Unilateral love 7 (Cerpen Ovin)

Unilateral love 7 (Cerpen Ovin)

Keesokan harinya, sepulang sekolah alvin datang menjenguk cakka. dia miris melihat keadaan sahabatnya yang satu ini

“cakka kenapa seperti ini? Kenapa kamu gk share sama aku? Aku pasti bisa bantuin kamu, semua masa sulit ku selama ini selalu bersama kamu, tapi kenapa masa sulitmu kamu gk mau berbagi kesedihan sama aku”
“ingat gk kka. Waktu aku berada pada masa yang sulit, kamu orang selalu mensuport aku. Tapi kenapa kamu gk bisa biarin aku ngebalas kebaikan kamu itu” tak terasa air mata alvin menetes
“kamu orang yang kuat kka. Aku tau itu. Plis bangun dan lihat oik. Bukankah kamu pernah bercerita sama aku. Kalau oik itu harta yang paling indah yang pernah kamu miliki. Kamu sudah janji sama ayah oik, bahwa kamu akan merawat dia, kamu gk akan biarin dia sedih”
“kka, sekarang oik sedih, dia sedih lihat kamu kayak gini”

Perlahan jemari cakka bergerak. Matanya pun terbuka

“alvin” gumam cakka. alvin menghapus sisa air mata di pipinya

Dan tersungging senyum di bibir alvin

“cakka” seru alvin lalu memeluk cakka. cakka menghela napas. Membalas pelukan alvin lalu melepasnya. Mata alvin berkaca-kaca
“jangan nangis, ntar matamu tambah sipit. Kasian oik kalau harus nuntun kamu jalan” canda cakka
“kamu ini, disaat seperti ini kamu masih aja bercanda” kata alvin
“kalau dibawa serius aku malah tambah parah”
“kka, aku panggil dokter dulu yah” pamit alvin. Cakka mengangguk. Alvin pun keluar dan kembali bersama dengan dokter rendra, rio, gabriel, oik, ray, shilla, dan tante cakka

Setelah dokter memeriksa keadaan cakka, ia menatap alat pengukur detak jantung. Menghela napas berat lalu mundur

“tante. Aku titip rumah yah. Semua surat-suratnya ada di ruang kerja ayah. Surat-surat perusahaan juga ada disitu. Tante gk usah ke bekasi. Tinggal aja disini kelolah perusahaan ayah dan jagain rumah. Pasti bunda dan ayah senang kalau tante yang mengelolahnya”

Tante cakka tersenyum. Air matanya menetes. Ia membelai pipi cakka

“iya sayang, tante janji tante akan tinggal disini”

Cakka beralih ke ray.

“kamu sepupu yang baik, jagain tante jangan sampai di kelelahan” ray mengangguk. Cakka menatap shilla yang berlinangan air mata
“cantik jangan nangis ntar jelek lho” cakka mencoba menghapus air mata shilla.
“rio, alvin, gabriel jangan keseringan berantem yah. Pasti sepi kalau gk ada aku”

Oik menghapus air matanya menggenggam tangan cakka

“kka, jangan bicara gitu. Kenapa coba kamu harus pergi. disini tuh banyak yang sayang sama kamu. Jangan pernah berpikir untuk itu” cakka membelai rambut oik
“ayah, bunda, dan dede udah nunggu aku disana. Lagian kalau aku tinggal disini aku hanya ditakdirkan untuk sendiri” kata cakka. ia meraih tangan alvin

Menatap alvin dan oik bergantian. Lalu menyatukan tangan keduanya diatas dadanya

“kalian pasangan yang serasi” kata cakka. alvin menggeleng
“gk cakka” balas alvin. Cakka menatapnya
“vin, aku titip oik yah. Oik itu gampang sakit, jadi jaga dia baik-baik. Tugasku selama 10 tahun menjaga oik sudah selesai. dan aku percayakan oik ke kamu. Jangan sakiti dia yah. Jangan biarin dia nangis karna kamu” kata cakka. alvin menatap oik sedangkan oik menatap cakka
“cakka tolong jangan bicara seperti itu. Kamu tetap disini. bareng aku, bunda dan yang lain”

Cakka menggeleng

“kalian harus janji sama aku. Saat aku pergi nanti, kalian harus tunangan”
“cakka?” tanya alvin dan oik
“cakka gk pantes dapat ini iel” bisik rio. gabriel mengangguk
“janji yah vin” tanya cakka. mau tidak mau alvin mengangguk
“ok aku janji”
“gk cakka itu gk akan terjadi, kamu masih kuat. Aku gk akan terima menjadi tunangan alvin”
“oik, aku harus pergi, udah ada alvin disamping kamu. Kamu harus terima itu”
“sekalipun udah ada alvin, kamu tetap yang terbaik untuk aku”
“kamu harus lakukan permintaan terakhirku”

Oik menggeleng

Cakka tersenyum. Memberi senyum terindahnya untuk yang terakhir kalinya pada semua yang melihatnya. Lalu cakka menutup matanya. Menghembuskan napasnya. Hingga yang terakhir

Air mata shilla tumpah

“CAKKA” pekik oik berusaha membangunkan cakka. alvin menarik oik menjauh dari cakka memeluknya berusaha membuat oik tenang
“vin, cakka”

Alvin mengelus punda oik

“mungkin ini yang terbaik untuk kita semua” kata alvin
“cakka harusnya kamu pergi dengan kebahagiaan. Kamu terlalu baik untuk seperti ini” kata shilla
“rio, sahabat terbaik kita pergi” gumam gabriel. Air mata rio menetes. Ia segera menghapusnya
“selamat jalan cakka. semoga kamu tenang disana” kata rio
“semoga kamu diberi tempat yang terbaik kka” kata shilla

Cakka P.O.V

Acara pemakamanku baru saja selesai, tapi masih ada beberapa orang di makamku. Seperti oik, alvin, shilla, rio, dan gabriel

Shilla disisi kiri makamku, salah satu tangannya memegangi nisanku dan satunya lagi memegangi liontin kalungnya yang terukir nama CAKKA. itu kalung dariku, sebagai kenang-kenangan bahwa ia pernah memiliki cinta sepihak. Shilla menangis, aku sedih melihatnya tapi mau bagaimana lagi. Ini yg terbaik

“cakka, aku sulit menerima kenyataan ini” kata shilla

Disisi kanan makamku ada oik yang juga menangis, disampingnya ada alvin, yang berusaha menenangkannya

“cakka” lirih oik
“ik, jangan sedih terus. Nanti cakka sedih lihat kamu” kata alvin
“vin, ik, shil, udah sore. Balik yuk” bujuk rio
“bentar lagi io. Aku mau nemenin cakka” balas oik dan shilla
“tapi cakkanya mau istirahat. Kalau kalian disini, dia gk bisa istirahat dengan tenang” kata gabriel. Shilla mencium nisanku
“love you cakka. semoga kamu tenang disana dan mendapat kehidupan yang lebih baik” kata shilla lalu berdiri.

Oik mengelus nisanku

“makasih sahabatku. Aku juga sayang sama kamu. Tapi maaf itu hanya sebagai sahabat” tutur oik. Alvin membantunya berdiri

“selamat jalan cakka” kata oik dan shilla. Mereka lalu meninggalkan makamku

Aku tersenyum. Melihat akhir dari kisah hidupku dibumi

Cinta sepihakku berakhir dengan kesedihan, tidak seperti cinta sepihak oik yang terbalaskan. Cinta sepihak shilla juga seperti itu, berakhir dengan kesedihan. aku hanya bisa meminta maaf pada shilla karna aku tidak bisa mencintainya dengan setulus hatiku. Aku gk mau menjadikan dia pelampiasanku. mungkin beginilah garis hidupku didunia, ditakdirkan untuk menjadi sosok yang lapang dada. Tersenyum walaupun satu persatu harta yang paling berharga bagiku pergi. shock, trauma itulah yang terjadi padaku. Benturan yang terjadi sepuluh tahun lalu. Badai yang membawaku ke sebuah takdir yang sangat tidak bisa ku terima, kepergian anggota keluargaku satu persatu, mulai dari kepergian adikku yang tak ada yang tau apa penyebabnya. Sudah dilakukan visum dan tak ditemukan penyakit apapun atau luka apapun dalam tubuhnya. Yang aku tau saat membangunkan cahya. adikku, dia sudah tak bernapas. Sejak saat itu satu-persatu keluargaku pergi. membuatku putus asa, dan hampir saja mencoba untuk mengakhiri hidup ini. Harta yang paling berharga didunia ini bukankah keluarga, tanpa mereka, hidup sebatang kara. Bukankah itu adalah hal yang menyakitkan

aku mengurung diri di kamar selama 1 minggu, keadaanku hancur, aku hanya memikirkan kepergian keluargaku, menangisi takdir yang begitu tidak adil menurutku, alvin dan oik sahabatku dari kecil pun tak bisa menenangkan aku. hingga kesehatanku menurun dan sebuah penyakit menggerogoti tubuhku. Kanker Otak. Tapi aku meminta tante untuk tutup mulut. Cukup keluargaku yang tau masalah ini. Jadi yang alvin dan oik tahu hanyalah. Setiap aku lelah pasti aku mimisan

10 tahun berlalu, dan kini giliranku untuk pergi. menemui orang tua dan adik yang sudah menungguku. Pergi ke tempat dimana aku bisa menemukan cinta yang abadi dan sejati. Tempat terakhir, tempatku untuk selama-lamanya. Tempat yang tenang bagiku. Dan tempat yang membuatku tidak harus mengorbankan seseorang yang aku sayangi.

Inilah Cerpen ku Ovin  Semua Tentang Rio Haling...

Bagian 6 <<<

_The End_


Komentar

Postingan Populer