Unilateral love 4 (Cerpen Ovin)

Unilateral love 4 (Cerpen Ovin)
Gabriel terdiam, satu menit saja tak mendengar musik dunianya terasa buram

“gk mau yaudah gampang kita putus aja” kata sivia lalu berdiri. Gabriel menahan lengannya
“iya deh aku mau. Ke kantin yuk” ajak gabriel. Ia tersenyum berharap sivia luluh oleh senyumnya
“aku pergi sendiri” kata lalu berjalan. Gabriel mengikutinya dari belakang
“via maafin aku yah” gabriel terus berusaha meminta maaf pada sivia
“kasihan juga iel, kalau fans-nya tau idolanya merengek kayak gini pasti aku bakal di demo” batin sivia ia pun tersenyum
“iya deh aku maafin. Tapi janji yah, jangan samain aku ama earphonemu itu. Jangan jadiin earphone itu selingkuhanmu” kata sivia. Gabriel pun tersenyum lalu merangkul sivia
“janji”
  “cakka” panggil oik. Yang dipanggil menoleh.
“apa” tanya cakka

Oik menghampiri yang sedang duduk dibawah pohon taman belakang sekolahnya

“kamu bilang alvin suka sama aku”
“apa? aku gk dengar. Coba lebih dekat ngomongnya” tanya cakka pura-pura tidak mendengar

Oik pun duduk disamping cakka

“kamu bilang alvin suka sama aku” ulang oik
“emang iya”
“terus tadi alvin koq cuek banget ama aku”
“oik, oik. Kayak kamu gk tau alvin aja sih. Dia kan emang gitu”
“tapi cakka, dari awal aku ngomong tuh dia diem aja, sekalinya ngomong eh dianya kayak orang yang lagi kesal”

Cakka merangkul oik

“oik, dengerin yah. Alvin itu kayak gunus es di kutub utara. Diem aja, kalau gunungnya runtuh pasti bunyinya menggelegar. Nah karna alvin kayak gunung es itu. Sekalinya ngomong gk ada lembut-lembutnya. Lembut juga kalau lagi kesambet.”

Oik menatap cakka

“yakin?”
“yakin lah oik. Alvin itu kan sahabat aku dari kecil, kayak kamu. Lagian alvin gk dingin-dingin amat koq”
“awas kalau kamu bohong”
“gk akan oikku”

Oik tersenyum, percaya pada cakka

“senyum kamu ik, makin lama makin manis aja. Bikin aku suka sama kamu” kata cakka. Seketika oik merubah senyumnya
“ih kamu tuh yah gombal mulu”
“aku cuman punya kamu buat di gombalin ik”
“kamu sendiri yang salah kenapa coba gk nyari cewe. Padahal banyak yang suka sama kamu, apalagi shilla, dia udah tergila-gila ama kamu. Shilla orangnya baik lagi kka”
“tapi sayang banget ik, dihati aku udah ada seseorang”
“siapa?”
“suatu saat nanti kamu pasti tau siapa orangnya”

Oik menyenggol lengan cakka

“ih cakka main rahasia-rahasian deh”
“biarin ble…”
“huh dasar kamu” oik menoyor cakka lalu berlari
“eh ik jangan lari yah” cakka mengejar oik. Akhirnya mereka kejar-kejaran sampai bel tanda berakhir istirahat berbunyi

****

Minggu pagi. Waktunya anggota osis citra bangsa menjelajah di hutan. -Terserah di hutan mana, yang penting hutan-. Dan cakka sudah berada dirumah oik, mereka akan berangkat bersama ke sekolah, karna mereka kumpul disekolah setelah itu ke hutan

“pagi tante” sapa cakka pada ibu oik
“pagi cakka. Mau jemput oik?” tanya ibu oik
“iya tante”
“oiknya masih dikamar tuh. kamu pasti belum sarapan. Yuk sarapan dulu sambil nungguin oik”

Cakka mengangguk lalu mengikuti ibu oik ke ruang makan.

Setelah sarapan cakka Dan oik pun berpamitan

“bunda aku berangkat dulu yah” pamit oik lalu menyalami tangan ibunya. Diikuti oleh cakka
“kalian hati-hati yah”
“iya tante”
“cakka, tante nitip oik yah. Jaga dia baik-baik” pesan ibu oik
“iya tante”
“bunda apa sih. Oik kan udah gede”
“yaudah kalian berangkat nanti telat”
“aku pergi bun” pamit oik sekali lagi. Lalu naik ke jok belakang motor cakka.

Cakka pun segera melesat menuju sekolah

****
Sesampai di hutan. Semua mempersiapkan barang-barang mereka.

“ok kalian bisa istirahat selama 30 menit” kata cakka memberi arahan

Cakka masuk ke dalam tendanya didalam ada ketiga sahabatnya

“yess aku menejelajah bareng ify” girang rio. alvin menatapnya sinis. Rio pun diam
“lebay” komentar gabriel
“maaf” lirih rio
“kka, kamu yang atur semua ini?” tanya alvin
“iya. Kenapa?” jawab+tanya cakka
“koq gk konfirmasi dulu sama aku?” tanya alvin
“gabriel bilang, kamu lagi gk mau di ganggu. Yah aku takut lah, dimana-mana kalau kamu lagi pengen sendiri, kalau di ganggu langsung ngamuk” jelas cakka
“tapi seenggaknya kan kamu nanya dulu sama aku, apa aku setuju dengan semua rencana gilamu ini” kata alvin
“hei vin ini bukan rencana gila yah. Ini sesuai kesepakatan. Kita menjelajah, dan berpasangan”
“tapi…” belum selesai alvin bicara. Gabriel melerai mereka
“udah gk usah di permasalahin. Semua udah terjadi, lagian ini bukan ide gila koq. ini bisa jadi tantangan buat kita. Apa bisa kita bekerja sama dengan orang lain” kata gabriel
“apalagi orang yang nge-idolain kita banget” kata rio
“tau ah” balas alvin lalu keluar. Rio menepuk bahu cakka pelan
“kamu sih kka”
“rio, kalau dia gk sama oik, siapa lagi? Ify? Zevana? Gk mungkin kan?”
“iya sih”

****

30 menit berlalu, semua berkumpul. Cakka berdiri di tengah-tengah mereka

“ok, kalian pasti tau kan hari ini kita akan bermain. Bermain menjelajah, mencari bendera di dalam hutan dan siapa yang paling pertama sampai di tempat ini dia akan mendapat hadiah yang menarik.” Jelas cakka
“cakka kita sendirian nyari bendera?” tanya oik
“tenang, kita gk sendirian, kita akan berpasangan” jawab cakka
“aku ama zevana” celetuk seseorang
“pasangannya di tentuin ama ketua osis” kata rio
“ok. Jadi pasangan pertama. Alvin dan oik”

Oik terlihat senang tetapi tidak dengan alvin

“lalu rio dan ify”
“gabriel-sivia”
“bla…bla…bla…”
“dan saya sendiri dengan shilla”

Shilla tersenyum tapi juga kaget

“ok, semua ambil pasangan masing-masing dan masuk ke hutan” perintah cakka semua pun bergerak.
“kamu jalan duluan” perintah alvin pada oik
“kamu aja, kan kamu cowo kamu yang nuntun aku, koq kebalik sih” balas oik
“kalau misalnya cewe yang nuntun cowo kenapa”
“artinya cowonya banci” oik segera berlari ke dalam hutan
“eh awas yah kamu” alvin menyusulnya

Cakka yang melihat kejadian itu hanya mampu tersenyum simpul

Cakka menghampiri shilla

“hai cantik” sapa cakka pada shilla. Shilla jadi agak gugup
“h..hai” balas shilla akhirnya
“kamu yang nentuin kalau aku jadi teman kamu” tanya shilla pelan
“iya. Kenapa kamu gk seneng ama aku?” tanya cakka. Shilla menggeleng
“aku senang. senang banget” lanjut shilla. Cakka menggenggam tangan shilla
“yuk masuk ke hutan” ajak cakka. Shilla mengangguk, mereka lalu berjalan. Tak sengaja oik berbalik ke belakang Dan melihat kejadian itu.

Dia merasakan ada yang aneh dengan perasaannya

“aku kenapa. Aku kan lagi bareng alvin harusnya aku senang” batin oik

****

Sudah 10 menit mereka didalam hutan tapi belum ada yang berhasil menemukan bendera

“alvin tungguin aku” kata oik yang tertinggal jauh oleh alvin
“makanya jalannya jangan lelet”
“kamu sih jalannya cepet banget”

Alvin berhenti lalu menarik oik

“alvin pelan-pelan”
“ini udah paling pelan ik” kata alvin. Oik melepas tangan alvin yang sedang memegangi tangannya
“yaudah gk usah pegang aku” kata oik lalu berjalan
“aa….” Pekik oik. Alvin segera menarik tangannya. Oik masuk lubang jebakan yang dibuat oleh cakka
“gk nyangka bakal berhasil. Tapi kasihan juga kalau alvin gk nolongin oik. Lubang itu kan dalam banget” batin cakka yang tak sengaja melihat oik dari kejahuan
“vin tolongin aku” pinta oik
“ini udah aku tolongin” kata alvin
“kalau kamu cuman megangin aku, yang ada kamu juga bakal jatuh. Tarik aku”

Alvin pun berusaha menarik oik, tapi kakinya terpeleset. Oik pun semakin jatuh ke dalam. Alvin semakin mempererat pegangannya

“ik bertahan” kata alvin

Ia berdiri dan berusaha menarik oik. Hingga akhirnya oik berhasil naik

“kamu ada yang luka” tanya alvin. Oik menggeleng
“gpp koq” kata oik lalu berdiri
“aw…” rintih oik. Alvin pun menunduk memperhatikan kaki oik
“kaki kamu bengkak, pasti susah jalannya sini aku gendong” kata alvin, menyodorkan punggungnya pada oik
“gk keberatan” tanya oik. Alvin menoleh pada oik yang berdiri di belakangnya
“kita kan satu tim. Harus ada kerja sama” kata alvin. Oik pun tersenyum
“cakka benar alvin gk dingin amat koq” batin oik lalu naik ke punggung alvin, melingkarkan kedua tangannya di leher alvin
“udah” tanya alvin
“iya” balas oik

Akhirnya oik digendong ama alvin

Cakka sedikit senang melihat perubahan sikap alvin

“kka, koq kita berhenti sih” tanya shilla. Cakka lalu duduk
“kita istirahat” balas cakka. Shilla jadi bingung ia pun ikut duduk disamping cakka
“koq istirahat sih, kamu kan bilang. Ada hadiah menarik untuk orang pertama yang mendapat bendera itu”

Cakka menatap shilla. Shilla jadi salting

“kamu mau tau apa hadiahnya?”

Shilla mengangguk

“jam tangan pasangan”
“maksudmu?”
“sepasang jam yang sama, khusus untuk pasangan kekasih”
“kamu gk suka benda itu”
“aku bisa beli kalau aku mau”

Hening…

“shil” panggil cakka. Shilla menoleh
“apa?” tanya shilla
“menurutmu. Orang yang memendam perasaannya, berkorban untuk orang yang ia sayangi, merelakan orang yang ia sayangi pergi dengan orang lain. adalah sikap orang yang bodoh”
“kenapa kamu nanya kayak gitu?”
“yah aku cuman minta pendapat kamu”
“itu kan aku banget” batin shilla
“cinta sepihak maksudmu?” tanya shilla lagi
“iya”
“aku cuman punya satu prinsip kka. Mencitai walau tak dicintai. Disakiti asalkan aku tak menyakiti seseorang. Bukankah cinta itu butuh pengorbanan. Aku rela berkoban demi cintaku. Cinta tak harus memiliki, st12 bilang gitu kan?”
“tapi kan kalau kita dicintai kita akan merasa bangga. dan tak harus memiliki bukankah itu hanya mengajarkan kita munafik”
“kita hanya merasa bangga tapi kita tidak bisa merasakan cinta. Munafik mungkin iya. Tapi mau bagaimana lagi? Takdir kan sudah menggariskan untuk menjadi seseorang yang tak dianggap perasaannya”

Cakka terdiam

“memangnya kenapa kamu bertanya seperti itu” tanya sivia
“oik! Aku sayang padanya, tapi ia lebih memilih alvin. Walau aku tau alvin gk suka sama oik, aku akan berusaha membuat alvin suka padanya” lirih cakka, tapi shilla mendengarnya. Shilla menepuk bahunya
“cakka cinta sepihak ama oik. Dan aku suka sama kamu kka, plis lihat aku disini. apa kamu berharap oik akan melupakan alvin yang juga tak pernah menganggap kehadiran oik. Dan ia akan berpaling padamu” batin shilla
“kamu kuat, aku yakin itu” kata shilla. Cakka tersenyum padanya
“makasih” balas cakka. Shilla mengangguk
“kamu juga kuat shil” kata cakka. Shilla terlonjak
“maksud kamu”
“kamu juga cinta sepihak dengan seseorang kan” tanya cakka. Shilla menggaruk bagian kepalanya yang tak gatal
“hehehe” shilla nyengir

“vin” panggil oik lirih tepat di telinga alvin
“hm…” balas alvin
“kamu gk capek gendong aku” tanya oik
“gk” balas alvin
“dinginnya kumat” batin oik
“cakka bilang aku itu berat lho” kata oik
“itu kata cakka aja. Lagian kmu gk berat-berat amat koq”
“masa’ sih?”
“iya”
“eh ik itu benderanya” kata alvin setelah menemukan bendera merah putih

Alvin segera berjalan berjalan untuk mengambil bendera itu.

Oik duduk disampingnya

“vin, koq kamu mau sih ikutan kayak gini?”
“aku suka menjelajah. Ini juga ada karna usul aku dan rio” balas alvin. Lalu mencabut bendera itu dari tanah
“jadi ekskul untuk naik gunung. Masuk kehutan. Itu semua usul kamu dan rio” tanya oik
“iya”
“kamu sendiri ik. Tumben aku lihat ikutan ekskul ini”
“cakka yang nyuruh”
“sudah kuduga” batin alvin
“kenapa? Gk suka kalau aku ada?” tanya oik
“ng… gk koq. gpp, heran aja”
“och”
“kakimu udah gpp ik” tanya alvin
“ah… iya udah gpp” kata oik. Alvin berdiri, oik juga

Mereka pun berjalan, 10 menit berjalan suasana sangat hening bagaikan berada dikuburan

“eh vin tau gk gajah itu paling besar apanya?” tanya oik
“badannya lah gimana sih” jawab alvin santai
“salah!” balas oik. Alvin menatapnya
“lah koq salah sih” tanya alvin
“iya,”
“terus gajah itu paling besar apanya”

Oik tersenyum

“kandangya. Kan kalau kandangnya kecil, gajahnya gk muat, gk bisa masuk deh” kata oik

Alvin mengacak rambut oik

“ih kamu tuh yah bisa aja” balas alvin, sedikit tersungging senyum dibibirnya

Dan karna kebetulan lagi cakka melihatnya -kayaknya cakka ngikutin ovin deh-

“cuman kamu ik yang bisa bikin alvin tersenyum dan mau ladenin tebak-tebakan gk bermutu kayak gitu” batin cakka
“vin” panggil oik
“hm…” balas alvin
“kenapa sih kamu dingin amat, amat aja gk dingin banget tuh” tanya oik. Alvin menatapnya sinis.

Oik tersenyum. Alvin kembali menatap kedepan

“emang kamu tau amat yang mana?” tanya alvin
“hm… alvin udah mau bercanda nih” batin oik
“amat tukang sayur yang sering lewat di depan rumahku”
“ngawur kamu” kata alvin
“eh emang iya dia gk dingin kayak kamu”
“kalau dia dingin kayak aku. Yang mau beli sayurannya dia siapa” tanya alvin
“iya yah”

Alvin geleng-geleng kepala

“oh iya vin, kenapa sih kamu dingin kayak gini” tanya oik
“tanya aja sama cakka”

Oik memiringkan kepalanya

“kamu seringkan nanya-nanya ke cakka tentang aku” tanya alvin
Oik menelan ludah

“hehehe cakka sering bilang yah” tanya oik. Alvin mengangguk

Di tempat lain

“kya….. ular” pekik shilla lalu memeluk cakka. Cakka melepas pelukan shilla
“shil tenang. Jangan panik, kalau kamu panik ularnya pasti gigit kamu” kata cakka menenangkan shilla. Shilla mengeluarkan air matanya
“a.. aku takut sama reptil huhuh” tutur shilla

Cakka menghampus air mata shilla

“kamu cengeng banget sih. Kalau cowo yang kamu suka lihat kamu nangis kayak gini. Pasti dia gk suka lagi sama kamu” kata cakka
“hikz.. hikzz tapi aku takut” shilla tersedu

Cakka merangkul shilla, berusaha menenangkannya

“udah yah, tenang. Ularnya gk akan gigit kamu koq”

Cakka mengambil sebuah ranting yang cukup kuat, dan membuang ular tersebut

Shilla terus menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya

“tuh ularnya udah pergi” kata cakka. Shilla masih menutup wajahnya
“ayo dunk shil, lihat ularnya udah pergi”

Perlahan shilla melepas tangannya dari wajahnya

“awas kalau ularnya belum pergi”
“iya, masa sih orang keren kayak aku bohong” kata cakka. Shilla memukulnya
“ih cakka, aku serius”
“yah aku ajakin becanda biar gk terlalu serius. Yuk lanjut lagi jalannya” kata cakka lalu berjalan
“cakka” panggil shilla

Cakka berbalik

“kenapa”
“jangan jauh-jauh dari aku. Aku takut, nanti kalau ada ular, kadal, badak atau buaya. Gimana”

Cakka geleng-geleng

“yah kita lari. Masa’ mau lawan mereka” kata cakka lalu meraih tangan shilla dan berjalan.

Cakka menoleh ke samping. Shilla terlihat masih shock. Air matanya juga masih terus mengalir

Cakka menghapus air mata shilla

“untung orang yang kamu suka itu bukan aku. Karna kalau aku, aku bakal nolak kamu, karna kamu orang yang cengeng banget” kata cakka lalu tersenyum

Shilla menatapnya

“iya aku gk nangis lagi” kata shilla. Cakka kembali merangkul shilla
“gitu dunk”

Kalau cakka baik seperti ini tidak ada yang merasa bahwa cakka suka pada orang itu, karna cakka memang seperti ini, selalu perhatian pada setiap orang yang sedang sedih


<<< Bagian 3                                                                                                     Bagian 5 >>>

Komentar

Postingan Populer