Fearless of Love Part 1
Hari
yang indah siap di mulai kembali, burung-burung telah bercicit riuh,
dan matahari mulai menjalankan tugasnya. Kesibukan juga di mulai
kembali, walaupun ada yang masih tidur, ataupun sedang berusaha mencuri
waktu untuk melanjutkan mimpinya.
Gabriel
atau Iel, duduk di pinggir tempat tidurnya di dalam kamarnya yang
mungkin bisa di gunakan untuk bermain bola. matanya mengerjap-ngerjap,
bukan karena masih ngantuk, tapi karena rasa pusing yang terus
menderanya sepanjang malam. Pandangannya agak kabur, tapi dia tetap
berusaha berdiri dan mandi. setelah itu dia lansung bergegas turun ke
ruang makan buat sarapan.
"Eh, si Aden tumben udah bangun, biasanya perlu di bangunin dulu ?" sapa mbok yati ramah.
"Iya nih mbok, enggak tahu dari semalam aku pusing enggak bisa tidur."
"Aden sakit ya ? Ko mukanya Pucat ?" ada nada khawatir di suara mbok yati, sementara Iel hanya tersenyum saja melihatnya.
"Ya udah aden jangan bawa mobil sendiri ke sekolah, di antar sama pak gun aja" kata mbok yati lagi.
"Iya
mbok, aku mungkin cuma kecapean aja. ya udah bilang ke pak gun aku
tunggu di depan" iel memberikan senyum termanisnya ke mbok Yati dan
mencomot setangkap roti.
Enggak
sampai 15menit iel udah duduk aja di dalam kelasnya, kelasnya masih
sepi, bahkan obiet sahabatnya yang megang rekor selalu datang pagi belum
nongol juga. Iel cuma duduk di bangkunya, sambil terus mijet-mijet
kepalanya yang terus nyut-nyutan.
"Eh iel tumben lo udah datang" obiet yang heran, lansung menghampiri iel.
"Hehe, sori ya bro, rekor lo gue patahin.." iel menjawab sambil cengengesan.
"Ye orang di tanyain juga.."
"Enggak tahu ni biet, lagi enggak enak badan gue. dari semalam gue enggak bisa tidur nyenyak"
"Lo
sakit, udah ke dokter belum ? kalo sakit harusnya lo ijin aja, bisa
telpon oik atau gue" iel cuma senyum-senyum aja. Obiet yang ketua kelas
ini emang sahabatnya yang paling bijak dan perhatian.
"Haha, enggak ah, kalo di rumah sepi, gue malah bisa sakit beneran."
"Ya
udah.." obiet bingung mau bilang apa lagi, karena dia tahu, keadaan
rumah iel yang emang sepi dan dingin. enggak berapa lama kemudian
giliran oik dan via yang dateng.
"Lho iel, kok udah datang ? kali ini via yang nanya.
"Perasaan pada heran banget sih gue dateng pagi, padahal tiap hari pada pesn ke gue biar enggak kesiangan,hahaha"
"Abis kan tumben yel" kata oik ikut-ikutan.
"Tumben iel udah datang" semua yang ada di kelas noleh ke pintu, semntara Cakka yang ngerasa di liatin jadi bingung sendiri.
"Hmm,
gini deh, gue rasa bakal banyak orang yang nanya kenapa gue datang
pagi, jadi mending gue jawabnya, sekalian nunggu riko, alvin, agni sama
shila aja ya, hehe.."
setelah
teman-temannya yang lain datang, iel pun menjelaskan kenapa diadatang
pagi ke sekolah. Iel emang lawannya obiet, selalu megang rekor
kesiangan. jadi gimana semua enggak ngerasa ajaib iel udah ada di kelas
dari belum ada orang. dan pelajaran hari ini pun di mulai dengan
biasa-biasa aja, kecuali kepala iel yang terus-terusan enggak bisa di
ajak kompromi.
saat pulang sekolah di lap. basket.
"Cak,
gue mau balik nih, kayanya gue emang butuh tiduran deh !" seru iel
kepada Cakka. Iel emang kapten basket, dan cakka wakilnya.
"Oh oke deh bro, saran gue mending lo ke dokter dah, muka lo pucet tuh. masalah latihan sih serahin aja sama gue"
"Ya udah thanks ya" iel segera berjalan menuju parkiran diman pak gun sedang menunggunya dengan setia.
di mobil.
"Pak mampir ke rumah sakit ya, enggak betah nih saya sama pusingnya."
"siap den.."
Sementara itu, teman iel yang lain masih pada kumpul di sekolah karena kegiatan ekskul masing-masing.
Di ruang musik.
Oik
hampir tidak berkedip melihat obiet menggesekan biolanya, nada-nada
yang indah membuat oik merasa bahwa di dunia ini hanya ada obiet dan
dia. Yap, sudah sejak sd Oik selalu kagum sama obiet, obiet yang tenang,
yang selalu punya solusi di tiap masalah, yang selalu bisa ngademin
hati sahabat-sahabatnya kalau lagi panas, dan entahlah sejak kapan rasa
kagum itu berubah menjadi cinta.
"Lho oik kok belum pulang ?" tanya obiet lembut, tapi malah bikin oik gelagapan karena ke gap lagi liatin obiet.
"Eh..itu..ehm..ini..aduh kenapa sih gue” oik bingung sendiri merasa dirinya kacau.
"Kenapa ik ? " obiet juga jadi ikutan bingung, temannya yang cerewet ini kok jadi gagap.
"Gini
biet, tadi via di jemput mamanya, gue jadi nunggu di jemput sendiri,
denger suara biola elo dari ruang musik, ya udah gue samperin aja, hehe"
jelas oik berusaha mengatasi rasa gugupnya.
"Oh,
gue udah selesai ni, mau pulang bareng enggak ?" tawar obiet kemudian,
yang tentu saja lansung di balas anggukan oleh oik sambil tersenyum
lebar.
di lap.futsal.
Alvin
terus menggiring bola walaupun latihan udah selesai daritadi. dia suka
berlari, menurutnya berlari lebih bisa membuat dia melupakan segala
masalahnya. dia enggak peduli walaupun lap udah sepi, tapi tiba-tiba,
karena tali sepatunya yang lepas, dia pun tersungkur jatuh dengan posisi
yang salah. dan sebagai pemain futsal yang jago, alvin sadar kalau
kakinya keseleo.
"Butuh
bantuan ?" ada sebuah tangan yang menjulur ke arahnya. karena emang
butuh alvin lansung aja nyamber tuh tangan dan berusaha berdiri tanpa
melihat si empunya tangan. sambil berpegangan tertatih-tatih berjalan ke
pinggir lapangan.
"Woi vin !" alvin menoleh ke arah suara tersebut, dan melihat riko sedang berjalan ke arahnya.
"Ya
udah kak, itu temannya udah datang. aku tinggal ya" ternyata yang
menolong alvin adalah seorang anak perempuan, dia tersenyum manis pada
alvin dan segera pergi meninggalkan alvin, lalu tersenyum kembali ketika
berpapasan dengan riko.
"Eh vin, gue tungguin juga di parkiran, katanya motor lo rusak mau nebeng."
"Eh iya..iya. ya udah ayo." alvin lalu berdiri dan mengambil tasnya.
"Kaki lo kenapa sob ?"
"Keseleo"
"Oh, terus cewek tadi siapa ?"
"Enggak tahu, tapi dia nolongin gue tadi."
"Yee, lo udah di tolongin juga"
"Abis dia lansung pergi, padahal gue belum bilang makasih. udah ayo ah, bantuin gue jalan keparkiran"
"Lo enggak penasaran, nyari tuh cewek buat bilang makasih?"
"Kalo
ketemu lagi ya gue bilang, kalo enggak ya udah, udah ayo ah" riko nurut
aja dan lansung memapah alvin, bukan hal aneh sih kalau alvin cuek sama
hal di sekitarnya.
Keesokan harinya.
"Den,
di makan dulu buburnya, biar enggak lemes" kata mbok yati kepada iel.
iel merasa sakit di kepalanya terus-terusan meyiksa, akhirnya dia
memutuskan untuk enggak masuk dulu hari ini, apalagi kondisinya yang
lemes banget.
"Iya mbok taro aja, nanti aku makan."
"Oh ya den, tadi ada telpon dari rumah sakit katanya aden harus kesana ambil hasil check up"
"Iya nanti aku kesana abis makan, makasih ya mbok." kata iel sambil tersenyum.
Setelah
merasa agak mendingan iel pun pergi ke rumah sakit dan mengmbil hasil
check upnya, dan alangkap terkejutnya iel, setelah mendengarkan hasil
dari check upnya.
***
Iel
berjalan lemas di sepanjang koridor rumah sakit. tangannya menggenggam
erat amplop coklat tersebut, yang berisi vonis hidupnya, masih teringat
dengan jelas percakapannya dengan dokter barusan
_flashback_
"Jadi saya sakit apaan dok ?"
"Kamu kesini sendiri ? orang tua kamu ?"
"Orang tua saya lagi di luar negeri dok, jadi dokter bisa kasih tahu saya lansung aja, lagian saya kan udah kelas 2 sma dok"
"Saya menemukan adanya kanker di otak kamu"
DEG
! iel yang tadinya bakal merasa baik-baik aja mendengar kabar ini
sendirian, lansung shock seketika, dia pikir separah-parahnya paling
juga cuma kena gejala typus doang.
"Stadium berapa dok ?" iel mencoba tegar walau ada nada getir di suaranya.
"Stadium 3.." lagi-lagi pernyataan dokter bikin iel shock.
"Berapa lama waktu saya buat hidup dok ?"
"Menurut
ilmu kedokteran umur kamu tinggal tiga bulan lagi, tapi bagaimanapun
Tuhan yang menentukan semuanya. kalo kamu mau, kamu bisa mulai kemo"
"Apa kemo bisa nyembuhin saya dok ?"
"Tidak
seratus persen, apalgi mengingat kondisi kanker kamu yang sudah stadium
tiga. Sebaiknya kamu pulang dan segera ceritakan hal ini pada
keluargamu."
Iel hanya tersenyum masam.
"Untuk
di kemo, kamu membutuhkan dukungan moril dari orang-orang terdekat
kamu, apalagi efek samping seperti rasa sakit yang luar biasa, rambut
yang rontok, kulit yang menghitam.." Dokter itu melanjutkan
penjelasannya.
"Saya pikir, lebih baik dokter ngasih saya obat aja. kayanya kemo bukan solusi yang terbaik."
"Tentu
saya akan kasih kamu obat, tapi ini hanya obat penghilang rasa sakit
dan memperlambat gerak sel kanker, tapi bukan untuk menymbuhkan"
"Iya dok saya ngerti, makasih.."
_flashback end_
Iel tersadar ketika BBnya berdering menandakan telpon masuk, terlihat nama Cakka yang tertera disitu.
"Kenapa Cak ?" Iel berusaha menghilangkan getir di suaranya.
"Lo masih sakit ? Ko enggak masuk ?" tanya cakka di ujung telpon.
"Biasa si mbok khawatir nyuruh gue enggak masuk, padahal guenya sih udah sehat buger"
"Anak-anak mau pada main basket di lap komplek, lo mau gabubg enggak ? Tapi kalo beneran sakit ya enggak usah di paksain"
"Gue udah sembuh kok, oke gue kesana sekarang"
Iel
segera menyuruh pak gun mengantarnya ke rumah dulu. dia takut
teman-temannya curiga kalau tahu dia abis dari rumah sakit. dia udah
mantepin hatinya buat enggak ngasih tahu siapa-siapa termasuk
sahabat-sahabatnya, yang emang udah dari sd selalu bareng dan sekelas.
Dasar
Iel udah tahu keadaannya lagi payah tetep aja enggak bisa diem kalo
udah liat bola basket. walaupun temen-temenya pada nyaranin biar dia
duduk aja. jadilah pertandingan basket 3on3 antara, cakka agni obiet vs
iel shila riko. sementara alvin yang biasanya ikut main cuma duduk
karena kakinya masih keseleo, dan via serta oik seperti biasa selalu
jadi pendukung.
Awalnya
semua berjalan baik, sampai iel ngerasa lagi-lagi kepalanya pusing. dia
cuma berdiri di sudut lap sambil ngos-ngosan, dia masih bisa melihat
riko yang berlari medribel bola, saat tiba-tiba ada cairan kental yang
membasahi hidungnya, dan iel tahu itu darah, dia berusaha nutupin itu,
tapi kemudian semua menjadi buram dan gelap, iel terjatuh dan pingsan.
semua orang lagi ngelihat riko yang mau ngeshoot, tapi via lansung
teriak begitu liat iel, semua pun lansung lari ke arah iel, dan riko
yang bawa mobil lansung nyuruh teman-temannya buat gotong iel.
Iel
memamerkan senyum khasnya sambil melihat sahabat-sahabatnya yang ada di
sekitar tempat tidurnya, agak sedikit bingung waktu melihat di mata via
ada setitik air mata.
"Ye ni bocah malah senyum-senyum gaje, udah bikin panik juga" riko menatap bingung iel.
"Sori deh bro, sist..gue udah enggak apa-apa kok. Vi, abis nangis ya ?"
Pertanyaan iel tadi tentu aja lansung bikin via malu, untung shila yang tahu mengalihkan pembicaraan.
"Makanya yel, kalau masih sakit enggak usah maksa mau main" kata shila di ikuti anggukan temannya yang lain.
"Abis
udah dua hari gue enggak main basket, kangen. hehe. eh biet, ambilin
obat yang disitu dong" sambil nunjuk ke meja belajarnya.
"Obat
apaan tuh yel ? emg lo sakit apa ? sampe mimisan segala ? obiet
penasaran sambil ngasih obatnya ke iel, sementara via memberinya minum.
"Kecapekan
doang, ini cuma multivitamin penambah darah aja kok" iel beralasan,
tanpa iel sadari ada seorang temannya yang dari tadi memperhatikan obat
itu.
"Ya
udah, kita pulang aja yuk kasian juga si iel, biar dia istirahat" saran
agni pada teman-temannya. akhirnya merekapun pulang, tapi baru sampai
garasi iel, alvin mutusin buat balik lagi ke dalam.
"Lho vin kenapa ?"
"Lo duluan aja ko, hp gue ketinggalan"
"Terus
nanti pulangnya gimana vin ? kali ini kata shila. shila, riko sama
alvin emang rumahnya berderet, dan ada aturan enggak tertulis, kalau
rumahnya saling berdekatan wajib nganterin balik. Via yang rumahnya cuma
beda 3 rumah dari iel udah balik dari tadi, sementara cakka sama agni
yang emang tetanggaan juga udah pulang, sementara oik sama obiet yang
sebenernya enggak tetanggaan juga udah pulang berdua.
"Gampanglah
nanti, udah sana lo sama riko" alvin mengedipkan matanya pada riko,
yang ditanggapin dengan senyum penuh arti oleh riko dan bingung yang
teramat oleh shila.
Alvin
lansung masuk lagi ke dalam, sebenarnya hpnya masih aman di tasnya,
tapi ada hal yang perlu dia tanyain ke iel. tanpa ketok-ketok alvin
lansung aja masuk ke kamar iel, yang membuat iel kaget dan berusaha
menyembunyikan sesuatu.
Komentar
Posting Komentar