas mama gina. Air matanya mengalir deras.

“hikss. Hiksss…..” Sivia menangis terisak.. tak menyangka sahabatnya ‘dianugerahi’ penyakit separah itu..

“kalian ikut ke dalam?” Tanya mama gina. Sivia dan Gabriel mengangguk.
***

-Ruang rawat Ify-

Serba putihh, ruangan ini berbau obat.. terdapat seorang gadis berbaring disana.
Wajahnya pucat, bibirnya memutih.. IFY.

“Ifyy…” lirih mama Gina memegang erat tangan putrinya itu.

“kenapa… kenapa kamuu bisa seperti ini nak. Kenapa?” lirih mama gina.

Sivia dan Gabriel hanya terdiam menatap keadaan ify yang lemah itu..

KLEK! Pintu UGD dibuka oleh seorang laki-laki paruh baya –papa Ify- dan diikuti oleh remaja laki-laki dibelakangnya –Kakak Ify-

“mah, gimana Ify?” Tanya papa Ify khawatir.

“dia.. dia makin parah pah..” jawab mama Gina pelan.

“maksud mama apa?” Tanya Eizel –kakak Ify- angkat bicara.

“kanker otak Ify, sudah naik menjadi Stadium 4.” Jelas mama Gina. Papa Ify menatap anak gadisnya tak percaya.

“mah, ini bohong kan?” Tanya Eizel tak terima.

“ini benar, nak. Kanker otak Ify sudah menjadi stadium akhir..” jelas mama Ify lagi.

“gak, gak mungkinn…” kata Eizel tak percaya. Lalu ia berjalan ke samping Ify.

“Fy, pliiss banguuun. Sadar Fy. Liatt mama papa dan temen lo udah nungguin lo.. pliss bangunn..” bisik Eizel di telinga Ify. Tampak disudut matanya keluar air mata.

Sivia semakin menangis.. Gabriel mempererat rangkulannya pada gadis ituu..

Perlahan, tangan Ify bergerakk..
“mah, pah, tangan Ify gerak..” seru Eizel.

“gue panggil dokter.” Ujar Gabriel langsung keluar untuk memanggil dokter. Lalu, kembali bersama dokter anwar.

Dokter anwar pun memeriksa keadaan Ify..

“bagaimana dok?” Tanya papah Ify.

“kondisinya stabil saat ini.. tapi dia perlu beristirahat. Saya permisi..” semuanya mengangguk lega. Dokter anwar pun berlalu.

“ma…maa…” Ify sadar dan membuka matanya.

“ify? Kamu sudah sadar nak?” Tanya mama Ify girang. Ify mengangguk lemah.

“if..fyy.. kena..pa mah?” Tanya Ify lemah. Semua terdiam dan saling berpandangan.

“ify, lo istirahat dulu ya?” kata Sivia mencoba mengalihkan pembicaraan. Air mukanya dibuat biasa saja, agar Ify tidak curiga.

“Vi.. gue..ke..napa?” Ify masih bertanya hal yang sama.

“ngg… lo ngga papa kok Fy..” jawab Sivia gugup.

“kak, gue kena..pa??” Tanya Ify pada Eizel.

“kamu gak apa-apa, kamu Cuma kecapekan..” kata Eizel berusaha menutupi kegugupannya.

“masa Ify kecapekan sampe mimisan sebanyak itu?”  Tanya Ify menunjuk seragamnya yang penuh darah  yang diletakkan di dekat kursi.
Semua terdiam –lagi-. Tidak tau harus menjawab apa.

“sudah Fy, nanti kami akan menjelaskan yang sebenarnya.” Kata Papa Ify angkat bicara.. sontak  semua menatap papa Ify.

“bener yah Pah?” Tanya Ify memastikan.

“iyaa. Tapi kamu istirahat dulu yah?” Ify mengangguk, lalu tidur.

“pah, papah yakin?” Tanya mama Gina.

“ini semua udah jadi hak Ify untuk tau yang sebenarnya ma..” jawab papa Ify bijak. Semua mengangguk pasrah.

“ehhmmm, Om, tante, kak, kita pulang dulu ya?” kata Sivia. Mereka semua mengangguk.

“hati-hati Vi…” Sivia mengangguk dan tersenyum. Lalu keluar bersama Gabriel.
***
“Vi, gue bener-bener gak nyangka..” kata Gabriel memulai argumentasi (?).

“hh,, gue apalagi?..” balas Sivia tanpa menatap Gabriel.

“lo pulang sama gue aja ya?” Sivia mengangguk pasrah..

Mereka berdua pun pulang._.
***
SKIP!!

-Keesokan Harinya-
Gabriel baru saja datang ke sekolah.. ia melihat Rio sedang duduk melamun dibangkunya.
Gabriel pun duduk di bangkunya tanpa memperdulikan Rio. Saat  ia ingin bangkit, dan keluar dari sana, Rio memanggilnya,.

“Gabriel….”

Gabriel menghentikan langkahnya, tetapi tidak membalikkan badannya. “ apa?” Tanya Gabriel dingin.

“emm gimana keadaan si Ify?” Tanya Rio, sedikit menekankan ucapannya di kata ’Ify’.

Gabriel tersentak.. “masih peduli lo?”

“jelas gue peduli. Dia itu temen gue!” bentak Rio. Sedikit tidak rela mengucapkan kata ‘temen’.

“hahahhahaaa Temen? Temen lo bilang? Kemana aja lo kemaren??”  Tanya Gabriel dengan tertawa meremehkan.

Rio merasa rahangnya mengeras.”Yel, kasih tauu guee. Gimana dengan Ify?!” gertak Rio.

“lo beneran mau tau?” Rio mengangguk dua kali, pertanda ia serius.

“lo dateng sekarang ke RS. Mitra Jaya..” kata Gabriel lalu beranjak dari sana.
Tanpa pikir panjang, Rio segera pergi ke RS Mitra Jaya.
***
@RS Mitra Jaya

“mbak, Alyssa Saufika di rawat di ruang mana ya?” Tanya Rio pada resepsionis di rumah sakit itu.

“Ruang Anggrek 24 mas..”

“oke, makasih mbak..” Rio segera berlari menuju ruang rawat Ify. Perasaannya sangat tidak enak, entah kenapa.
***

-Anggrek 24-

KLEK!

Rio membuka pintu ruang rawat Ify.. tampaklah sosok gadis sedang duduk di balkon seorang diri.
Itu pasti IFY, pikir Rio. Rio berjalan mendekati gadis itu –IFY-.
“Fy….” Panggil Rio menyentuh pundak Ify. Ify sedikit kaget mendengar suara itu. Suara yang sangat ia kenal.
Ify  tidak menjawab apa-apa. Rio duduk di bangku di sebelah Ify..

“apa kabar?” Tanya Rio berbasa-basi. Ia belum melihat jelas wajah Ify..

“yang jelas nggak baik.” Jawab Ify sekenanya.

“emm… lo kenapa sendiri?” Tanya Rio memulai topic yang baru.

“penting buat lo?” balas Ify sakartis. Rio menghela nafas.

“lo…lo sakit apa?” Tanya Rio hati-hati.

“Kanker Otak stadium akhir.” Jawab Ify singkat. Rio terbelalak.

“Serius Fy!” bentak Rio.

“lo pikir gue gak serius?” Ify balik bertanya.

“Ify, lihat gue!” bentak Rio sambil mengarahkan Ify ke hadapannya.

“buat apa? “ Tanya Ify yang kini sudah berhadapan dengan Rio. Rio tertegun melihat wajah Ify memucat, bibirnya yang putih.
“muka lo… pucet banget..” ujar Rio pelan.

“trus? Apa urusannya sama lo?” Tanya Ify dengan nada kasar.

“gue peduli sama lo!” gertak Rio.

“hahaa..” Ify tertawa hambar.

“peduli? Lo bilang peduli? Lebih tepatnya kasihan kan?” kata Ify membuang pandangannya. Terdapat air mata diujung matanya.

“yahhh, bisa dibilang begitu.” Kata Rio ragu.

“gue gak perlu dikasihanin.” Kata Ify datar tanpa melihat Rio.
“tapi……” ucapan Rio dipotong oleh Ify.

“Yo, gue boleh curhat gak?” Tanya Ify masih dengan posisi yang sama.

“curhat? With pleasure,.” Kata Rio.

“gue suka sama seorang cowok.. dia orangnya ganteng, cakep, manis, pinter, dia sempurna di mata gue. Yahhh walaupun di dunia ini gak ada yang sempurna, tapi gue tetep anggep dia paling sempurna di mata gue. No one perfect in this world. But he is almost perfect.” Ify memulai curhatnya. Rio memperhatikan Ify.

“tapii….. dia gak suka sama gue  Yo. Dia ilfeel gara-gara gue suka ngejar-ngejar dia…” lanjut Ify. Rio mengangkat wajahnya. Jangan-jangan yang dimaksud Ify itu gue., pikir Rio.

“walaupun dia gak suka sama gue, gue tetep suka, sayang dan cinta sama dia. Dia itu.. istimewaaaaaaa banget Yo..” sambung Ify, air matanya mulai jatuh. Rio masih terdiam.

“dia ituu udah jadi  udara untuk bernafas bagi gue. Dia bukan hanya sekedar semilir angin yang lewat. Dia udah jadi nafas gue.. dia juga udah jadi bintang di hati gue.  tapi  sekarang gue gak yakin deh bisa gapai bintang gue itu. Karenaaa ………..” ucapan ify menggantung…..

“karnaaaa….… gue sekarang sakit hati sama dia. Dia jadian sama cewe lain.. Yahh gue akuin, tuh cewe emang cantik, modis, emm perfect laa..” kata Ify lagi. Rio masih memperhatikan Ify.

“gue.. gue Cuma bisa diem.. Cuma bisa ngasih selamat buat mereka. Ngasih mereka dukungan..” lanjut Ify, air matanya sudah mengalir deras.

“gue hanya bisa senyumm.. senyum kepedihan Yo. “ lanjut Ify, ia menyeka air matanya, namun tetap mengalir.

“apaa apa takdir gak mempersatukan gue sama dia yah Yo?? Apaa pengorbanan gue yang selama hampir 3 tahun ini berakhir sia-sia?” kata Ify lagi. Rio merasakan sesak didadanya..

“huh! Selama sisa-sisa akhir hidup gue, gue mau liat dia senyum teruss.. liat dia bahagia, walaupun rasa  sesak disini sakit banget..” lanjut ify menunjuk dadanya –tepatnya hati-. Air matanya sudah merembes ke wajahnya.

“hmmm kira-kira sisa hidup gue berapa lama lagi ya Yo? 1 bulan? 2 minggu? Atau mungkin besok gue udah……………………………..” ucapan Ify terpotong karena tiba-tiba Rio memeluknya. Ify terdiam.. namun isakannya masih terdengar.
“hikss..hikss…” Ify menangis tersedu-sedu di pelukan Rio. Rio mengelus lembut rambut panjang Ify. Menenangkan gadis rapuh ituu.

“stop Fy! Jangan diterusin lagii..” kata Rio sedikit membentak.
“hahaaa, mungkin hari ini adalah hari terakhir gue yah Yo??” kata ify tertawa hambar..
Rio tidak menjawab, ia semakin mengeratkan pelukannya.

“pliss gue mohon jangan diterusin lagii..” kata Rio lembut. Ify hanya diam dengan isakannya.

“maafin gue Fy, maaf…” kata Rio pelan. Ify melepaskan pelukan Rio.

“buat apa?” Tanya Ify dingin. Pandangannya tertuju padaa jalanan di sebrang sana.

“buat.. buat.. gue gak bisa balas perasaan lo. Maaf…maaf gue udah punya Shilla.” kata-kata Rio semakin membuat hati Ify sakit.

“gue udah maafin lo.” Balas Ify datar.

“tapi………………..” Ify menggantungkan ucapannya.

“tapi?” Tanya Rio bingung.

“tapi rasa sakit disini mungkin gak akan pernah hilang dan terobati.. sakit  hati yang dalam, seperti ditusuk beratus jarum..” lanjut Ify datar lagi-lagi memegang dadanya. Rio tertegun mendengarnya. Dadanya terasa sesak.

“maaf Fy, maaf…”
“gue udah bilang, gue udah maafin lo.” Kata ify dengan raut wajah yang tak bisa diartikan.

Rio dan Ify sama-sama terdiam. Keheningan menyelimuti mereka berdua..

“lo kenapa gak sekolah?” Tanya Ify.
“gue bolos.” Jawab Rio singkat.
“ohh..” respon Ify. Rio menatap ify dengan sebelah alis terangkat.

“argghhh…” Ify merasakan  sakit yang luar biasa dikepalanya.

sial nih penyakit!” umpat Ify dalam hati.

“Ify? Lo kenapa?” Rio mendadak panic.

Ify tidak menjawab, tiba-tiba ia pingsan. Untung Rio dengan cepat menahan tubuh Ify.
“fy..fy, lo kenapa?” kata Rio menepuk-nepuk pipi Ify pelan. Rio membopong Ify ke  kasur.
Lalu Rio menekan tombol darurat yang ada disana.. tak lama, dokter dan 2 orang suster datang. Rio pun keluar membiarkan Ify ditangani dokter Anwar.
***

Rio duduk di bangku depan ruang rawat Ify.. dia menunduk dalam.
“Rio? Kamu Rio kan? Apa yang terjadi dengan Ify??” Tanya Mama gina yang baru saja datang, dibelakangnya ada papa Ify, dan Kak Eizel.
“Ify tiba-tiba pingsan tante..” kata Rio lemas.

KLEK! Pintu dibuka oleh dokter Anwar, spontan mama Gina dan papa ify mendekati dokter Anwar.
“dok? Ada apa dengan Ify?” panic mama Gina.

“anda bisa ikut saya. Saya akan jelaskan semuanya..” kata Dokter anwar. Mama gina dan papa Ify saling berpandangan, lalu mengikuti dokter Anwar.
***

sementara Eizel masih  disana. Ia duduk di sebelah Rio.
“Rio ya?” Tanya Eizel.
“iyaa,.” Jawab Rio sekenanya.
“kenalin gue Eizel, kakaknya Ify..” kata Eizel mengulurkan tangannya.
“gue Rio, kak..” ucap Rio membalas uluran tangan Eizel.
“kayanyaa.. gue gak asing sama wajah lo.” Kata Eizel sambil memperhatikan Rio.
“hah?” kaget Rio bingung.
“ah iyaa gue inget.. gue pernah liat foto-foto lo dikamar Ify..” Rio  terperanjat.
“foto gue?” Tanya Rio heran.
“iya, foto lo. Gue pernah masuk ke kamarnya Ify.. dan gue ngeliat banyak foto lo di sudut-sudut kamar nya..” jelas Eizel. Rio mengernyitkan dahinya bingung. “kapan Ify foto gue?”
“mm Yo, si Ify kayanya cinta mati yah sama lo?” kata Eizel tertawa kecil. Rio hanya tersenyum tipis.
“dia pernah curhat ke gue.. dia bilang, lo itu gak akan pernah terganti di hati diaa..” Rio terhenyuk. Eizel melanjutkan argumennya
“feeling gue, dia itu sakit hati banget waktu lo jadian sama cewe lain..” Rio kaget..
“gak usah kaget, gue udah tau semuanya dari Ify..” kata Eizel datar
“gue minta maaf kak..” kata Rio pelan.
“what for?”
“for all my mistakes! Gue minta maaf sama Ify jugaa.. maaf bangett..” kata Rio berlutut di hadapan Eizel. Eizel terkejut melihat Rio yang mau melakukan hal itu di depannya.
“Yo, udah,,.. bangun. Lo gak malu apa diliatin orang??” kata Eizel menarik Rio untuk berdiri. Rio pun berdiri, lalu kembali duduk di sebelah Eizel. Lalu keduanya terdiam.
***

-Ruang Dokter-

“dokter, memangnya ada hal penting apa ya?”Tanya papa Ify.

“penyakit Ify sudah mulai parah Pak. Saya sarankan, sebaiknya Ify dibawa berobat ke Korea.. disana peralatan medis lebih memadai dari pada disini.” Saran Dokter Anwar,.

“Korea?” kaget mama Gina

“iya bu..” jawab dokter Anwar.

“urus keberangkatan secepatnya Dok..” kata papa Ify tegas. Mama Ify terbelalak.

“papa yakin??” Tanya mama Gina. Papa Ify mengangguk mantap.

“baik, kami akan urus. Mungkin lusa sudah bisa berangkat.” Kata Dokter Anwar.  

“baik, kami keluar dok..” Dokter Anwar mengangguk pelan.

Mama gina dan papa Ify pun keluar dari sana, lalu menghampiri Eizel dan Rio yang masih di depan ruang rawat ify.
“dokter bilang apa mah?” Tanya Eizel. mama gina pun menjelaskan semuanya.

“jadi lusa Ify berangkat ke Korea tante?” kaget Rio.

“iyaa, ini juga demi kebaikan Ify…” kata mama gina. Rio merasakan nafasnya tercekat.
“emm tante, Om, kak, saya pulang dulu yah? Adaa urusan.. permisi…” Rio langsung meninggalkan rumah sakit, dan pergi entah kemana (?)._.v

***
-Keesokan Harinya-

Rio sedang jalan-jalan sendirian di Mall. Pandangannya terhenti di sudut café mall. Ada Shilla dan seorang cowo yang tidak dikenal Rio. Rio mengepalkan tangannya.. ia melihat Shilla dan cowo itu bermesra-mesraan.
Rio pun menghampiri mereka dengan penuh emosi

“ehem…” dehem Rio. Shilla dan cowo itu mengalihkan pandangannya.

“ohh jadi ini yang lo bilang kerja kelompok Shill??” sinis Rio.

“emm.. engg…” Shilla bingung harus menjawab apa.

“KITA PUTUS SHILL!!!” bentak Rio langsung pergi dari sana.

“yaudahh putus juga ga apa-apa.. hahaaa..” Shilla malah bercanda-canda dengan cowo itu.
***

Rio memukul-mukul setir mobilnya. Ternyata cewe yang selama ini disukainyaa mempunya sifat yang buruk (?)._.v (maaf Shivers, Cuma cerita kok -_-v)
“aaaaaarggghh sumpah gue bego banget bisa suka sama diaa…” maki Rio pada dirinya sendiri..

“mending gue ke rumah sakit aja dehh..” gumam Rio, lalu memutarbalik arah mobilnya ke rumah sakit.
***

Rio sudah sampai diruang rawat Ify.. ia heran, kenapa rame banget ya? Pikir Rio.
“permisiii..” ucap Rio. Semua menoleh. Mama papa serta kakak ify ada disana. Ada Sivia dan Gabriel juga disana..  terlihat dokter sedang memeriksa keadaan Ify.
“Yel, ini kenapa rame banget?” Tanya  Rio sedikit berbisik pada Gabriel.

“Ify yo…..” kata Gabriel pelan.

“kenapa dia?” Tanya Rio cepat.

“Rio…..Rio…….” igau Ify. Rio menoleh kearah ify.  Lalu mendekati gadis itu.
“iyaa Fy, aku disinii…” bisik Rio tepat ditelinga Ify.
Perlahan Ify membuka matanya.. matanya semakin cekung, tubuhnya makin kurus, wajah semakin pucat, bibir semakin putih :o

“Maaf pak Bu, kami tidak sanggup lagi.” Serah Dokter Anwar.

“ma..maksud dokter?” Tanya mama Gina

“keadaan ify sudah sangat parah.. saya tidak sanggup menolongnya lagi.. “ jelas Dokter Anwar.
Mama gina langsung menangis di pelukan papa Ify.

“Rio…..” panggil Ify.

“iyaa fy..” jawab Rio lembut. Tangannya memegang erat tangan Ify yang kini sudah dingin.

“ma..af.. ud..ahh bu…at.. ka..mu.ilfeel. ma..af.. “ kata Ify terbata-bata.

“iyaiyaa aku udah maafin kamuu..” balas Rio lembut.

“Yel..Vi..aa.. maaf..in.. gu..ee..yaa ka..lo.. adaa salah… ma..ka..siihh..udah..ja…di.. temen..guee….” kata Ify padaa Gabriel dan Sivia.

“iya Fy, lo ga ada salah kok. Gue yang punya salah sama lo…” kata Sivia yang sudah menangis. Tak sanggup melihat kondisi sahabatnya ini.

“iya Fy, lo itu ga punya salah kok sama kita…”sambung Gabriel. Ify hanya tersenyum..

“kak, ma..ka..sihh..udah..ja..dii…ka…kak..yang..ba..ik buat gu..ee..” kata Ify pada Eizel.

“iya Fy.. gue juga bukan kakak yang baik buat lo..” Ify hanya tersenyum.

“Mah, pah, ma…ka..sihh.. ya. Udah ..rawat..if..fyy.. uda..hh.. besarin.. I..fyy.. sam..pai.. sege.de ini… maka..sih…ma..af..kalauu..Ifyy..suk..aa..nyusah..in..ka..lian…” kata ify menggenggam tangan mama dan papanya. Nafasnya terasa tersengal-sengal.

“iya..sayang…” kata mama dan papa ify tersenyum lirih.

“khusus bu…at ka..mu Rio. Maaf.. yaa..ka..lau..bany..ak..salah…maka…sih…lo.. udah..jadi..uda..ra..di..hidup gue. Makasih…” Rio makin mempererat genggaman tangannya pada Ify. Tanpa terasa, ia mengeluarkan airmata.

“Ify..sa..yang..kali…an.semuaa…” ucap ify lalu menghembuskan nafas terakhirnya.

TIIIIIIITT –bunyi alat pendeteksi jantung-
jelas sudah. Yang maha kuasa telah mengambil nyawa Ify
“IFYYYYYYYYYYYYY!!!” semua berteriak histeris..
***

-pemakaman Ify-

Mama papa Ify, beserta Eizel ingin meninggalkan pemakaman Ify. Baru saja pemakaman selesai.
Sivia dan Gabriel baru saja pulang.
“Rio, abis pulang dari sini, lo ke rumah ya? Ada yang mau gue tunjukkin ke lo.” Bisik Eizel ke Rio. Rio mengangguk. Eizel pun berlalu.
Kini tinggal Rio sendiri disana.. ia mengusap nisan Ify.

“Ify, aku balik dulu yah? Kamu jaga diri baik-baik disana… kalau kita emang jodoh, kita pasti bertemu lagi disana…” lalu Rio mengecup nisan Ify.
Ia pun beranjak ke rumah Ify, sesuai permintaan Eizel tadi.
 Dari kejauhan, tampak sosok berpakaian serba putih tersenyum melihat Rio;) IFY .

***

Saat sampai di rumah Ify, Eizel menyuruh Rio untuk langsung masuk ke kamar Ify.
Rio yang bingung, langsung masuk saja kekamar Ify di lantai 2.

-Kamar Ify-
Rio membuka pintu kamar Ify. Ia langsung terpelonjak kaget. Melihat begitu banyak foto dirinya tertempel beraturan  di dinding kamar Ify.
“sebegitu cintakah lo sama gue Fy?” gumam Rio. Ia masuk ke dalam kamar Ify..

“kotak apanih?” gumam Rio. Ia menemukan sebuah kotak diatas meja belajar Ify.

“eh ini ada suratnya.. gue buka aja deh..” kata Rio membuka surat yang tertempel di samping kotak tadi.

To : Rio

Gue yakin yang nemuin kotak ini pertamakali adalah Rio. Yo, tolong lo buka kotak itu, dan lo puterin kaset yang ada didalemnya. Sebelum lo baca lebih jauh surat ini.

Rio mengerutkan dahinya, lalu dibukanya kotak tadi, dan diambilnya kaset yang ada didalamnya, lalu ia puterin di DVD yang ada di kamar Ify.

Di dalam video itu, ada seorang gadis cantik yang sedang duduk di balkon kamar. Siapa lagi kalau bukan Ify?. Ya, dia IFY.Dia sudah staytune di depan grand piano putih.. jari-jemarinya sudah bersiap untuk menekan tuts-tuts hitam putih itu.
Ia mulai mendentingkan alunan piano yang merdu.. membuat siapapun yang mendengarnya pasti  ikut terhanyut.
telah lama sendiri
dalam langkah sepi
tak pernah ku kira
bahwa akhirnya
tiada dirimu di sisiku
reff:
meski waktu datang dan berlalu
sampai kau tiada bertahan
semua takkan mampu mengubahku
hanyalah kau yang ada di relungku
hanyalah dirimu
mampu membuatku jatuh dan mencinta
kau bukan hanya sekedar indah
kau tak akan terganti
tak pernah ku duga
bahwa akhirnya
tergugat janjimu dan janjiku
meski waktu datang dan berlalu
sampai kau tiada bertahan
semua takkan mampu mengubahku
hanyalah kau yang ada di relungku
meski waktu datang dan berlalu
sampai kau tiada bertahan
semua takkan mampu mengubahku
hanyalah kau yang ada di relungku

Ify selesai bernyanyi, dan sekarang ia menghadap ke kamera webcamnya.
“hai Rio, apa kabar? Baik kan? Hehhee,, gue agak pucet nih gara-gara belum makan. Ehh gadaa yang nanya yah??” Rio tersenyum kecil melihat Ify disana.

“emm mending to the point aja deh gue ya?hehe, durasi nihh..”
Ify menghela napas panjang, “gue sayang lo, gue suka sama lo. Dan satu kesimpulan dari itu semua. Gue cinta sama lo. Lo udah tau kan ? hhehee.__.” Rio terdiam melihat Ify meneteskan air mata.

“gue akhir-akhir ini cengeng gara-gara lo Yo. Semenjak lo jadian sama Shilla, gue jadi sering nangis. Gue gak sanggup ngeliat wajah lo Yo. Gue ngga sanggup..”

“karena.. setiap gue ngeliat wajah lo., hati gue serasa di tusuk beribu duri mawar Yo.. lo pasti tau kan gimana rasanya? Perih, sakit, pedih, semuanya campur aduk jadi satu..” Rio ikut mengeluarkan air matanya, melihat air mata Ify yang semakin menetes deras. Buru-buru Rio menyekanya.

“tapiii… rasa cinta gue ke lo gak bisa hilang semudah yang orang-orang kira.. gak seperti kertas yang dibakar dan menghasilkan abu, nggak seperti angin semilir yang lewat begitu saja, bahkan nggak seperti dunia yang akan hancur pada akhirnya.” Ify  menghela nafas, lalu melanjutkan kalimatnya..

“tapi.. rasa cinta gue ke elo seperti ujung kuku. Bila ia terkikis, maka akan tumbuh lagi.. ia tidak akan pernah habis.. ia sudah menyatu dengan jari tangan kita. Begitu juga dengan cinta gue ke lo.! Cinta gue ke lo  gak akan pernah habis, karna ia sudah menyatu dengan jiwa raga gue.” Kemudian Ify tersenyum lirih.

“hmmm kayanya lo bahagia yah Yo jadian sama Shilla? Hahaa iyalaah diakan perfect.. jauhh yaa sama gueee..” Ify tertawa hambar. Rio makin merasa bersalah.

“ehh kenapa yah gue ngerasa idup gue tinggal sebentar lagi??” Ify memasang wajah berfikir. Rio tertegun
“udah deh yaa? Cukup sekian deh.. Intinya, cinta gue ke elo TAKKAN PERNAH TERGANTI, oleh apapun, siapapun dan kapanpun.. gue sayang sama lo.. gue cinta sama lo. Selalu, selamanya!”

VIDEO END!!
Tak sanggup untuk ditahan, akhirnya Rio membiarkan air mata membasahi pipinya..
“Ifyy, maafin gue.gue banyak salah sama lo. Gue telat nyadarin perasaan gue yang sebenernyaa.. gue juga sayang sama lo, gue juga cinta sama lo Fy..Tapi kenapa lo pergi ninggalin gue Fy?KENAPA??!!” teriak Rio sendiri.
Rio pun melanjutkan membaca surat dari Ify tadi.

gimana Yo? Udah diliat belum? Hehee.. maaf ya kalo selama ini gue selalu bikini lo susah, bikin lo repot. Maaf bangett.. Semoga kamuu bahagia ya? Aku nunggu kamuu disini ya? Kamu baik-baik.. jangan nakal.hahhaaa! yaudah segini aja..  Bye! I’m Still loving you!”

Rio makin mengeluarkan air matanya., dan memeluk surat dari Ify itu.
“semoga kita bertemu disana Fy, I love you….”

-Quotes-
Pengorbanan dalam cinta itu memang dibutuhkan, sangat dibutuhkan. Seseorang akan mengorbankan apapun untuk orang yang dicintainya.
Seseorang juga akan merelakan orang yang dicintainya bahagia bersama orang lain, asalkan orang yang dicintainya bahagia :’). PENYESALAN selalu datang belakangan. Itu memang sering terjadi.
Setelah penyesalan itu datang, barulah ia menyadari, bahwa ada orang yang lebih tulus mencintainya. Tanpa berharap apapun, kecuali balasan cinta. Tapi nasi sudah jadi bubur, tak bisa kembali menjadi nasi lagi. Yang lalu tidak bisa dikembalikan lagi. Tidak bisa dihapus, tapi bisa untuk dikenang ;)
Ingatlah, jangan melihat buku dari covernya saja, karna setebal apapun cover itu, pasti akan terkuak juga isinya. Begitu juga dengan persoalan cinta. Jangan melihat cinta seseorang dari fisik, ataupun materi.  Karena secantik/sebaik apapun orang, pasti akan kelihatan juga keburukannya.
Selama kita bisa memilih buku yang baik, maka kita akan mendapatkan manfaat yang baik.. jangan dilihat dari covernya. Karna dari covernya itu bisa menjebak kita :)

Komentar

Postingan Populer