Best Friends nd Love with Line part 3
Ray, deva sama nova lagi nodong ozy sama acha buat nraktir mereka.
"Sekarang lo berdua enggak bisa ngehindar lagi, gue mau nasi uduk sama es teh" kata deva tanpa basa-basi,
"Gue mau Jus alpukat sama roti bakar aja deh" sahut ray, ozy sama acha cuma bisa lihat-lihatan.
"Lo pada mau ngerampok gue ?" tanya ozy sewot.
"Ini bukan ngerampok zy, tapi berbagi kebahagiaan" ujar ray enteng.
"Betul tuh" timpal deva.
"Ya
udahlah zy, mau diapain lagi, nov lo mau mesen apa ?" tanya acha ke
nova. Tapi kayanya cuma raganya nova doang yang duduk disitu, jiwanya
entah kemana. Nova masih kepikiran, sama sebuah memo kecil yang dia
terima kemarin pulang sekolah.
'senyuman kamu, bikin aku selalu berharap masih ada hari esok'
"Nov, heloo, nova !!" panggil acha entah untuk keberapa kalinya.
"Hah, apaan sih berisik banget lo ?" tanya nova bingung.
"Udahlah cha, si nova enggak mau kita traktir kali, ayo ah.." ajak ozy sambil narik tangan acha.
"Eh
enak aja, gue mau mie ayam sama es jeruk !!" teriak nova kenceng, yang
cukup bikin semua orang noleh ke dia. Tapi novanya sih santai-santai
aja, yang enggak santai malah deva sama ray yang malu sendiri duduk
deket dia.
"Kapan sih nov lo mau nyadar, kalo suara lo itu, kencengnya di atas rata-rata" kata deva sambil gosok-gosok kupingnya.
"Biasa
aja ah" jawab nova singkat tanpa dosa. Ray sama deva sama-sama melengos
denger jawaban nova, ray mulai mengedarkan senyuman mautnya ke
cewek-cewek yang lewat, deva cuma bisa geleng-geleng kepala lihat
kelakuan sahabatnya ini. Sampai mata ray, menangkap satu sosok.
"Dev, lo tahu dia siapa ?" tanya ray sambil nunjuk objek yang dia maksud.
"Enggak, baru lihat malah gue"
"Siapa sih, oh itu si keke" nova nimbrung, ray melotot, untung kantin lagi ramai-ramainya, suara super nova sedikit ketutup.
"Sstt, pelan-pelan dong nov, siapa tadi ? keke ?"
"Hehe,
maaf, kebiasaan. Iya dia keke anak 10-3, mau di panggilin ?" tawar
nova, sambil udah siap-siap mau teriak lagi, secara tempat duduk keke
lumayan jauh dari mereka.
"Jangan ! kapan-kapan aja" stop ray.
"Ah
enggak gentle lo ray, padahal tiap hari lo tebar senyum sana-sini" nova
kembali ngelamun, gara-gara deva nyebut 'enggak gentle' dia jadi
keingetan lagi sama secret admirernya.
"Ramai amat, padahal cuma bertiga ?" tiba-tiba iel udah berdiri di belakang mereka, bareng sama ify, cakka dan rio.
"Iya nih kak, kan ada dia" ray nunjuk nova.
"Lhoh, kok bawa-bawa gue, tumben kak kurang satu ?" tanya nova.
"Ini juga mau nanya ke ray, kemana kakak lo ?" gantian rio yang nanya.
"Enggak tahu, gue kira dia udah berangkat duluan tadi pagi"
"Ya ampun, lo berdua masih tinggal serumah kan ?" cakka gemas sendiri.
"Hehe,
semalem gue di dalem kamar doang enggak kemana-mana, terus tadi pagi
juga gue langsung berangkat, lagian kakak gue udah gede" jawab ray
cengengesan.
"Tapi tumben si alvin enggak sms apa nelpon gitu" sahut ify.
"Kenapa berkembang biak mahluk di meja ini" ujar ozy yang baru dateng sama acha bawa baki.
"Maksud lo ?" tanya iel dan rio kompak.
"Eh kak iel, udah dapet pj belum dari acha, nih sekalian aja" tawar deva, ozy sama acha cuma bisa bengong.
"Oh, jadi lagi pada di traktir nih, oke deh jadi pada mau pesen apa lo sama adek gue" gantian iel nawarin ke temen-temennya.
"Gue kan enggak nawarin" kata ozy ngelirik deva kesel.
"Nanti ijin lo di cabut lho sama iel" ledek rio.
"Pada pesen aja, nanti yang bayar kak iel" timpal acha.
"Kok gue cha ? tega amat lo sama kakak sendiri"
"Kan
tadi kakak yang nawarin" jawab acha enteng, sementara rio, ify sama
cakka, yang enggak mau peduli siapa yang bayar, langsung pesen makanan
masing-masing.
"Woi..hoi..!" teriak iel sebel, ozy sama acha kompak nyengir.
***
Hari
ini ify pulang bareng iel, tapi iel ngajakin dia nemenin ke toko buku
dulu, ify sih seneng-seneng aja. Ify lihat-lihat di bagian novel dan iel
ada di bagian komik.
"Ify.."
ify langsung nengok nyari siapa yang manggil dia, dan cuma bisa pamer
senyum doang waktu ify ngelihat siapa yang manggil.
"Hai ik, hai de.." sapa ify berusaha ramah.
"Hai
fy, jahat lo kemarin, langsung off gitu aja" sebenernya ify suka
ngobrol sama oik yang seru dan ceria, tapi karena yang di bahas selalu
debo , ify jadi agak risih.
"Iya,
maaf ya ik, kemarin gue ngantuk banget. Oh ya cari apa lo berdua ?"
tanya ify berusaha ngalihin pembicaraan, dia juga risih dengan tatapan
mata debo yang aneh.
"Gue
mau cari beberapa buku pelajaran, terus debo nemenin gue, kok lo berdua
diem-dieman sih ? kaya enggak pernah kenal deh ?" oik heran lihat
kelakuan dua orang di deketnya ini.
"Ah enggak kok, gue sama dia biasa aja" ify beralasan.
"Ya
udah lo berdua disini aja ya, gue mau kesitu dulu" oik malah pergi ke
tempat lain, ninggalin ify sama debo yang enggak tahu mesti ngapain.
"Lo ganti nomer de ?" tanya ify mencoba santai.
"Iya ya, kayanya masih sama kaya yang dulu deh" jawab debo sambil tersenyum.
'aduh de, jangan senyum dong, bikin gue salting aja' batin ify.
"Oh masa, kok sms gue enggak pernah di bales ?"
'tolol lo fy, kok ngomong gitu, ketahuan ngarepnya deh' kata ify dalam hati sambil nepuk-nepuk jidat sendiri.
"Lo kenapa fy ?" tanya debo bingung.
"Eh..eng..enggak apa-apa kok"
"Menurut lo oik gimana fy ?" ify menatap ke debo, enggak ngerti kenapa debo tiba-tiba nanya gitu.
"Oik ? baik, asik, ramah, ceria, gitu deh. Kan gue baru kenal"
"Gue cocok enggak sama dia ?" ify panas, dia tambah bingung sama pertanyaannya debo.
"Kok tanya gue sih ? ya perasaan lo ke dia gimana ?" tanya ify lagi, dia berharap debo enggak jujur tentang perasaannya ke dia.
"Gue suka sama oik, lagian kayanya dia juga suka sama gue"
DEG ! kalo bisa rasanya ify enggak pengen denger jawaban debo barusan.
"Lo kenapa fy kok diem ? jangan bilang lo masih suka sama gue ? hahaha.." ify tambah diem aja.
"Hah..ehm..enggak mungkinlah de.." sanggah ify gelagapan.
"Ya
iyalah fy, udah lama kan ya kita, lagian itu juga cuma cinta monyet
doang, belum serius" ify udah beneran enggak tahan denger kata-katanya
debo, matanya mulai panas.
"Sori
de, udah sore, gue duluan salam buat oik, good luck" kata ify sambil
ninggalin debo. Ify lari keluar toko buku, enggak peduli sama
orang-orang yang ngelihatin dia. Dia langsung nyetop taksi, dan pergi
gitu aja. Sementara iel, lagi celingukan bingung nyariin ify.
Semenjak
sadar kalo ify hilang, iel langsung ngehubungin cakka sama rio buat
nyari ify. Dan sekarang mereka udah keliling ke tempat-tempat yang
mungkin ify datengin, mulai dari rumahnya via, dea, anak-anak yang lain
sampai tempat-tempat keramaian.
"Gue masih enggak habis pikir deh yel, kok bisa sih lo kehilangan ify !"
"Udah deh yo enggak usah di bahas lagi !"
"Woi
diem lo berdua, dari tadi ribut mulu, enggak ketemu-temu juga kan
ifynya !!" teriakan cakka cukup buat bikin rio sama iel diem. Iel nyetir
pelan-pelan, rio buka kaca buat ngelihat-lihat kali aja ada ify,
sementara cakka masih sibuk usaha nelponin ify sama alvin.
"Kalo
lo jadi ify, lo bakal kemana ?" tanya iel yang udah agak hopeless
sambil markirin mobilnya di sebuah taman kota. Mereka bertiga sama-sama
diem mikir.
"Gedung
sd !" jawab mereka bertiga kompak. Iel langsung memacu mobilnya
kembali, ify selalu bilang kalo dia suka banget sama gedung sdnya,
karena disitu dia nemuin hartanya yang paling berharga, sahabat-sahabat
sejatinya.
"Ya
ampun ify ! gila ya lo bikin panik semua orang !" repet rio waktu
ngedapetin ify lagi duduk di taman depan gedung sdnya, ify cuma nyengir.
"Lo kenapa fy ? kok lo ngilang gitu aja sih ?" tanya iel.
"Sori yel, sori banget juga yo, cak. Lho alvin mana ?"
"Enggak
tahu, gue juga udah ngehubungin dia dari tadi, tapi enggak bisa-bisa,
gue telpon ray, ray malah balik nanya, alvin lagi sama kita atau enggak"
jelas cakka.
"Udah ayo kita ngobrolnya di mobil aja" ajak iel, semua temennya nurut.
"Mau cari alvin dimana ?" tanya iel sang supir.
"The book aja" sahut ify.
"Eh
neng, lo sadar enggak sih ini jam berapa, udah jam setengah sembilan
tahu, makanya kalo kabur inget waktu !" rio kayanya masih dongkol,
walaupun hatinya lega banget. Ify cuma diem, enggak ada selera
ngebalesin rio.
"Eh, sms dari alvin" kata cakka tiba-tiba.
"Apaan ?" tanya rio dan iel kompak.
"Sori bro, gue di singapur, biasa ngewakilin bokap" kata cakka baca sms dari alvin.
"Yee, kita mau ngubek-ngubek jakarta sampe tepar juga enggak bakal ketemu kalo gitu" timpal iel kesel.
"Nasib temenan ama anak pengusaha" ujar rio.
"Lo sendiri ?" sindir cakka.
"Tapi bokap gue kan enggak pernah nyuruh gue ngewakilin dia rapat" bela rio.
"Ya iyalah, bisa bangkrut tiba-tiba bokap lo, kalo lo yang rapat" celetuk iel yang di sambut tawa oleh cakka.
"Tega
lo berdua, eh fy lo kenapa ?" rio mengalihkan pandangannya ke ify yang
duduk di sampingnya, tapi ternyata ify udah tertidur. Pelan-pelan rio
buka jaketnya dan nyelimutin ify pake jaketnya, cakka sama iel yang
lihat dari kaca, cuma bisa senyum-senyum sendiri.
'maafin gue, gue belum siap cerita' batin ify yang cuma pura-pura tidur.
Ify menghampiri rio, alvin, cakka, dan iel yang lagi duduk-duduk di lapangan basket.
"Muka lo kenapa fy, kucel banget ?" tanya rio heran lihat muka ify enggak sesumringah biasannya.
"Emang kenapa kalo muka gue kucel, ada masalah sama lo ?!" rio bingung, kenapa ify jadi mencak-mencak begitu.
"Santai fy, lo kenapa ?" iel yang juga bingung, nyoba nanya ke ify.
"Enggak apa-apa, emang kenapa sih ? enggak boleh nih gue gabung disini ? emang lagi ngomongin apaan sih ?"
"Bolehlah
fy, lagi ngomongin si cakka tuh, kan kemarin dia baru putus, eh
sekarang udah mau jadian lagi dia, gue aja enggak dapet-dapet" kata iel
yang males memperpanjang masalah.
"Lo
tuh kenapa sih cak, jadi cowok playboy banget ?! lo enggak sadar apa,
berapa cewek udah yang lo sakitin ? lo sekali-kali peduli dong sama
perasaan cewek, sakit tahu enggak cak di gituin ! lo sadar dong !" entah
kenapa, ify malah tambah ngamuk, dia marah-marahin cakka pake acara
nunjuk-nunjuk segala.
"Ify, ada masalah lo ?" tanya cakka yang jadi ikut-ikutan bingung.
"Aduh,
enggak tahu deh, kenapa sih, semua cowok sama aja, nyebelin semua !!"
ify malah tambah teriak-teriak, sampai bikin beberapa anak noleh ke situ
semua. Tapi teman-temannya malah bukannya nenangin ify, mereka malah
ngecek di hp atau jam tangan mereka masing-masing, ngecek tanggalan, dan
pahamlah mereka.
"Heh, lo ya fy, udah perjanjian bukan, kalo lo lagi mengalami siklus wajib bulanan cewek itu.."
"Bilang aja dapet kenapa sih yel ?" potong rio yang geregetan sendiri denger perumpamaan iel.
"Iya, kalo lagi dapet, lo enggak bakal sensi dan marah-marah ke kita"
Persahabatan yang telah lama, bikin iel, rio, cakka sama alvin sampai apal sama tanggal-tanggal sensinya ify.
"Gue ya yang di marahin, bukan kita !" ralat cakka.
"Tapi kita kan ikut di jutekkin" bela rio.
"Tapi kan subjeknya gue, bukan kita !" cakka masih keukeuh.
"Itu sih derita lo cak" ejek iel.
"Tega lo sama gue yel.."
"Ya lagian lo..."
"Udah
stop ! pusing gue denger lo bertiga !!" teriakan ify memotong
kata-katanya rio, cukup bikin rio, iel sama cakka kicep, dan milih
ninggalin ify, yang kayanya lagi enggak jinak.
"Lagi ada masalah ya fy ?" alvin yang dari tadi cuma jadi penonton akhirnya ngomong juga.
"Udah masuk lo ? kemana kemarin ?" tanya ify mengalihkan pembicaraan.
"Di the book ya fy, cerita sama gue" kata alvin sambil berdiri, mau ninggalin ify yang diem aja.
"Vin.." panggil ify, alvin langsung nengok.
"Thanks ya, lo emang selalu ngerti" kata ify sambil tersenyum dan ngikutin alvin, alvin juga tersenyum.
"Hai kak, kak ify.." sapa ray yang ketemu mereka di koridor.
"Eh
ray, kebetulan gue ketemu lo disini, nanti lo jemput aren ya, gue ada
urusan" kata alvin, sementara ify cuma senyum-senyum aja.
"Ya gue enggak bisa kak"
"Terus gimana dong ? kan supirnya masih ijin" alvin melirik ke ify, tapi kemudian ray menjentikkan jarinya.
"Gue tahu siapa yang bisa jemput aren" kata ray lagi.
"Siapa ?" tanya alvin bingung lihat ray senyum-senyum.
"Deva"
"Deva adek gue ?" tanya ify nimbrung.
"Ada lagi deva lain yang di kenal, ya iyalah, atau kak ify emang udah lupa punya adek namanya deva ?"
"Kenapa deva ray ?" tanya alvin enggak ngerti.
"Haha, gitu deh kak, kita kasih kesempatan lah ke dia buat usaha naklukin si manja" jawab ray enteng.
"Adek gue beneran naksir aren ? buset dah dunia gue sempit amat" celetuk ify.
"Ya udahlah, kalo deva sih gue percaya, bilangin ya, jangan lupa lho, gue duluan bro.." alvin nepuk-nepuk pundak ray.
Pulang
sekolah, ify lagi nungguin alvin yang lagi ngurusin ekskul futsalnya.
Sambil sibuk mainan hp, saat tiba-tiba ada yang nepuk pundaknya dari
belakang.
"Rio ! demen banget sih ngagetin gue ?"
"Haha, sori-sori, serius banget sih lo. Eh, lo hari ini ganas banget sih fy ?" rio mulai jahil.
"Lo pikir ? udah tahu gue lagi ganas, kenapa lo malah deket-deket ?" tanya ify sewot.
"Karena lo lucu kalo lagi marah" kata rio pelan banget, padahal lagi ramai, jam bubaran sekolah.
"Hah, apaan ?" tanya ify yang enggak denger dengan jelas kata-kata rio.
"Enggak ada apa-apa. Eh, temenin gue yuk, gue mau lihat-lihat gitar, nambah koleksi" rio kembalikan suaranya ke volume normal.
"Ya gue enggak bisa yo, kapan-kapan ya"
"Kok gitu sih fy" rio beneran kecewa.
"Jangan
marah dong, kan gue yang lagi sensi, lagi lo bukannya ngajak dari
kemarin. Ehm..eh..de..dea !!" entah dapet ilham darimana, ify malah
manggil dea yang emang lagi jalan ke arah mereka.
"Apaan fy ? hai yo.." sapa dea, rio cuma senyum biasa aja.
"Temenin rio ya, dia mau ke toko gitar katanya" rio sama dea sama-sama terkejut denger kata-kata ify.
"Temenin rio ya, dia mau ke toko gitar katanya" rio sama dea sama-sama terkejut denger kata-kata ify.
"Ta..tapi fy.." kata rio terbata-bata, dia kan mau perginya cuma sama ify doang.
"Udah
yo, sama aja, udah sana lo berdua, baik-baik ya, jagain dea tuh yo" ify
dorong-dorong dea sama rio, sambil kedip-kedippin sebelah matanya ke
dea, rio sama dea cuma bisa pasrah doang.
"Kalo lo enggak mau enggak usah yo" kata dea sebelum masuk ke mobilnya rio.
"Lanjut ah de, yuk ah..." jawab rio cuek sambil masuk ke mobilnya.
'karena ini ify yang minta, gue enggak bisa nolak' batin rio
The book.
Ify
memakan green tea cakenya sambil sesekali meminum es teh tariknya,
sementara alvin lagi sibuk nelpon di depan kafe, enggak tahu deh nelpon
siapa.
"Sori ya fy, dari tadi nyuruh lo nunggu" kata alvin sambil duduk di depannya ify.
"Tenang
aja vin, gue kalo udah nyium bau teh, betah aja kok di suruh nunggu"
alvin cuma tersenyum, ngelihat sahabatnya yang tea-freak.
"Jadi kenapa lo sama debo ?" pertanyaan alvin yang tiba-tiba, bikin ify hampir kesedak.
"Lo bisa baca pikiran ya vin ?" tanya ify penuh selidik.
"Apalagi
sih yang bisa bikin alyssa saufika umari jadi kaya petasan kalo bukan
debo" ify cuma tersenyum, alvin emang cuek, tapi diam-diam dia punya
cara sendiri buat merhatiin temen-temennya. Perlahan ify mulai
menceritakan semuanya, dari pertemuannya sekilas di bandara,
pertemuannya di sekolahan debo, di toko buku, sampe insiden
menghilangnya ify buat nyari ketenangan.
"Lo bukan sayang fy, itu obsesi" respon alvin setelah ia mendengar ocehan ify.
"Obsesi ?" tanya ify bingung.
"Iya,
selama 4 tahun, hidup lo baik-baik aja kan tanpa dia, tetap normal,
tapi cuma gara-gara lo ketemu dia lagi, ngelihat dia kaya gitu sama
cewek lain, lo langsung nyimpulin kalo lo masih sayang sama dia"
"Gue emang masih sayang vin sama debo, gue masih selalu usaha buat nyari segala sesuatu tentang dia, mantau kehidupannya dia"
"Lo
pernah milikin dia, pernah ngerasa nyaman dengan adanya dia, dan lo
pengen banget buat ngerasain itu lagi, tapi apa iya itu yang hati lo mau
? kalo menurut cerita lo, dia udah berubah, apa iya lo bisa nerima dia
yang sekarang ?" ify diem, mikirin pertanyaannnya alvin.
"Debo
yang lo lihat adalah debo yang lo kenal dulu, tapi apa debo yang lo
rasa, masih sama kaya debo yang dulu ?" alvin terus nanya ke ify,
sementara ify terus diem.
"Lo
enggak bisa jawab ya, ikutin kata hati lo, dan kalo mau semua tambah
jelas, hubungin debo, omongin apa yang pengen lo omongin, dengerin apa
yang pengen debo sampein, lo enggak bisa lari lagi dari masalah ini" ify
tersenyum ke alvin, sahabatnya yang jadi bawel kalo udah ngasih
nasihat.
"Thanks ya vin, nanti gue coba, tapi gue belum siap kalo harus ketemu dia, gue takut enggak bisa ngontrol emosi"
"Jangan di paksain, semua ada saatnya kok"
"Keren banget emang lo vin. Lo sendiri ke nova, obsesi atau cinta mati ?" tanya ify iseng.
"Haha, obsesi yang jadi cinta mati mungkin ?"
"Kok balik nanya sih ?" tanya ify bingung.
"Ya karena gue sendiri enggak tahu jawabannya fy"
"Kenapa
enggak jujur aja sih vin ? kan sekarang ray sama nova sekelas tuh, bisa
gampang kan ?" gantian ify yang nanya-nanya ke alvin.
"Gue yakin Tuhan udah ngatur segala sesuatu yang paling indah buat gue sama dia, apapun itu fy"
"Ah serem lo, pake bawa-bawa Tuhan segala"
"Ya udah pulang aja yuk, kesorean nanti" Ify cuma ngangguk nurut sambil ngikutin alvin.
Rumah alvin-ray-aren.
"Nih
ren, permintaan maaf kakak buat yang kemarin sama tadi enggak bisa
anter jemput kamu" kata alvin sambil menyerahkan sekotak chesecake
kesukaan aren.
"Wow, makasih ya kak. Aren potongin, kita makan bareng di gazebo ya, kita udah lama enggak sharing time nih kak" bujuk aren.
"Ya
udah kakak mandi bentar ya, gerah nih, kamu sama ray tunggu aja dulu"
aren tersenyum mendengar jawaban alvin. Sebelum aren sama ray, ikut
pindah sama orang tuanya ke paris, mereka bertiga punya acara sharing
time, cuhat-curhatan apa aja, enggak ada yang di tutup-tutupin, makanya
mereka bertiga kompak banget.
"Siapa nih yang mau cerita duluan ?" tanya alvin, yang rambutnya masih basah abis mandi.
"Dia aja nih, yang baru di pedekatein sama deva" tunjuk ray ke aren.
"Ye apaan sih, aren sama kak deva cuma temenan doang kok" kata aren dengan wajah yang memerah.
"Emang perasaan kamu ke deva gimana ren ?" tanya alvin lembut.
"Biasa
aja kak, kak deva baik, lucu lagi, tapi kan aren masih kelas dua smp,
masih enggak ngerti sama yang gitu-gituan, lagian masa aren mau
ngelangkahin, dua kakak aren yang katanya cakep-cakep" aren berkata
sambil melirik ray.
"Kenapa lo ngelihatin gue ? gue emang cakep ren" narsisnya ray kambuh.
"Pd banget, cakepan kak alvin juga" timpal aren.
"Iya
ray, kok lo enggak beredar di jakarta, padahal kata aren, pas lo baru
pindah ke paris lo langsung jadian disana ?" alvin ikutan ngegoda ray.
"Beredar
? emang gue apaan. Gue beken kali kak di sekolah, enggak sadar apa,
banyak yang jadi penggemar gue" sahut ray enggak terima.
"Ih ngomong doang, tapi jalannya sama kak deva mulu" celetuk aren.
"Anak kecil diem deh, yang di omongin deva mulu, mentang-mentang lagi jatuh cinta" kata ray usil, aren cuma mendelik.
"Terus lo emang enggak lagi suka sama siapa gitu ?" tanya alvin lagi.
"Ada
sih kak, tapi paling lo enggak tahu, seangkatan sama gue tapi beda
kelas, gue bahkan cuma tahu nama panggilannya doang" ray mulai serius
curhat.
"Lo enggak ada usaha buat dia ?"
"Belum kak, abis dia kayanya suka sendiri gitu, agak tertutup gitu anaknya, bingung gue jadinya mau deketin gimana"
"Sabar aja ya ray, kalo dia emang jodoh lo, pasti ada jalan kok buat lo deketin dia" kata alvin ngasih semangat.
"Ehem...ehem..ada
cewek cantik, imut, lucu, baik hati yang basi nih disini !" celetuk
aren gemas sendiri melihat dua kakaknya malah curhat berdua.
"Haha, oh iya gue lupa ren, abis lo diem aja sih tumben, mikirin deva ya" lagi-lagi ray ngegodain aren.
"Kakak !!" aren langsung mukul-mukulin ray pake bantal-bantal yang ada disitu.
"Eh udah lo berdua, saudara tuh harus akur. Enggak ada yang mau denger curhatan gue nih ?" ray sama aren langsung diem.
"Lo emang punya cerita apa kak ?" tanya ray penasaran, seumur-umur belum pernah dia denger alvin curhat.
"Lo maunya apa ?"
"Maunya
kakak cerita tentang cewek" ujar aren, dia kadang geregetan sendiri
ngelihat kakaknya yang ganteng ini enggak sadar sama potensi dirinya
buat naklukin cewek.
"Cewek ya, ehm..." alvin menggantung kata-katanya, bikin ray sama aren penasaran.
"Ya
elah kak, timbang bilang doang, siapa-siapa ? kak ify ? kayaknya enggak
mungkin deh, siapa lagi ya, kak via ? enggak juga kayaknya, kak dea ?
sama-sama diem, mau seburem apa hidupnya nanti.." ray ngabsen.
"Ah
lo sih kak, temen cewek segitu-gitunya doang, siapa lagi ya, acha
enggak mungkin banget, dia udah sama ozy, terus..ehm..nova..." ray
ngelanjutin lagi ngabsennya, tapi dia jadi bingung dengan perubahan rona
mukanya alvin pas dia nyebut nama nova.
"No..nova kak ?" tanya ray ragu-ragu, alvin cuma diem aja.
"Serius kak, jawab dong, gue dari tadi ngobrol sendiri ini" sambung ray lagi, alvin melihat ke ray sekilas, terus mengangguk.
"Ini
rahasia ya ray, lo juga ren, cuma lo berdua sama rio, iel, cakka dan
ify. Udah malem ah, gue ke kamar duluan ya" alvin pergi ninggalin ray
yang bengong enggak nyangka sendiri, dan aren yang enggak ngerti
apa-apa.
"Kak.."
"Hmm.."
"Yang namanya kak nova kaya apa ? bisa bikin kak alvin suka ?" ray bingung juga denger pertanyaan aren.
"Pokoknya
nova itu beda jauh dari kak alvin, kebalikannya deh" aren cuma
ngangguk-ngangguk, padahal dia juga enggak ngerti-ngerti banget.
Sekolah, keesokan paginya.
Cakka
mermakirkan motornya, saat ada motor lain yang juga parkir di
sebelahnya. Dan alangkah terkejutnya cakka, waktu orang yang ngendarain
motor itu, ngelepas helm full facenya.
"Lo
?" agni langsung pergi gitu aja tanpa jawab pertanyaan cakka, cakka
bener-bener heran ngelihat agni, belum pernah dia ketemu cewek model
kaya gini. Terlalu tangguh untuk seorang cewek pikir cakka.
Komentar
Posting Komentar